Friday, February 27, 2015

[Author of The Month] Erlita Pratiwi

Halo BaWers semua, entah berapa abad kakamin tidak lagi menjumpai BaWers dengan program Author of The Month. Tapi, itu dulu, lupakan masa lalu dan tatap masa depan. Kali AoTM datang lagi, perdana di 2015 dan semoga terus ada setiap bulannya. Dan yang terpilih menjadi AoTM bulan ini adalah Kak Erlita Pratiwi. Yuk, langsung kita kepoin Kak Erlita. 

Halo, Kak Erlita, apa kabar? Kalau boleh tau Kak Erlita sekarang tinggal di mana?
Alhamdulillah, kabar baik. Saya tinggal di BSD, Tangerang Selatan.

Langsung ke pertanyaan tentang menulis, sejak kapan mulai suka menulis?
Saya mulai menulis sejak Desember 2008. Waktu itu masih baru belajar menulis. Saya mengirim cerita anak ke laman cerita anak dan menulis skenario untuk sebuah acara televisi di salah satu stasiun televisi swasta. Honor pertama yang saya peroleh ya dari menulis skenario itu.

Setelah itu saya mulai ikut audisi beberapa buku antologi dan memberanikan diri mengirim cerpen anak ke Majalah Bobo.


Tahun 2010, buku antologi yang di dalamnya ada karya saya, terbit. Di tahun yang sama, saya menerbitkan buku kumcer anak secara indie. Tahun 2011 cerpen anak saya mulai dimuat di Majalah Bobo. Tahun 2013 buku saya terbit satu persatu.

Apa ada alasan khusus kenapa Kak Erlita suka menulis?
Enggak ada. Setelah berhenti kerja, saya sempat mencoba menekuni beberapa hal termasuk menerima pesanan kue. Kemudian, seorang teman lama memberi saran untuk mencoba menulis. Ya sudah, saya mencari info di internet seputar kelas belajar menulis online supaya saya tidak repot menempuh perjalanan dari BSD ke tempat kursus. Setelah selesai, saya kemudian belajar mempraktekkan apa yang saya pelajari. Saya hanya mencoba menjadi tetap waras setelah tidak lagi bekerja di kantor.

Sampai sekarang sudah berapa buku yang ditulis kak Erlita yang sudah diterbitkan?
Di luar antologi, buku-buku saya belum banyak. Baru ada delapan judul terdiri dari buku cerita anak, dongeng, novel remaja, buku kesehatan dan novel anak misteri. *karya lengkap tercantum di akhir wawancara*

Buku yang paling baru berjudul Misteri Pantai Mutiara, apa yang mendasari penulisan buku tersebut? 
Sebenarnya jawabannya sudah ada di blog saya www.erlitapratiwi.com/2015/02/misteri-pantai-mutiara-behind-scene.html

Ceritanya, tahun 2013 itu tahun kelabu bagi saya. Ikut beberapa lomba, kalah. Berturut-turut naskah saya ditolak. Tiba-tiba saya merasa saya tidak bisa lagi menulis. Menulis itu menjadi sebuah ‘mission impossible’ bagi saya.

Saya kemudian menceritakan hal ini kepada seorang teman yang juga penulis. Dia menyarankan saya untuk mencoba menulis genre yang berbeda. Ya sudah, saya turuti sarannya. Saya beli beberapa buku cerita anak misteri dan mencoba membuat naskah. Selain itu saya juga ikut audisi antologi. Pokoknya, saya melakukan yang seperti dulu saya lakukan di awal saya menulis.

Mengapa mengambil setting Pantai Mutiara?
Alasan pertama:
Akhir tahun 2013, saya dan keluarga berlibur ke Lombok. Di sana saya membeli mutiara. Saya pikir kenapa saya tidak mengambil liburan saya itu untuk bahan cerita misteri saya? Saya pernah baca di internet, ada beberapa kasus pencurian mutiara di Lombok. Baik pencurian dari tempat budidaya maupun pembobolan toko mutiara. Klop kalau begitu.

Alasan kedua:
Kan keren kalau settingnya Lombok. Jauh, gitu loh :D
Kak Erlita dengan buku Misteri Pantai Mutiara

Ketika menulis, apakah Kak Erlita menulis sinopsis lengkap atau kerangka karangan terlebih dahulu atau semuanya mengalir begitu saja?
Saya membuat poin-poin penting dari setiap paragraf. Saya tulis di kertas post-it warna-warni kemudian saya tempel di kertas A4. Sebelum menulis biasanya saya pandangi dulu. Kalau urutannya kurang ‘sreg’ saya tinggal cabut kertasnya dan dipindah atau ditukar dengan kertas post-it yang lain.

Kenapa memakai post-it? Supaya cantik. Warna-warni. Jadi, nggak stress :D
Saya pernah mencoba membuat tulisan tanpa kerangka karangan. Mengalir begitu saja. Naskahnya sih selesai tapi saya tidak punya ‘pegangan’ untuk revisi karena tidak ada catatan.

Buku sebelumnya yang berjudul Oishii Jungle, Kak Erlita mengambil setting di Taman Nasional Tanjung Putting. Apa yang membuat Kak Erlita mengambil setting tempat itu sebagai setting di novel Kak Erlita? 
Jawabannya sudah saya tulis di blog saya di http://www.erlitapratiwi.com/2014/01/behind-story-psa-2.html

Oishii Jungle itu saya buat dalam rangka ikut lomba PSA#2 (Publisher Searching for Author) yang diadakan oleh Grasindo. Jadi, supaya bisa mencuri perhatian juri, harus ada yang beda di naskah saya. Kalau cerita cinta-cintaan, bosen, ah. Saya mulai kasak kusuk dengan adik saya, cari ide. Dia mengusulkan cerita cewek Jepang yang pengen liburan ke tempat yang ‘tidak biasa’. 

Dari situ saya mulai membuat alur cerita dan apa saja yang ingin saya masukkan ke dalam cerita yang saya buat. Judul Oishii Jungle itu saya dapatkan menjelang detik-detik terakhir saya menyelesaikan naskah. Sempat diprotes adik saya, toh judul itu akhirnya tetap dipakai sampai akhirnya novel itu terbit.

Kenapa mengambil setting di Taman Nasional Tanjung Puting? 
Supaya keren! Haha…

Apa Kak Erlita pernah ke Pantai Mutiara atau ke Taman Nasional Tanjung Puting? Jika belum, bagaimana cara riset Kak Erlita untuk menjadikannya setting cerita?
Sebenarnya judul awalnya Misteri Pencurian Mutiara. Editor menggantinya dengan Misteri Pantai Mutiara menyesuaikan dengan judul-judul seri Kiddo sebelumnya yang menyebutkan tempat.

Saat pertama kali saya ke Lombok akhir tahun 2013, sebenarnya saya tidak berkunjung ke tempat budidaya mutiara. Saya hanya mengunjungi showroom perhiasan mutiara dan mendapat penjelasan tentang perbedaan mutiara air tawar dan mutiara air laut.

Saat saya ke Lombok untuk kedua kalinya akhir tahun 2014, saya baru mengunjungi tempat budidaya mutiara di Lombok timur dalam perjalanan menuju Pantai Pink dan tempat pengolahan kerang mutiara di Lombok Barat. Dalam kunjungan ini, saya juga membawa misi dari editor untuk mengecek setting gudang di tempat budidaya mutiara. Kalau setting di cerita saya ternyata beda jauh dengan aslinya, saya harus memikirkan cara untuk mengubahnya.

Yang membuat saya takjub, ternyata settingnya sama! Alhamdulillah, berarti naskah saya sudah bisa naik cetak.

Untuk setting Oishii Jungle, saya sebenarnya pengen banget ke Tanjung Putting tapi tidak mendapat ijin dari suami. Akhirnya saya minta teman saya yang tinggal di Pangkalan Bun mengirimkan foto-foto saat dia ke Tanjung Puting. Saya juga minta dia menceritakan pengalamannya dan kesan-kesannya. 

Selama bikin naskah Oishii Jungle itu saya bolak-balik bertanya ke teman saya. Saya juga minta dia membaca naskah yang sudah saya buat. Jadi dia bisa membetulkan kalau ada kekeliruan cerita. Selain itu, saya juga googling di internet dan membaca laman perjalanan. Sebagai tanda terima kasih saya, saya menjadikan dia sebagai salah satu tokoh di dalam novel Oishii Jungle.

Selain menulis buku, Kak Erlita juga menulis cerpen dan resensi. Mana yang lebih Kak Erlita suka? Tulisan buat media atau buku?
Dua-duanya. Saya menulis cerpen lebih dulu kemudian membuat buku. Saya tidak bisa mengatakan saya menyukai yang satu lebih dari yang lain. Masing-masing ada gregetnya.

Beberapa buku Kak Erlita ada unsur Jepang, setidaknya di judulnya, seperti Takoyaki Soulmate dan Oishii Jungle. Apa Kak Erlita menyenangi hal-hal yang beraroma Jepang? Mengapa?
Dibilang suka banget, enggak juga tapi adik saya suka banget sama jejepangan. Karena waktu itu saya ngobrolnya sama dia, jadinya ya gitu deh… hehe…

Di blog saya bisa dibaca cerita di balik novel-novel jejepangan itu. Novel Takoyaki Soulmate itu sebenarnya business plan saya. Saya pengen punya kafe dengan nuansa Jepang dan menu andalan Takoyaki. Begini dan begitunya kafe itu saya tuangkan di dalam novel Takoyaki Soulmate. Kalau novel Miss Bento memang diminta oleh editor untuk menuliskan naskah lain yang jejepangan. Saya sampai ikut kursus membuat sushi supaya dapat ‘feel’-nya. Jadi cerita di dalam novel Miss Bento itu tidak semuanya fiktif. 

Tokoh pendekar samurai beneran ada dan saya sudah minta ijin ybs untuk saya masukkan ke dalam novel. Oishii Jungle terbawa jejepangan karena bikinnya nggak lama dari novel kedua terbit.

Banyak para penulis pemula yang merasa kesulitan mendapatkan ide. Dari mana biasanya Kak Erlita mendapatkan ide untuk tulisannya baik buku atau cerpen?

Sama dong… Saya juga sering merasa kesulitan. Saya bukan orang yang banyak ide. Makanya suka minder dengan penulis lain yang melihat semut lewat saja sudah bisa jadi bahan cerita. Buat saya, ide itu lebih mirip jelangkung. Datang tak diundang :D

Banyak juga para penulis pemula yang merasa susah menyelesaikan tulisannya hingga ending. Bagaimana kiat Kak Erlita agar tulisan bisa selesai?
Saya enggak suka menghabiskan waktu lama menyelesaikan tulisan. Jadi, kalau saya sudah mulai menulis, saya akan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin. Kalau kelamaan nanti feel-nya keburu hilang. Yang lama itu biasanya menyusun kerangkanya dan risetnya. Mulainya darimana dan akhirnya bagaimana. Kalau kerangkanya sudah ada, tinggal ikutin aja sampai selesai. Kalau macet di satu bab, tulis aja sebisanya tapi jangan ditinggal. Nanti setelah selesai, baru dibaca ulang, ditambah, dikurangi, diperbaiki.

You might not write well every day, but you can always edit a bad page. You can’t edit a blank page. (Jodi Picoult)

Sebagian orang menilai sangat susah buat menembus penerbit. Ceritakan dong saat buku pertama Kak Erlita terbit. Apa saat itu Kak Erlita juga merasa susah menembus penerbit?
Begini, waktu itu saya ikut kelas online belajar editing. Mentornya adalah kebetulan editor. Di akhir kelas, peserta diminta memasukkan tulisan dan akan ditanggapi oleh sang mentor. Ya sudah, saya masukkan tulisan saya. Mungkin karena dianggap bagus, mentornya minta saya memasukkan sekian bab dalam waktu tertentu sampai akhirnya novel itu terbit. Dari situ, saya memelihara hubungan baik dengan editor.

Ada dua buku saya yang akhirnya terbit karena saya mengikuti kelas pelatihan menulis berbayar.

Untuk buku-buku selanjutnya bagaimana? Apa kemudian segalanya mudah buat menembus penerbit atau tetap perlu perjuangan juga?
Kalau mudah, mah, saya enggak akan mengalami penolakan dong, hehe…

Tentang kelas menulis berbayar. Menurut Kak Erlita bagaimana supaya kita bisa memanfaatkan dengan benar kelas menulis berbayar itu biar enggak rugi bayar dan balik modal karena Kak Erlita sendiri sudah ada 2 buku yang terbit dari pelatihan menulis berbayar?
Siapkan diri kita sebelum mengikuti kelas. Kalau di akhir kelas, kita diminta memasukkan naskah, siapkan dulu naskahnya. Kalau hasil dari kelas itu akan menerbitkan buku, pastikan kita punya ‘energi’ untuk menyelesaikan naskah, sebaik mungkin. Kalau naskah itu tidak terbit, berarti kita sudah rugi waktu dan rugi biaya. Kalau akhirnya naskah itu terbit, rajin-rajinlah promosi supaya royalty buku atau honor tulisan yang dmuat lebih besar daripada biaya yang sudah dikeluarkan.

Menurut Kak Erlita, apa keuntungan mengikuti pelatihan menulis berbayar? Karena ada yang berpendapat kalau menulis bisa dipelajati secara otodidak dengan bertebarannya tips menulis di jagad maya.
Keuntungannya ada mentor yang membimbing dan memandu kita, ada yang ‘mengomentari’ tulisan kita, ada yang memberi masukan. Itu pendapat saya. Kalau ada yang beranggapan bahwa dengan membaca tips-tips menulis yang bertebaran di jagad maya sudah cukup, ya monggo :D

Makanan buat penulis katanya adalah membaca. Apa Kak Erlita juga senang membaca buku? Buku dengan genre apa yang menjadi favorit Kak Erlita?
Sejak kecil saya suka membaca. Waktu itu saya suka cerita detektif dan petualangan. Papa saya dulu sering membelikan buku-buku karangan Enyd Blyton, Bung Smas, Darto Singo, Djokolelono. Setelah remaja dan sampai sekarang saya suka novel pembunuhan.

Apa buku yang paling berkesan yang pernah Kak Erlita baca?
The Pelican Brief – John Grisham dan Master of the game – Sidney Sheldon. Saya suka dengan gaya bercerita Sidney Sheldon. Novel Master of the game (Ratu Berlian) membangkitkan sisi ‘keperempuanan’ saya dan membuat saya ternganga. Betapa seorang perempuan bisa mengandalikan kehidupan bukan hanya kehidupan dirinya tetapi kehidupan orang-orang yang berhubungan dengannya dengan cara yang “kejam luar biasa”.

Ini paling sering ditanyakan oleh para penulis, bagaimana mengatur waktu untuk menulis? Apa Kak Erlita menulis setiap hari?
Berhubung saya ini emak yang sok sibuk, biasanya saya menulis malam hari setelah mata suami dan mata anak saya yang kecil terpejam. Itupun kalau saya tidak ketiduran setelah ngelonin anak saya :D

Setelah satu tulisan selesai, biasanya saya mengambil jeda tidak menulis beberapa hari. Kalaupun menulis ya tulisan pendek, membuat outline atau sekedar merapihkan catatan perjalanan saya. Kecuali kalau ada kejadian tertentu misalnya ada naskah yang harus direvisi. Ya sudah, tidak ada jeda.

Apa Kak Erlita perlu suasana khusus dalam menulis? Misalkan harus hening dan sepi.
Saya mencoba fleksibel. Kalau ada waktu mengetik, ya saya mengetik. Hanya saja, rasanya sih memang lebih enak menulis dalam suasana hening dan sepi dibanding di tengah keramaian.

Untuk selanjutnya ada project menulis buku apa lagi?
Ada naskah yang harus saya selesaikan. Setelah itu selesai, saya belum ada rencana. Saya tidak mau merencanakan terlalu jauh. Nanti kalau enggak kesampaian, sakitnya tuh di sini… *tunjuk dada

Apa buku-buku kak Erlita seperti Miss Bento dan Takoyaki Soulmate masih beredar di toko buku?
Sudah enggak. Dua novel itu terbit tahun 2013. Kalau Oishii Jungle (beredar 21 April 2014), Januari lalu saya masih lihat di beberapa toko buku. Ada juga toko buku yang re-stock. Bulan ini saya belum sempat memantau lagi.

Terakhir, apa pesan Kak Erlita buat para pembaca blog BaW yang juga ingin menjadi penulis seperti Kak Erlita?
Aduh… Masih jauh rasanya kalau saya disebut penulis :p
Saya setuju dengan yang dikatakan Mbak Eno (Triani Retno) di blog-nya, bahwa ada tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam menulis.

Kalau memang ingin menjadi penulis, laluilah tahapan-tahapan itu dan tetap konsisten menulis. Ada saat di mana kita harus melentur mengikuti jalan cerita kehidupan namun ada saat di mana kita harus memaksa diri kita, push to the limit.

Ada banyak kelas menulis, ada banyak pelatihan, ada banyak tips menulis yang bisa dibaca. Namun semua itu tidak ada gunanya kalau kita tidak ‘bergerak’ atau hanya bersemangat di awal tapi tidak konsisten menjaga semangat itu.

Satu lagi, mengutip pesan Mas Tasaro GK, menulislah dengan hati. Apa yang ditulis dari hati akan sampai ke hati.

Oke, Terima kasih untuk waktunya Kak Erlita. Buat BaWers semua, sampai jumpa di AoTM berikutnya. InsyaAllah.

Keterangan :
Jejak pena Erlita Pratiwi:
Buku:
* Seri Misteri Favorit 9. Misteri Pantai Mutiara, cerita anak, Kiddo (lini KPG), Januari 2015
* Oishii Jungle, Naskah Pilihan Lomba Novel Remaja PSA#2 Grasindo 2013, Grasindo April 2014
* Miss Bento, Novel Remaja, November 2013
* Dongeng anak-anak dari Australia, cerita anak, Nyonyo – Imprint Andi Publishing, November 2013
* Dongeng anak-anak Italy, cerita anak, Senama Publishing, November 2013
* 45 penyakit gigi dan Mulut, Andi Publishing, September 2013
* Takoyaki Soulmate, novel remaja, Grasindo, Mei 2013
* Scary Moment, antologi cerita horor, Indie Publishing, 2011
* Lovely Ramadhan, antologi, Indie Publishing, 2010
* Lovely Lebaran, antologi, Indie Publishing, 2010
* Pengantar Susu Bertopi Merah, cerita anak-anak, Indie Publishing, 2010
Media Massa:
* Resensi Buku “Kisah Rambut Moni”, Kompas Anak, 30 November 2014
* Sepatu Terbang, Kompas Anak, 25 Mei 2014
* Jaru, cerita remaja, Majalah Story, Oktober 2013
* Harta Karun Nino, Kompas Anak, 28 April 2013
* Ketika Rara berhenti berkicau, Majalah Bobo, 28 Februari 2013
* Resensi Buku ‘Kura-kura sang Juara’, Kompas Anak, 6 Januari 2013
* Kacamata Abrakadabra, Majalah Bobo, 20 September 2012
* Yoghurt, Si Basi yang Baik Hati, Kompas Anak, 20 Mei 2012
* Hantu Pianika, Majalah Bobo, 8 September 2011
* Teman Baru Yang Aneh, Majalah Bobo, 4 Agustus 2011
* Roti Coklat Misterius, Majalah Bobo, 13 Januari 2011
Skenario:
* Bukan Sinetron, Global TV, Desember 2009 & 2010
Lomba:
* Pemenang 1 Ghostwriting Competition kerjasama Grasindo – Radio Sonora, Januari 2015
* Naskah pilihan dewan juri, Lomba Novel Remaja Grasindo, Publishers Searching for Authors (PSA) # 2, Desember 2013




9 comments:

  1. Mba erlita kereeeen...pengen juga bisa nulis novel berseting Indonesia...makasih sharenya mba..memang kalo nulis harus segera diselesaikan ya biar feel nya ga ilang :)

    ReplyDelete
  2. terima kaish tipsnya mbk, semangat menyelesaikan naskah berikutnya walau penuh lika-liku Tsaaaaaaaaaah

    ReplyDelete
  3. Keren karyanya, keren wawancaranya :)
    Sukses ya Mbaaak :)

    ReplyDelete
  4. Saya suka bagian ini : "Kalau macet di satu bab, tulis aja sebisanya tapi jangan ditinggal. Nanti setelah selesai, baru dibaca ulang, ditambah, dikurangi, diperbaiki."
    ini yang harus saya ikuti, biasanya saya tinggalkan dan jadinya memang lama, tapi benar juga, kerangka yang belum siap, sulit menyelesaikan sampai akhir. Sukses ya mbak Erlita, makasih sharenya :)

    ReplyDelete
  5. kereeen...
    pingin deh seperti Kak Erlita... Semoga! ^_^

    ReplyDelete
  6. prestasinya keren, mukanya imut banget yaa mbak erlita

    ReplyDelete
  7. Menarik sekali untuk disimak, sayank banget jika sampai terlewatkan...

    ReplyDelete
  8. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete
  9. wah, karyanya udah banyaaakkk....jadi kepengen,,,tapi...naskah nopel gak beres2 :(
    harus ikutin tips ini nih :)

    mampir mampir yaaaaaaaaaaa :D

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)