Wednesday, November 26, 2014

Materi #5 kelas penulisan novel : KENDARAAN, MESIN DAN RUH CERITA (by : Dian Nafi)


[PLOT & ALUR]
KENDARAAN, MESIN DAN RUH CERITA
(dari berbagai sumber)
oleh : Dian Nafi

Plot adalah vehicle, adalah engine, adalah ruh, yang menggerakkan cerita.

  • Plot dan karakter adalah elemen yang paling vital dalam naskah dan—bisa dibilang—pertimbangan utama redaksi saat memutuskan naskah mana yang layak diterbitkan. Plot yang baik harus masuk akal, mudah dimengerti, dan—pastinya—harus menarik. Masing-masing kejadian dalam cerita diikat oleh hukum sebab akibat.


  • Pada umumnya, plot fiksi itu terdiri dari rangkaian kejadian yang semakin lama semakin tinggi intensitas konfliknya klimaks penyelesaian masalah. Biasanya, semakin dekat klimaks dengan ending, malah semakin baik.

  • Selain plot, kita juga harus memikirkan sub plot dan klimaks-klimaks kecilnya. Sub plot itu bisa berupa konflik kecil yang terjadi selama plot utama.

  • Yang penting, saat menentukan plot, perhatikan logika cerita.


Pengertian Plot Dan Alur Cerita
Selama ini pengertian plot sering disalahpahami sebagai alur atau jalan cerita. Mungkin karena keduanya dibangun oleh unsur ‘peristiwa’. Penyamaan begitu saja antara plot dengan alur, apalagi mendifinisikan plot sebagai alur agaknya kuranglah tepat. Di dalam sebuah alur belum tentu terdapat plot, sebaliknya sebuah plot sudah pasti akan membentuk alur. Lalu apakah plot dan alur itu?

Forster dalam Aspec of Novel mengartikan alur atau jalan cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Atau peristiwa demi peristiwa yang susul menyusul.

Sedangkan plot adalah hubungan kausalitas (sebab-akibat) sebuah peristiwa dengan peristiwa yang mendahuluinya atau peristiwa setelahnya. Bahasa sederhananya, hubungan sebab-akibat antarperistiwa dalam sebuah cerita.

Perhatikan kalimat berikut: “Ibu meninggal dunia, satu bulan kemudian ayah menyusulnya”. Kalimat tersebut belumlah cukup dikatakan mengandung unsur plot, karena sekedar menunjukan urutan waktu (kronologis) kejadian saja. Peristiwa kematian ayah belum tentu disebabkan oleh kematian ibu. Bisa saja ayah meninggal dunia karena tertabrak motor, misalnya. Sehingga tak ada hubungannya dengan kematian ibu. Akan berbeda apabila kalimatnya diubah menjadi: “Ibu meninggal dunia, satu bulan kemudian ayah menyusulnya karena tak kuasa menanggung kesedihan”. Pada kalimat yang kedua ini, selain terdapat urutan waktu kejadian, juga mengandung unsur sebab akibat. Peristiwa kematian ibu menjadi penyebab kematian ayah. Inilah yang disebut plot.

MACAM-MACAM ALUR
Alur maju (Progesi) adalah sebuah alur yang memiliki klimaks di akhir cerita dan merupakan jalinan/ rangkaian peristiwa dari masa kini ke masa lalu yang berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita. Disebut juga alur Krognitif. Tahapannya : a. Awal b. Peruwitan c. Klimaks d. Antiklimaks e. Akhir
  •     
Alur mundur (Regresi) adalah sebuah alur yang menceritakan tentang masa lampau yang memiliki klimaks di awal cerita dan merupakan jalinan/ rangkaian peristiwa dari masa lalu ke masa kini yang disusun tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita. Disebut juga alur tak Krognitif. Tahapannya : a. Akhir b. Antiklimaks c. Klimaks d. Peruwitan e. Awal

Alur Sorot balik (Flashback) adalah alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan akhir cerita dan setelah itu kembali ke awal cerita. Pengarang bisa memulai cerita dari klimaks kemudian kembali ke awal cerita menuju akhir. Tahapannya : a. Klimaks b. Antiklimaks c. Akhir d. Peruwitan e. Awal
Alur Campuran (maju-mundur) adalah alur yang diawali klimaks, kemudian melihat lagi masa lampau dan dilanjutkan sampai pada penyelesaian yang menceritakan banyak tokoh utama sehingga cerita yang satu belum selesai kembali ke awal untuk menceritakan tokoh yang lain. Disebut juga alur Maju–Mundur.  Tahapannya : a. Klimaks b. Peruwitan c. Awal d. Antiklimaks e. Penyelesaian

Alur Gabungan adalah alur yang merupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur.

Alur Klimaks adalah alur yang susunan peristiwa menanjak dari peristiwa biasa meningkat menjadi penting yakni lebih menegangkan.

Alur Antiklimaks adalah alur yang susunan peristiwanya makin menurun dari peristiwa menegangkan kemudian menjadi kendor dan berakhir dengan peristiwa biasa.

Alur Kronologis adalah alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu. Dalam alur ini terdapat hitungan jam, menit, detik, hari dsb.


UNSUR PEMBANGUN PLOT

Seperti yang telah disebutkan di awal, plot dibangun oleh unsur peristiwa. Namun, sebuah peristiwa tidak begitu saja hadir. Peristiwa hadir akibat dari aktivitas tokoh-tokoh di dalam cerita yang memiliki konflik atau pertentangan dengan dirinya sendiri, tokoh lainnya, atau dengan lingkungan di mana tokoh itu berada. Namun peristiwa juga bisa disebabkan oleh aktivitas alam yang menimbulkan konflik dengan manusia. Tanpa adanya konflik, sebuah peristiwa hanya akan menjadi narasi tak sempurna. Setiap konflik akan bergerak menuju titik intensitas tertinggi, di mana pertentangan tak dapat lagi dihindari. Itulah yang disebut sebagai klimaks. Dengan demikian dapat dikatakan, sebuah plot dibangun oleh peristiwa, konflik, dan klimaks.

Peristiwa

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya (Luxemburg dkk, 1992: 150). Sebuah karya fiksi tentunya tidak terbangun hanya dari satu peristiwa saja, tetapi banyak peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa di dalam karya fiksi berfungsi sebagai pembangun plot. Berdasarkan fungsi terhadap pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan menjadi peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan.

1. Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi pengembangan plot. Rangkaian peristiwa-peristiwa fungsional merupakan inti dari cerita. Jika sebuah peritiwa fungsional dihilangkan akan menyebabkan cerita itu menjadi lain, atau bahkan menjadi tidak logis.

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Semenjak kematian ibu, ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Paragraf di atas menyuguhkan kepada kita rangkain peristiwa yang membentuk plot. Terdapat dua peristiwa fungsional di dalam paragraf tersebut. Yaitu peristiwa kematian ibu, yang disusul oleh kematian ayah. Peristiwa kematian ibu menjadi penyebab kematian ayah (perhatikan kalimat yang ditebalkan). Apabila kalimat-kalimat lainnya dihilangkan tidak akan mempengaruhi bangunan cerita. Namun sebaliknya apabila salah satu dari peristiwa fungsional itu dihilangkan, maka cerita akan bergerak ke arah yang berbeda, atau menjadi kurang logis.

2. Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita.

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Semenjak kematian ibu, ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Perhatikan kalimat yang ditebalkan pada paragraf di atas. Peristiwa mengurungdirinya ayah di dalam kamar semenjak kematian ibu, hanya berfungsi mengait peristiwa kematian ibu dengan peristiwa kematian ayah. Peristiwa tersebut tidak mempengaruhi pengembangan plot, tetapi hanya sebagai penyeling, sehingga apabila dihilangkan tidak akan merusak logika cerita.

3. Peristiwa acuan adalah peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung berhubungan dengan plot, tetapi lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh sebelum terjadi peristiwa penting.

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu.

Semenjak kematian ibu, ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Peristiwa jatuhnya gelas ditangan ayah dan kegelisahan yang melingkupi batin ayah sebelum mendapat telepon dari polisi, memberikan isyarat akan terjadinya sebuah peristiwa penting; kematian ibu.


KAIDAH PENGEMBANGAN PLOT
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar plot yang kita bangun tidak saja menjadi menarik, tetapi juga sesuai dengan logika cerita, dan tidak melebar ke mana-mana sehingga kehilangan fokus cerita. Dalam buku How to Analyze Fiction, Kenny mengemukakan kaidah-kaidah pemlotan meliputi masalah plausibilitas (plausibility), adanya unsur rasa ingin tahu (suspense), kejutan (suprise), dan kesatupaduan (unity).
Plausibilitas

Plausibilitas memiliki pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika cerita. Plot sebuah cerita harus memiliki sifat plausibel atau dapat dipercaya oleh pembaca. Pengembangan cerita yang tak plausibel dapat membingungkan dan meragukan pembaca.

Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibel jika tokoh-tokoh cerita dan dunianya dapat diimajinasikan dan jika para tokoh dan dunianya tersebut serta peristiwa-peristiwa yang dikemukakan mungkin saja dapat terjadi. Plausibilitas cerita tidak berarti peniruan realitas belaka, tetapi lebih disebabkan ia memiliki keberkaitan dengan pengalaman kehidupan. Apakah jika seseorang berada dalam persoalan dan situasi seperti yang dialami tokoh cerita akan bertindak seperti yang dilakukan tokoh itu? Misalnya saja, mungkinkah seorang tokoh cerita yang mengalami keterbelakangan mental mampu menjawab soal-soal pertanyaan dalam olimpiade fisika? Dalam sebuah cerita fiksi itu mungkin saja, namun tentunya hal ini sangat tidak bisa dipercaya, oleh sebab itu ia tak memiliki sifat plausibel.

Suspense
Suspense memiliki pengertian pada adanya perasaan semacam kurang pasti terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang menimpa tokoh protagonis atau yang diberi simpati oleh pembaca. Sebuah cerita yang baik tentunya harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca. Suspense tidak semata-mata hanya berurusan dengan ketidaktahuan pembaca, tetapi lebih dari itu, mampu mengikat pembaca seolah-oleh terlibat dalam kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dialami oleh tokoh cerita. Suspense akan mendorong, menggelitik dan memotivasi pembaca untuk setia mengikuti cerita, mencari jawaban dari rasa ingin tahu terhadap kelanjutan dan akhir cerita.

Suprise
 Plot sebuah cerita yang menarik tidak saja harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca, tetapi juga mampu memberika kejutan atau ketakterdugaan. Plot sebuah karya fiksi dikatakan memiliki sebuah kejutan apabila sesuatu yang dikisahkan atau kejadian-kejadian yang ditampilkan menyimpang atau bahkan bertentangan dengan harapan pembaca. Jadi, dalam karya itu terdapat suatu penyimpangan, pelanggaran atau pertentangan apa yang ditampilkan dalam cerita dengan apa yang telah menjadi kebiasaan, atau mentradisi.

Kesatupaduan

Kesatupaduan memiliki pengertian keberkaitan unsur-unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan, yang mengandung konflik atau pengalaman kehidupan yang hendak disampaikan. Ada benang merah yang menghubungkan berbagai aspek cerita sehingga seluruhnya dapat terasa sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu.

PENAHAPAN PLOT
Peristiwa awal yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi mungkin saja langsung berupa adegan-adegan yang memiliki kadar konflik dan dramatik tinggi, bahkan merupakan konflik yang amat menentukan plot karya yang bersangkutan. Padahal, pembaca belum dibawa masuk dalam suasan cerita, belum tahu awal dan sebab-sebab terjadinya konflik. Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu penceritaan yang sengaja dimanipulasi dengan urutan peristiwa untuk mendapatkan efek artistik tertentu, yang memberikan kejuta dan membangkitkan rasa ingin tahu pembaca. Kaitan antarperistiwa haruslah jelas, logis dan dapat dikenali urutan kewaktuannya terlepas dari penempatannya yang mungkin di awal, tengah, atau akhir.

Aristoteles mengemukakan bahwa tahapan plot harus terdiri dari tahapan awal, tahapan tengah, dan tahapan akhir.

1. Tahap awal sebuah cerita merupakan tahap perkenalan. Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahapan awal adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah dimunculkan sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut konflik, pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan memuncak di bagian tengah.

2. Tahap tengah sebuah cerita sering juga disebut sebagai tahap tikaian. Pada tahap ini konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap awal mengalami peningkatan, semakin menegangkan, hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau klimaks.

3. Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya.

Demikianlah perkenalan kita dengan salah satu elemen penting dalam penulisan fiksi, yaitu plot. Kualitas plot sangat ditentukan oleh kadar masalah yang menghadang langkah tokoh cerita dalam menemukan penyelesaian. Bagaimana hambatan-hambatan tersebut membuat tokoh-tokoh cerita anda bertindak dengan gigih demi terwujudnya akhir cerita. Perpaduan antara perjuangan keras dan ancaman nyata berupa kegagalan akan membuat pembaca terpikat untuk terus menikmati tulisan anda hingga akhir cerita

**
Biasanya tahapan plot yang dipakai adalah 3 Act atau drama 3 babak, sebagai berikut :

Act I:
The set up—show your protagonist’s natural habitat—her day to day life (this is necessary to measure the change she undergoes through her journey). 
The inciting incident—the thing that happens that sets a course of motion—the reason why your protagonist goes on her journey.
The point of no return—your protagonist is so committed to her goal that she cannot turn back.
Act II:
The middle—your protagonist begins to try to achieve her goals Here, she can either achieve her goal and find a new one.
Or, she can pursue her goal through the whole second act and face obstacle after obstacle 
End of act II—something must happen that makes us think that our protagonist will never reach her goal. This is where we think that “all is lost.”
Act III:
Resolution—What does your character learn, prove or discover? This is where we begin thinking about themes and what we are really trying to say.
Babak pertama sebagai pengenalan seting, tokoh, dan awal masalahnya. Babak kedua sebagai bagian berkecamuknya masalah. Babak ketiga sebagai penyelesaiannya.
Yang tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak (tree acts structure). Ada juga yang disebut struktur sembilan babak (nine acts structure), sebagai pengembangan dari yang tiga babak. Yang sembilan babak ini terdiri dari:
  • Babak 1: kejadian buruk menimpa orang lain.
  • babak 2: pengenalan tokoh utama (protagonis).
  • Babak 3: kejadian buruk menimpa protagonis, atau terlimat/dilibatkan kepada masalah orang lain pada babak 1.
  • Babak 4: protagonis dan antagonis
  • Babab 5: protagonis berusaha keluar dari masalah
  • Babak 6: protagonis salah mengambil jalan
  • Babak 7: protagonis mendapat pertolongan
  • Babak 8: protagonis berusaha keluar dari masalah lagi
  • Babakl 9: protagonis dan antagonis berperang, menyelesaikan masalahnya
**

Dan tentu saja kita bisa menemukan pola penahapan plot ini dengan gaya alias penemuan kita sendiri. Ayo share di sini ya J)
**
BONUS :
Kadang penulis kesulitan ketika memasuki tahap step outline. Terutama spy struktur & karakternya "blend" #writing
Plot is character. Itu hal yg tersulit mendesain struktur berbasis reaksi karakter, bukan melulu peristiwa yg disusun saja #writing
Kebanyakan fokus penulis cuma pd plot & peristiwa saja. Akibatnya, plotnya kencend dan dramatis, tapi karakternya berantakan. #writing
Hal yg plg parah terjadi adalah keputusan karakternya dipaksakan mengikuti peristiwa. Demi "plot", karakter diabaikan #writing
Solusinya, pahami tahapan karakter berikut: Situasi - Reaksi - Learning - Decision - Action - Situasi Baru #writing
Situasi itu efek dr sebuah peristiwa, kebanyakan mrpkn efek dr "turning point" cerita #writing
Karakter akan bereaksi thd situasi. Nah, reaksi ini hrs melibatkan belief, weakness & fear karakter #writing
Kalo elemen psikologis karakternya dibangun utuh oleh penulis, tahap reaksi ini bisa memunculkan emosi yg sangat khas #writing
Setelah bereaksi, karakter akan "learning". Dia belajar mengenali masalah. Lalu masuk tahap "decision". Membuat keputusan. #writing
Keputusan akan mengantar karakter pada "Action". Action karakter ini akan berbenturan pd karakter lain atau peristiwa. #writing
Akibatnya benturan itu akan memunculkan "Situasi Baru" lagi. Situasi ini bila mengakhiri sequence, maka disebut turning point #writing
Jd siklus : "Situasi-Reaksi-Learning-Decision-Action" akan terus berulang di dalam sequence. Plot bisa "blend" sama karakter. #writing
**
Sekilas tentang Dian Nafi’. Pencinta purnama, penikmat hujan. Lulusan Arsitektur Undip. Pengelola PAUD, komunitas Hasfriend, Pimred DeMagz. Pemenang Favorit LMCR ROHTO 2011 dan 2013. Penulis Terpilih WS Kepenulisan PBA dan KPK 2011, Penulis Terpilih WS Cerpen Kompas 2012. Profilnya dimuat di Harian Analisa Medan (2011) Buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia (KosaKataKita, 2012), Jawa Pos-Radar Semarang (2013), Alinea TV (2014), Koran Sindo (2014). Menang Lomba Menulis bersama A. Fuadi. Antologi tersebut terpilih sebagai nominasi kategori Buku dan Desain Sampul Non Fiksi Terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia 2012. Penulis Novel Mayasmara. Tulisan dimuat di beberapa media, 20 buku dan 84 antologi/omnibook diterbitkan oleh berbagai penerbit, di antaranya Jendela-Zikrul Hakim, Quanta-Elexmedia, Bentang, Gramedia Pustaka Utama, DIVA Press, Leutika, Hasfa, Imania-Mizan, Familia, Qudsi, Bypass, Javalitera, Plotpoint, Grasindo, Diandra, Bunyan, Jentera, Erlangga, Gradien, Prenada, Visi Media, Indiva, Tiga Serangkai, Bitread. Blog: http://diannafi.blogspot.com, fb: ummihasfa, twitter: @ummihasfa

2 comments:

  1. Selama ini saya mengira plot dan alur itu sama saja.
    Terimakasih pencerahannya.

    ReplyDelete
  2. very interesting information thank you for sharing information may be useful Nutrisi daya tahan tubuh

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)