Friday, April 25, 2014

Bagaimana Cara Agar Diarymu Bisa Menjadi Harta Karun Tulisanmu?*

Oleh : Ade Anita

Masih ingat tulisan saya bahwa sebuah diary bisa menjadi sebuah kotak harta karun untuk sebuah tulisan? Nah, berikut ini ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh teman kita Riani Desinastiti. Simak bareng-bareng yuk pertanyaannya:

Diary day
Tersandung Kaki Sendiri Ini sebenarnya kejadian berulang yang saya alami. Bukan sekali dua kali, tapi beberapa kali. Bahkan berpotensi menjadi bahaya laten. Buat saya sendiri tentunya. Tersandung kaki sendiri di sini bukan secara harfiah (walau pernah juga mempermalukan diri sendiri dengan cara ini di tempat umum). Saya sering tersandung kaki sendiri saat menulis cerita. Selalu ada peristiwa tertentu yang menggerakkan saya untuk menulis. Dan biasanya peristiwa itu ‘jleb’ banget di hati. 

Saya rasa semua penulis juga begitu, karena pada fasarnya cerita fiksi mendasarkan diri pada sekumpulan fakta yang dialami penulis, langsung atautidak langsung. Hanya saja, mungkin, penulis lain sudah lebih dulu menemukan cara melangkah yang rapi sementara saya masih serampangan (jadinya keserimpet sendiri deh, hehehe). 

Jelasnya begini: saya sering terbawa oleh perasaan sendiri. Tenggelam menjadi si tokoh, dan sulit menjaga jarak dengan jalan cerita. Nggak membahayakan siapa-siapa sih, memang. Tapi membuat alur atau penggambaran karakter jadi nggak jelas. Pilihan diksinya bisa menjadi lebay atau terlalu datar dan nggak fokus. Benar nggak sih? Sepertinya iya. 

Tuesday, April 22, 2014

[Author of The Month] Mell Shaliha

Author of the Month datang lagi di bulan April ini. Kali ini kita berbincang dengan Mbak Mell Shaliha yang novel baru beliau baru saja rilis. Yaitu The Dream in Taipei City yang diterbitkan Indiva. Yuk, simak bincang kakamin dengan Mbak Mell. 

Halo, Mbak Mell, pertanyaan pertama tentang menulis. Sejak kapan Mbak Mell suka menulis?
Jawab : Halo juga, saya suka menulis sejak SMP, kalau lagi galau gitu suka nulis di diary berupa curhat dan puisi-puisi. Tapi belum terpikir menjadi penulis karena merasa itu tidak mungkin.

Buat Mbak Mell, menulis itu sekadar kesenangan atau kebutuhan?
Jawab : Awalnya menulis hanya sebagai hoby, tapi sekarang mulai berpikir juga tentang kebutuhan, kebutuhan batin dan bonusnya financial.

Selain menulis, Mbak Mell suka apa lagi?
Jawab : Selain menulis saya suka baca buku yang pasti juga nonton dan jalan-jalan.

Wednesday, April 16, 2014

MENULIS KISAH INSPIRATIF YANG MENGINSPIRASI

#1 MATERI DIARY DAY (14 APRIL 2014)
MENULIS KISAH INSPIRATIF YANG MENGINSPIRASI
By : Elita Duatnofa

Permisi, kali ini saya kebagian memberikan materi tentang menulis kisah inspiratif, tentunya tanpa bermaksud mendaulat diri saya lebih tahu dari teman-teman yang ada di sini. ^^

Menulis kisah inspiratif itu memang gampang-gampang susah ya, awalnya kita pikir gampang karena toh kisah yang diambil juga berdasarkan kisah nyata baik kisah sendiri maupun kisah orang lain yang kita tulis. Tidak harus mengarang dan menyambung-nyambungkan konflik demi konflik sebagaimana yang biasa dilakukan saat menulis karya fiksi. Tapi kenyataannya banyak kisah inspiratif yang kita duga sudah bagus dan sesuai, ternyata gagal lolos audisi, atau tak memenuhi selera media dan penerbit, kalaupun kemudian lolos audisi dan dibukukan ternyata tak cukup menyentuh sehingga tak memberi kesan yang lama pada pembaca. Jadi, bagaimana sih caranya menulis kisah inspiratif yang baik dan berkesan?

1.      Tentukan pesan apa yang ingin disampaikan

Sebelum menulis, pastikan kita sudah tahu pesan atau amanat yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Setiap kisah inspiratif bertujuan untuk berbagi kekuatan dan hikmah, nah tentukanlah hikmah seperti apa yang ingin kita ungkapkan. Misalnya hikmah dibalik kesulitan, hikmah setelah putus cinta, atau hikmah dari penyakit yang diderita. Dari beberapa jenis hikmah yang saya sebutkan tadi juga masih bisa diruncingkan lagi, misalnya hikmah setelah putus cinta ya, nah dari putus cinta itu apakah hikmahnya adalah menjadi lebih dekat dengan keluarga, bisa mengenali siapa saja orang yang tulus dan peduli, atau mungkin putus cinta sebagai titik balik untuk menggapai prestasi, dan lain sebagainya.

Thursday, April 3, 2014

Bincang-bincang dengan Aida MA

      Di awal april ini, kakamin BaW punya sajian special untuk blog BaW. Kita berhasil bincang-bincang dengan penulis produktif yang satu ini : Mbak Aida MA. Yuk, simak bincang-bincang kita di bawah ini. 

     Halo, Mbak Aida, pertanyaan pertama dari BaW adalah kapan Mbak Aida mulai suka menulis dan kenapa menulis yang Mbak Aida sukai?
Jawab : 
Menulis itu sudah tertanam dan menjadi salah satu hal yang saya sukai saat saya masih kecil. Keluarga saya, khususnya ayah saya punya pustaka pribadi di rumah, dan saya selalu dibiarkan bermain di antara tumpukan buku-bukunya. Saya dibiarkan melihat tulisan yang sedang beliau tulis, ayah saya suka menulis buku-buku how to, kira-kira buku tentang tata cara manasik haji, kumpulan khutbah dan beberapa buku terjemahan dari bahasa Arab ke Indonesia yang kemudian dicetak oleh departemen Agama di daerah tempat kami tinggal.

Sebenarnya saya suka banyak hal, saya suka menyanyi, membaca puisi, berkebun dan bahkan saya suka menjadi penata rambut seseorang (heheheh). Namun memang dunia menulis yang lebih serius saya tekuni. Menulis, bagi saya bukan hanya sekedar suka-sukaan, namun ada ide dan gagasan saya yang bisa saya sampaikan kepada orang lain lewat sebuah tulisan, jika apa yang saya tulis baik, maka inshaa Allah akan memberi kontribusi kebaikan pula untuk orang lain.

Apakah Mbak Aida punya buku yang menginspirasi dan sering jadi panduan dalam menulis? Jika jawabannya ya, buku apa itu?
Jawab :
Saya agak kesulitan jika ditanya buku panduan dalam menulis. Jika buku yang menginspirasi banyak sekali. Dulu saat masih Aliyah, saya membaca buku-buku Sayyid Quthb, Dr.Yusuf Qardhawi.  Mulai kuliah, saya banyak hunting buku-buku Kahlil Qibran, dan buku-buku sastra lama yang generasinya jauh sekali dengan saya. Sekarang, bacaan saya bervariasi, saya memang penikmat buku-buku Nonfiksi, Psikologi, Motivasi popular. Sementara buku-buku fiksi-sastra ada beberapa yang saya baca seperti Haruki Murakami, Chetan Baghat, Remy Silado.