Monday, October 13, 2014

Materi #3 Kelas Menulis Novel : Tips Memperkuat Karakter Tokoh-Tokoh Dalam Novel (by Eni Martini)

Eni Martini

Tips: Memperkuat Karakter Tokoh-Tokoh  Dalam Novel
by Eni Martini

Sebelum menguaraikan tips tersebut, saya pribadi sebenarnya juga masih terus dan harus banyak belajar untuk memperkuat setiap tokoh dalam novel saya. Pembelajaran dari membaca berbagai genre novel, nonton film dan mengamati langsung tokoh hidup di dunia nyata, tiga hal ini yang kerap saya lakukan begitu sebuah ide membuat novel mencuat.


Apakah itu Karakter Tokoh?
Kadang kita masih rancu dengan pengertian TOKOH&KARAKTER TOKOH karena menganggap kedua hal itu sama yaitu: Seseorang tokoh utama atau pembantu/tambahan yang memiliki sifat atau karakter tertentu sehingga kita bisa membedakan antara tokoh A dan tokoh B. Misal: A tokoh utama yang antagonis, B tokoh pembantu/tambahan yang prontagonis.
Sesungguhnya TOKOH&KARAKTER ini berbeda. TOKOH adalah para pelaku atau orang-orang yang berada dalam karya fiksi/sebuah novel, sedangkan KARAKTER adalah perilaku si tokoh tersebut.
Sementara karena saya, ingin memberi tips memperkuat karakter tokoh dalam novel, maka saya akan lebih membahas tentang si KARAKTER ini. Sebuah karakter yang mengikuti tokoh dalam novel itu merupakan peran penting untuk menghidupkan cerita, memperkaya cerita karena pada dasarnya isi sebuah novel adalah karakter para tokoh itu sendiri.
Jadi bagaimana sebuah tulisan/cerita fiksi akan menarik bila karakter tokohnya tidak kuat, terjadi kembar karakter antara tokoh utama dan tokoh pembantu/tambahan?

TIPS-TIPS MEMPERKUAT KARAKTER TOKOH:
  1. Tentukan tokoh-tokoh dalam tulisanmu sesuai keinginan dan tentu sesuai isi dalam tulisanmu itu sendiri.
Ketika akan menulis sebuah novel hal kedua yang saya lakukan, setelah menemukan ide adalah menentukan seperti apa tokoh-tokoh dalam tulisan tersebut.
Mis: Dalam novel saya, Rainbow, saya memiliki dua tokoh utama yaitu Keisha&Akna serta beberapa tokoh pembantu/tambahan, yaitu: Emi, Romi, dll

Keisha adalah wanita muda cantik yang memiliki karakter pendiam, lemah lembut namun memiliki sisi kekuatan hati yang tidak terduga
Akna lelaki muda berwajah manis, komikal, sosok yang merasa begitu hebat namun memiliki kelemahan hati ketika tertimpa musibah atau kondisi yang mengguncang.
Emi wanita muda yang periang, berpikiran bebas, dan merupakan sosok yang setia dengan nilai persahabatan.

ð  Setelah menentukan tokoh-tokoh tersebut maka saya akan menulisnya dalam sebuah catatan. Tujuannya agar tidak terjadi perubahan seiring dengan jalannya cerita yang akan segera atau akan saya tulis.


  1. 2.      Penulis adalah pelukis watak dalam tokoh karya fiksinya sendiri
Dalam sebuah tulisan yang saya baca, proses karakterisasi para tokoh ini diibaratkan seperti melukiskan watak para tokoh dalam suatu karya fiksi.
Karakterisasi merupakan pola pelukisan image seseorang yang dapat dipandang dari segi fisik, psikis dan sosiologi*sumber Arimbi Bimoseno-Kompasian

Maka setelah menuliskan dalam catatan point no. 1, saya akan memperdalam karakter para tokoh seperti bentuk fisik, psikis dan sosiologi. Mis:

Keisha: untuk mewujudkan karakter tokoh utama dalam Rainbow, saya menonton beberapa film dan mendapatkan pada sosok Liv Tyler dalam film 'The Incredible Hulk'. {mosimage}. Dalam film ini Liv berperan sebagai Betty Ross, saya dapatkan dari segi fisik: tampang, raut muka, rambut, bibir, gaya berpakaian. Sementara dari segi psikis ini dari daya khayal saya semata, lalu segi sosiologi hal yang saya ambil atau fokuskan adalah pekerjaan si Keisha sebagai pemilik toko keperluan baby, online dan offline, karena kehidupan sosial Keisha lebih banyak berhubungan dengan bisnisnya. Di sisi ini berdasarkan pengalaman pribadi saya menekuni bisnis buku secara online dan offline yang mana sistem menjalankannya sama.

Akna: saya yang suka karakter laki-laki cool seperti Wahyu dalam novel Bersandarlah di Bahuku, Hening dalam Sehelai Daun Kapuk Randu, dll, mencoba terobosan baru membuat tokoh utama cowok yang komikal agar pembaca menemukan hal yang berbeda dari novel. saya. Sebab, banyak diluar sadar para penulis membuat karakter tokoh yang sama atau mirip-mirip tipis dibeberapa novelnya. Maka saya mencari sosok secara fisik not my typehehehe, imajinasi yang berlawanan. Sementara untuk psikisnya saya banyak mendengarkan cerita dari kehidupan orang-orang yang mendapat ujian hebat dalam hidupnya, perubahan psikologis yang terjadi, dsb. Untuk kehidupan sosialnya saya ambil dari kehidupan para lelaki di kantor saya dulu, termasuk jenis pekerjaan yang ditekuni.
Sekedar info, untuk tokoh-tokoh pembantu/tambahan karakternya hasil hunting ketika sedang jalan-jalan ke mall atau pusat perbelanjaan. Melihat penampilan fisik, gesture mereka. Karena tokoh pembantu/tambahan ini cenderung lebih banyak dari tokoh utama, maka saya jarang menggunakan gambaran tokoh dengan memiliki deskrip detil seperti tokoh utama. Namun untuk mencegah tokoh pembantu/tambahan yang kembar dan harus tetap menghidupan isi cerita, ya itu tadi... mengamati kehidupan  nyata yang penuh aneka ragam orang&karakternya.

ð  Karena benar-benar ingin mendapatkan karakter fisik yang sesuai dari sosok yang sudah saya pilih, foto Liv Tyler pun tertempel di dinding depan saya ngetik naskah Rainbow :D

  1. 3.      Berjuang mencari NAMA TOKOH
Setelah point 1-2 , sudah mendapatkan karakter-karakter tokohnya yang baru saya kasih inisial A-B-C dst. Soal nama ini menjadi penting buat saya, gak asyik kan kalau tokoh yang digambarkan pendiam, cantik, saya beri nama, misalkan: Tugiyem (Ups! Sorry) atau tokoh ART yang sederhana saya beri nama, misalanya: Cintya... he he he

Maka berburu nama yang PAS, KLIK... menjadi PR berikutnya yang gampang-gampang susah. Seorang editor GPU Amore bahkan mengatakan pada saya:

“Hati-hati dengan sebuah nama dalam tokoh di novelmu karena itu bisa membunuh image tokoh yang penulis ciptakan”

  1. 4.      Perhatikan Gaya Bicara si TOKOH
Nah, ini dia PR yang paling panjang buat saya. Hal-hal yang kadang-kadang luput dari kontrol penulis seperti saya. Ingat, pembaca itu kaya. Kaya pengetahuan, kaya komunikasi, kaya kebudayaan/dari berbagai suku bangsa, dll.
Maka ketika kita akan membuat Tokoh baik utama atau pembantu/tambahan adalah perhatikan gaya bicara harus sesuai dengan karakter yang kita ciptakan.
Mis:
Yanti: ini tokoh pembantu/tambahan di Rainbow sebagai ART yang bekerja di rumah Keisha, karena dia berasal dari Bandung maka saya menggambarkan spell/nada bicaranya yang kental khas Sunda, seperti ketika menyebut Mami jadi Mamih, penekanan di H.

Mami Akna: “Kei, Mamimu ini bicara serius pula!” (Rainbow, Hal:7)
kata pula sering diucapkan masyarakat Medan sebagai sekedar penambahan kalimat saat bicara.
Hal diatas saya ketahui dari mendengar logat teman yang kebetulan berasal dari Bandung dan Medan.

Tidak hanya spell/nada bicara tapi juga kosa kata bicara para tokoh, misal: dari segi pendidikan, lingkungan, pekerjaan si tokoh, tentu akan ada perbedaan antara ART dan boss. Atau karyawan dengan pemilik usaha, dsb.

Dulu, salah satu editor Gagasmedia pernah diskusi dengan saya perihal gaya bicara:

“Kehati-hatian dalam gaya bicara tokoh ini penting sekali karena jika kita tidak cermat, bisa saja pembicaraan seorang ibu muda menengah ke atas gak beda dengan pembicaraan ibu-ibu di gang sempit saat belanja sayuran”

Maka untuk menghindari hal itu, rajin-rajinlah riset ketika akan menulis karakter tokoh dalam novelmu. Atau jangan membuat karakter yang SUPER sementara pengetahuan kita terbatas untuk si super itu, mis: karena ingin berbeda kita membuat karakter tokoh secara sosial highclass tapi ketika membicarakan tentang branded atau sebuah rumah makan mewah atau tempat hangout ternyata masuk kelas menengah ke bawah. Buat pembaca yang paham, ini bisa jadi bahan tertawaan di belakang.
Termasuk juga soal bahasa, dll.

So selamat berkarya, semoga dengan tips sederhana ini bisa membantu. Dengan segala kekurangan, saya hanya sekedar berbagi sepotong ilmu diantara lautan ilmu yang anda miliki.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Profil pemateri :
Eni Martini, menulis sejak menyukai menulis. Karya pertamanya berupa puisi dimuat di media cetak tahun 1990, lalu jurnal perjalanan, cerpen, essay, salah satunya rutin dimuat di majalah Matabaca-Bank Naskah Gramedia, satu novel horornya pernah difilmkan Mplus tahun 2010, naskah dogeng anak klasiknya sering dibacakan diacara mendongeng anak-anak. Terhitung novel fiksi berbagai genre (komedi, horor, teenlit&dewasa yang ditulisnya sekitar 21 judul, dan beberapa nonfiksi serta antologi diterbitkan penerbit mayor.

Insaallah akan menyusul novel dewasa yang akan diterbitkan Amore GPU.

2 comments:

  1. Membuat karakter yang kuat dalam tokoh novel ternyata ga mudah yah, itu yang dibahas baru nomor 1, berarti masih ada lagi tipsnya

    ReplyDelete
  2. makasih sharingnya ya... bermanfaat

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)