Wednesday, November 11, 2015

Tips menulis Fiksi (oleh : Helga Rif)


Mungkin ada banyak yang memiliki cita-cita menjadi seorang penulis layaknya para penulis handal yang buku-bukunya menjadi best seller di seluruh toko buku baik di dalam negeri maupun di luar negeri, namun tidak tahu harus mulai dari mana. Hmmm…bagaimana jika kita memulainya dengan menulis sebuah kata? Ya…cukup hanya sebuah kata. 

Dari sebuah kata yang pertama kali kita tulis, tak mungkin akan kita diamkan begitu saja tanpa ada lanjutan atau pelengkap yang menjadikannya menjadi sebuah kalimat. Dan dari sebuah kalimat, bisa jadi terus menjadi sebuah paragraf hingga akhirnya menjadi sebuah cerita.

Kamu bisa menulis bukan? Tentu bisa. Menulis adalah keahlian yang harus dimiliki oleh setiap anak minimal sejak berusia 6 tahun. Jadi…menulislah! Tulis apa saja. Curahan hatimu saat itu, peristiwa lucu yang terjadi terhadap dirimu, ataupun keadaan sekitar yang ingin kamu abadikan dalam sebuah tulisan. Menulislah sesering dan sebanyak mungkin. Dengan banyak menulis, kita akan terlatih untuk merangkai kata dengan baik. Biasakan diri untuk menulis setiap hari setidaknya setengah jam dalam satu hari. Rutinitas yang kita lakukan tersebut akan membiasakan kita untuk menghasilkan tulisan yang lebih banyak pada akhirnya.


Namun menjadi seorang penulis bukanlah hal yang mudah. Tidak lantas kita bisa menulis maka akan menjadi seorang penulis. Seorang penulis adalah juga seorang pembaca. Dengan membaca, kita akan mempelajari hal-hal yang harus kita lakukan pada karya kita sendiri. Jika kamu ingin menjadi seorang penulis novel, maka banyak-banyaklah membaca novel karya penulis-penulis terkenal. Atau jika kamu ingin menjadi seorang penulis biografi, maka perbanyaklah membaca buku-buku biografi orang-orang terkenal. Dari banyak membaca, kita akan mengetahui bagaimana mekanisme menulis yang baik, bagaimana gaya cerita yang sesuai dengan kita, dan dengan membaca juga dapat melahirkan ide kreatif untuk menghasilkan karya kita sendiri.

Ide kreatif untuk sebuah cerita juga bisa kita dapatkan dari kehidupan kita sehari-hari. Misal dari curhat teman, peristiwa atau masalah di sekitar kita, lingkungan alam, dan perasaan yang sedang kita alami. Jika tiba-tiba kita menemukan ide awal untuk sebuah cerita, maka tulislah saat itu juga. Kamu bisa menuliskannya di mana saja. Di perangkat handphone-mu, di atas selembar nota belanjaan, memo yang selalu kamu bawa, atau di laptop kesayanganmu.

Sebelum lanjut ke tips-tips lain yang akan saya sampaikan tentang menulis, mungkin ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu. Mungkin tidak banyak yang mengenal siapa saya. Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga dengan dua anak lelaki yang membantu suami mengelola Event Organizer. Saya tidak bekerja di kantor dengan jam kerja layaknya pekerja kantoran. Namun kesibukan saya sebagai seorang ibu mungkin melebihi kesibukan para manager papan atas di sebuah perusahaan karena harus mengurus rumah, anak, dan hal-hal lainnya yang seolah tidak pernah ada habisnya, termasuk di lingkungan tempat saya tinggal.

Saya tinggal di Bali sejak berusia 21 tahun. Jadi saya tidak mengetahui tentang adat dan kebudayaan Bali sejak kecil. Sejak saya menikah dan menjadi orang Bali, saya harus mempelajari banyak hal. Ternyata, adat Bali memiliki banyak aturan yang tidak diketahui oleh banyak orang non Bali. Hal itulah yang menjadi ide awal saya untuk akhirnya membuat sebuah cerita cinta dengan latar adat dan budaya Bali yang berjudul “Di Bawah Langit Yang Sama” terbitan GagasMedia.
Di Bawah Langit yang Sama

Saya juga seorang model. Cerita mengenai kehidupan seorang model saya tuangkan dalam novel yang berjudul “Menemukanmu, dalam sebuah cerita cinta” terbitan Bukune. Selain itu saya juga seorang atlet menembak, dimana olah raga menembak tersebut saya ceritakan sedikit dalam novel yang berjudul “Kepingan Cinta Lalu” terbitan Bukune. Sedangkan pekerjaan sebagai Event Organizer saya tuangkan di novel “Melepaskanmu, cerita cinta yang lain” dan “First Love” terbitan RakBuku.

Setelah menemukan ide awal, sebaiknya kita membuat sebuah kerangka cerita dari awal hingga akhir yang dinamakan outline. Kerangka tersebut terdiri atas bab-bab yang ada di keseluruhan cerita. Di setiap bab terdapat detail, pembahasan, keterangan dan masalah yang akhirnya menjadi satu kesatuan sebuah cerita. Dengan menggunakan outline, kita akan terhindar dari blockwriter atau otak yang tiba-tiba kosong untuk meneruskan tulisan. Outline akan menuntun untuk kembali ke jalinan cerita yang sudah dibuat hingga selesai pada akhirnya.

Rutinitas menulis harus bisa kita ciptakan sendiri. Banyak penulis yang membiasakan diri untuk menulis saat pagi hari. Begitu baru bangun, menghirup udara segar maka diharapkan ide-ide segar masuk ke dalam kepalanya.

Ada pula yang menulis di siang dan malam hari. Saya selalu menulis di malam hari saat semua anak-anak saya telah tidur sehingga tidak ada yang mengganggu dalam urusan pekerjaan baik rumah tangga atau lainnya.

Jika kita rajin menulis, biasanya sebuah cerita akan selesai dalam jangka waktu 1,5 – 3 bulan. Tergantung dari masalah atau keadaan yang ada di dalam cerita tersebut. Misal keadaan tempat dan lingkungan yang digunakan di dalam cerita tersebut adalah hal yang banyak dilihat oleh orang lain, maka tidak membutuhkan survey yang lama. Lain halnya jika lingkungan di dalam cerita tersebut tidak lazim. Misal daerah perkebunan kelapa sawit yang tidak banyak orang umum, tentu saja dibutuhkan survey yang lebih mendalam. Kita bisa saja survey dari buku-buku atau media sosial yang menjelaskan tentang kondisi di daerah perkebunan tersebut atau bahkan terjun langsung ke daerah perkebunan sawit tersebut. Hal ini tentu saja membutuhkan waktu yang lama sehingga proses penyelesaian sebuah cerita akan lebih lama dari biasanya.

Begitu pula terkait masalah yang ada di dalam cerita tersebut. Jika masalahnya sederhana, biasanya tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya karena tidak dibutuhkan survey mendalam. Di dalam novel “Di Bawah Langit Yang Sama” saya membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk melakukan survey ke berbagai sumber karena setiap adat di masing-masing daerah memiliki aturan yang berbeda. Saya harus mengambil jalan tengah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau ketersinggungan salah satu adat.

Dalam proses menulis, kita seringkali pula mengalami kebuntuan atau blockwriter. Coba luangkan waktumu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Menonton televisi, tamasya dengan teman-teman ke tempat-tempat yang menyenangkan atau sekedar menekuni hobby yang sudah lama tidak kamu lakukan. Diharapkan setelah itu ide-ide kreatifmu akan muncul kembali bahkan mengalir bak aliran air sungai yang deras.

Setelah sebuah cerita rampung dibuat, letakkan naskahmu selama beberapa waktu. Lupakan sejenak. Alihkan pikiranmu ke hal yang lain. Kurang lebih seminggu kemudian, lakukan revisi dengan membaca ulang keseluruhan cerita dari awal. Biasanya kita akan menemukan beberapa kelemahan atau kesalahan yang tidak kita perhatikan saat menuliskannya. Segera perbaiki! Kamu juga bisa minta tolong seorang teman sebagai pembaca awal naskahmu. Teman bisa memberi penilaian apakah naskahmu layak dinikmati oleh orang lain atau tidak.

Yang terakhir…segera kirim ke penerbit yang tepat sesuai dengan segmen dan ceritamu. Semoga berhasil!

Oya satu lagi…andai naskahmu ditolak penerbit, bukan berarti kamu tidak bisa menjadi seorang penulis. Perbaiki tulisanmu, teruslah belajar dan tetaplah menulis!!

Salam,
Helga Rif

Penulis Novel “Gara-Gara Irana Jadi Arini”, “Menemukanmu, dalam sebuah kisah cinta (Bukune, 2011)”, “Kepingan Cinta Lalu (Bukune, 2012)”, “Melepaskanmu, cerita cinta yang lain (Rak Buku, 2013)”, “First Love (Rak Buku, 2014)” dan “Di Bawah Langit Yang Sama (Gagas Media, 2015)”
Melepaskanmu

***

Pertanyaan dan Jawaban :
Tanya : Mugniar Bundanya Fiqthiya Salam kenal Mbak Helga. Menarik dan inspiratif. Jadi pengen tahu, apakah Mbak Helga memang gemar menulis sejak kecil? Aslinya Mbak Helga dari daerah mana (di atas disebutkan sebagai pendatang di Bali)
Jawab : Sebenarnya jaman kecil dulu kan kita suka bikin buku harian tuh....sama lah...saya juga suka nulis buku harian. Trus kl ada tugas bhs ind mengarang...paling seneng deh mengarang indah. Tapi gak pernah bikin karya apa2. Saya hanya suka membaca. Buku adalah hal yg selalu ada di sisi saya.
Asli saya dr Situbondo Jawa Timur.

Tanya : Hairi Yanti Inspiratif sekali tulisannya. Mbak Helga, mau nanya, dengan banyak kesibukan mb Helga termasuk jadi model dan atlet, mengapa Mb Helga masih terus menulis?
Jawab : karena menulis adl pengobatan bagi jiwa saya. Cieeee.... Tapi bener mbak...kl saya gak nulis...rasanya ada beban di dada yg menyesakkan. Terkadang kan kita perlu melampiaskan emosi apa pun yg kita alami dalam sehari2. Entah itu senang, kesal, capek, dll. Menulis adalah wadah bagi saya untuk menyeimbangkan jiwa.

Tanya : Beta Dwi Anggraini Halo... mbak Helga Rif, hm.... tulisan diatas sangat luar biasa.. saya jadi penasaran sma buku "Gara-gara Irana jadi Arini" sepertinya menarik. smile emoticon begini mbak, bagaimana cara mbak menyelesaikan tulisan-tulisan mbak, dengan menjadi seorang ibu rumah tangga juga membantu suami mbak mengelola Event Organizer bukankah itu lumayan menyibukkan diri?. pertanyaan yang kedua misalnya saya sedang membuat cerpen tapi di tengah perjalanan ide cerpen tersebut hilang dan muncul ide cerita lain kira-kira apa yang harus saya lakukan?
Jawab : Gara-gara Irana Jadi Arini tuh cerita remaja. Lucu gt ceritanya.
Saya sih sebisa mungkin mengatur waktu agar semua bisa berjalan. Misal nih...saat saya sedang mengurus sebuah acara...sedang menunggu loading panggung yg memakan waktu lama...saya sempatkan diri utk menulis walau hanya 1 paragraf di atas kertas saja.
Tulisan itu tdk harus terusan dr cerita yg sedang kita tulis. Bisa hal lain2.
Jika ide tiba2 hilang lantas muncul ide lain...kenapa tidak? Bukankah itu bisa menjadi bumbu yg bagus dlm sebuah cerita? Jadi...teruskan.

Tanya : Dwi Aprilytanti Handayani excellent, model, penulis, blogger dan event organizer, gimana cara mbak Helga Rif bagi waktunya ya...banyak kesibukan tapi bisa punya banyak bahan untuk ditulis. Saya paling susah nulis fiksi baru bisa menulis artikel ringan atau review buku. Adakah tips khusus agar bisa menjadi penulis serba bisa, bisa nulis fiksi maupun non fiksi ? terimakasih sebelumnya....
Jawab : Pembagian waktu tidak akan sulit kok. Toh kerjaan saya di model dan EO tdk setiap hari. Jadi...di sela2 tdk ada kerjaan, saya punya waktu lebih utk nulis. Sejujurnya...saya agak gak bisa jika disuruh menulis artikel. Hehehe

Tanya : Umminya Umar Halo Mbak Helga,, salam kenal, saya Sri di Lombok. Saya punya novel Melepaskanmu karya Mbak, menarik.
Oh ya Mbak, saya tertarik dgn pernyataan Mbak untk menulis brdadarkan pengalaman. Saya juga termasuk orang yang senang menulis berdasarkan pengalaman, biasanya saya tuangkan dalam tulisan ketika mengikuti lomba lomba menulis antologi flash true story. Nah, saya sangat memimpikan memiliki sebuah novel fiksi sendiri yang diramu dgn pengalaman2 dlm kehidupan nyata. Tapi, saya sering kesulitan menggabungkan realita dengan rekaan ke dalam sebuah fiksi. Berdasarkan pengalaman menulis Mbak Helga, bagaimana tips agar saya bisa memecahkan kebuntuan trsebut? Terima kasih.
Jawab :  halo Sri...melepaskanmu ada Lombok nya loh. Hehe.
Novel saya tidak berdasarkan cerita sesungguhnya. Hanya hal2 kecil yg pernah saya alami. Misal....saya pernah ke sebuah hotel di Lombok...jadi saya masukkan suasana hotel itu. Atau saya pernah jatuh cinta...jadi saya ungkapkan perasaan saya. Tidak semua hal di dlm cerita kita berdasarkan pengalaman kita, krn jika pengalaman kita sudah kita ungkapkan semua...lantas di cerita berikutnya...apa yg bisa kita ungkapkan? Berkhayal lah. Bayangkan mengalami hal yg ingin kita ceritakan.
Memecahlan kebuntuan? Kembali ke outline. Lihat kerangka karangan kita lagi mau dibawa kemana tuh cerita.

Tanya : Naqiyyah Syam wah salam kenal Mbk Helga Rif, aku sudah baca “Di Bawah Langit Yang Sama” terbitan GagasMedia. Aku pikir Mbk asli Bali soalnya settingnya dan deskripsinya bagus banget. Aku mau tanya, soal setting apa saja yang mbk lakukan agar "menjiwai" terutama jika setting itu bukan asli tempat tinggal kita? Berapa lama risetnya? perlu wawancara jugakah? Bagaimana biar setting tak menempel tapi juga masuk ke jalan cerita? Kemudian, soal tokoh. Apakah mbk punya tips agar membuat tokoh dengan karakter yang kuat? sehingga pembaca selalu terkenang dengan tokoh dalam novel? Terima kasih.
Jawab : makasih loh udah baca novel "Di Bawah Langit Yang Sama". Cerita itu butuh survey dan wawancara mendalam. Saya butuh waktu lebih dari 1 tahun utk riset. Kita harus membangun sebuah setting agar memudahkan pembaca utk membayangkan bagaimana dan dimana sang tokoh tersebut berada. Bisa jadi setting tersebut hanyalah sebuah khayalan atau bahkam sesuai kenyataan yg ada.
Utk membangun tokoh juga begitu. Kita membayangkan bagaimana sosok tokoh yg kita ciptakan. Bagaimana rupanya, kebiasaannya, sifatnya hingga perasaannya yg mendalam.

Tanya : Ratna Hana Matsura Wah, hebat dan sangat menginspirasi. Salam kenal Mbak Helga Rif
Bagaimana mengolah ide yang mainstream tapi tetap asyik untuk dituangkan? Soalnya kadang kebanyakan orang memiliki ide sama meski eksekusi beda. Jujur saya memiliki kelemahan dalam setting. Bagaimana mengatasi agar setting yang kita buat benar-benar hidup. begitupun dengan tokohnya.  Bagaimana membuat percakapan yang hidup,ya? Seolah kita pas membaca juga merasakan setiap adegan itu. Terima kasih.
Jawab :  ide sama bukan hal yg buruk kok? Saya sering membaca cerita dgn ide yg sama tetapi tetap saja mengasikkan utk dibaca krn memiliki perbedaan2. Apalagi ide mainstream, tentu mengejutkan hingga buat org penasaran. Jadi jika punya ide mainstream...kenapa takut utk dituangkan?
Dlm membangun sebuah setting dan tokoh...kita memang harus membayangkan semua itu terwujud nyata. Bayangkan saja suasana yg akan kita tulis di cerita. Bagaimana udaranya, suaranya, kesibukan sekitar, warna2nya, dll. Pejamkan saja matamu...lalu bayangkan...dan tuliskan. Begitu pula dgn membangun tokoh. Anggap saja kita Tuhan yg menciptakan sosok manusia. Hendak seperti apakah tokoh itu?
Dan bayangkan pula jika kita sebagai sang tokoh yg sedang bercakap2. Bagaimana alunan nadanya, logatnya, ekspresinya. Jika perlu...bersuaralah agar lebih menjiwai dlm menulis dialog.

Tanya : Eni Lestari terima kasih sharing tulisannya, mbak. bermanfaat bgt buat saya. yg mau saya tanyakan bagaimana membuat tulisan yg berkesan dan istimewa, yg membuat pembaca terngiang2 dg cerita kita? apa harus mengambil tema unik yg gak pernah ditulis penulis lain?
Jawab :  tidak harus cerita unik. Cerita sederhana pun bisa menjadi sebuah cerita yg menarik asal kita bisa mengisahkannya dgn baik. Asal kita mampu meramunya dgn manis sehingga keseluruhan jalan cerita menyatu dan mengalir dgn baik. Satu hal...biasanya penulis memasukkan pesan moral di dlm ceritanya. Itu yg bisa menjadi sebuah cerita terngiang2 di benak pembaca.

Tanya : Ana Falesthein Tahta Alfina Keren mbak Helga. Menulis itu sebaiknya menggunakan outline. Pertanyaannya, mbak Helga termasuk tipe yg mana? yg menulis runut mengikuti outline, atau yg menulis lompat2 namun tetap mengacu pada outline? Terima kasih..
Jawab :  Saya menggunakan outline. Krn saya tipe org yg suka nulis hal2 tidak jelas atau tdk nyambung dgn cerita yg sedang saya tulis. Hehe. Jadi...saya suka nulis sesuai isi hati saya. Nah...tulisan saya itu simpan di folder lain. Saat kembali fokus pada outline cerita...saya bisa saja mengambil cuplikan tulisan saya di folder tersebut utk menyelesaikan cerita.

Tanya : Annisa Azzahra Salam kenal Kak Helga Rif... ini ilmu baru lagi buat saya, inspiring...
Pertanyaan saya, bagaimana cara mengolah imajinasi kita agar tiap cerita yang kita buat tidak monoton sehingga menimbulkan kebosanan ketika dibaca?
Kemudian, adakah tips dan trik agar notes yang kita buat dari ide-ide yang muncul acak dan mendadak tersebut bisa kita eksekusi lebih lanjut sehingga menjadi cerita utuh?
Terakhir, bagaimana agar bisa konsisten dengan gaya bercerita yang smooth, renyah serta tanpa menggurui pembaca?
Jawab : Banyak membaca, banyak nonton, banyak mendengar cerita org, banyak jalan2 (kl ini mah aku juga mau bgt!), banyak hangout. Pokoknya banyak2lah melihat keadaan. Imajinasi bisa muncul dr mana saja. Dr sebuah lagu yg kita dengar. Dari percakapan kita dgn suami. Dll.
Muncul ide...lalu buatkan outline atau kerangka karangan. Bagaimana awal mula cerita, bagaimana konfliknya, dan penyelesaiannya.
Agar terkesan tdk menggurui pembaca? Nggggg...bagaimana jika berandai2 tdk punya pembaca tetapi kita menulisnya hanya utk diri kita? Anggap tulisan itu utk kita sendiri...yg berisikan pembelajaran utk kita dlm menyikapi sebuah masalah. Kita tdk mungkin menggurui kita sendiri bukan? Kita biasanya sekedar mengingat bagaimana seharusnya kita berbuat.

Tanya : Sutono Suto Jarang model yg kemudian merambah dunia kepenulisan. Pertanyaanya, pasti mba Helga terinspirasi seorang model atau paling tidak selebriti yg juga penulis .Kalau ada siapa? terus seberapa kuat pengaruhnya.
Jawab : ini pertanyaan paling sulit. Krn saya tdk punya jawabannya. Sungguh...saya tidak punya figur idola seorang model atau selebritis yg penulis. Jadi...maaf gak bisa jawab.

Tanya : Desi Namora Salam kenal Mba Helga..bagaimana biar gak buntu mnulis meskipun sudah membuat outline mba..saya suka buntu klo udah gak brada pada mood yg sama seperti saat mulai mnuliskannya.. trimakasih bnyak mba..
Oiya.. kebiasaan menulis setengh jam dlm satu hari itu..mba biasanya menuliskan apa mba?
Jawab : saya juga sering buntu kok. Bisanya kl gt saya suka buka twitter...liat2 ocehan orang lain. Atau pergi dgn keluarga...liat2 org yg lalu lalang. Atau bahkan curi dengar pembicaraan sepasang kekasih di samping saya. Jadi jika saya buntu...saya jalan2 atau sekedar diam duduk mendengarkan lagu dan nonton film saja.
Biasanya sih saya nulis tentang apa yg saya alami. Misal saya sedang sedih krn Tante meninggal dunia. Ya saya tulis bagaimana baiknya beliau saat sedang hidup, terlihat di saat beliau meninggal. Begitu banyaknya yg menengok beliau.




1 comment:

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)