Wednesday, November 12, 2014

Blog Tour Gerbang Trinil : Hari Ketiga

Hari ketiga blog tour Gerbang Trinil, saya mau kepoin salah satu penulisnya. Salah satu? Iya, karena Gerbang Trinil ditulis oleh 2 orang, jadi saya mau tanya-tanya seputaran Gerbang Trinil sama salah satu penulisnya. Kali ini yang saya kepoin adalah Mbak Amalia Dewi F atau Mbak Syila Fathar. Untuk Mbak Riawani Elyta nanti dikepoin sama host blog tour selanjutnya. 


Halo, Mbak Amalia, kita langsung ke pertanyaan pertama. Ide cerita Gerbang Trinil unik sekali. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya ide menulis Gerbang Trinil?
Jawab : Ide menulis cerita sebenarnya sudah lama, pernah saya ikutkan proyek antologi dalam bentuk cerpen, tapi gak lolos, hehe. Nasibnya ternyata di novel. Ide awal dari sebuah grup Indonesia Mysteri. Saya memang suka yang berbau2 misteri. Di sana beraneka macam misteri, diulas, dibahas dan dicari bukti ilmiahnya. Tapi misteri Gerbang Trinil, murni fantasi, cuma dasar idenya dari grup itu.

Genre Sci-fi biasanya dikuasai oleh karya dari luar negeri. Adakah film atau buku yang menjadi bahan rujukan Gerbang Trinil?
Jawab :
Yang sangat mempengaruhi saya adalah War of The Worlds (movie), bintangnya Tom Cruise, idola sejak jaman jadul #tutupmukaaa. Ide tentang 'Nera' saya ambil dari sana. Kalau buku malah saya belum nemu, lebih suka film.

Untuk setting Trinil, apa Mbak Amalia pernah tinggal di sana atau riset langsung ke sana buat menulis Gerbang Trinil? 

Jawab : Untuk setting Trinil, saya gak pernah ke sana. Mudah-mudahan suatu ketika bisa bertandang ke sana dan ketemu sama si Phite. Saya banyak mendapat informasi dari mbak Viana Wahyu.

Judul Gerbang Trinil dari penulis atau penerbit?     
Jawab
: Judul Gerbang Trinil adalah judul pertama yang saya munculkan. Sempat diminta sampai 10 judul alternatif. Kami berdua sampai puyeng nyari, eh ternyata yang kepakai tetep judul awal.

Ide cerita Gerbang Trinil dari Mbak Syila Fathar. Ada alasan khusus kenapa menggaet mb Riawani Elyta buat duet?
Jawab :
Waktu itu ada agenda duet di grup Be A Writer. Sengaja saya nembak mbak Riawani Elyta, karena saat itu saya kesengsem sama semangatnya. Bakar bakar bakar, gitu katanya, hehe. Soalnya, saya bukan tipe 'istiqomah' dalam menulis, jadi perlu seseorang untuk membakar saya. Saya ajukan ide dan beliau tertarik. Alhamdulillah.

Apa ada kesulitan selama pengerjaan Gerbang Trinil? Karena seperti yang kita tahu tidak mudah menyatukan isi dua kepala.
Jawab :
Alhamdulillah tidak ada. Karena sebelum mulai kita sudah sepakat dengan outlinenya. Jadi dalam pengerjaan, saya benar-benar banyak belajar dari mbak Riawani. Sharing ilmunya sangat membantu dan bermanfaat bagi saya. Kendala mungkin hanya di masalah keluarga, sehingga agak tersendat. Waktu itu, bapak (Alm) terserang tumor ganas stadium IV dan menghentikan pengobatan. Jadi, waktu saya lebih banyak untuk orang tua.

Rencana menulis Mbak Syifa Fathar selanjutnya apa? Masih bergerak dalam genre Sci-Fi?

Jawab : Saya dari dulu lebih nyaman di fantasi, kurang begitu suka romance. Jadi mungkin masih di genre setipe scifi atau fanfic. Mungkin lain kali mau coba juga genere lain, sepertinya asyik. Tapi, kadang cenderung belok juga ke fantasi, hehe.

Sebenarnya, saya pribadi nyadar kalau genre ini kurang diminati oleh pembaca Indonesia. Tapi semoga bisa menambah kekayaan budaya dan menjadi alternatif bacaan di tengah banjirnya genre romance. Berharap yang suka romance mulai melirik sesuatu yang agak berbeda.

Pertanyaan terakhir tentang nama Syila Fathar, kenapa memilih nama itu sebagai nama pena?
Jawab :
Nama pena itu singkatan nama 4 anak saya. Syifaa-Nayla-Fathin-Ammar, Jadinya Syila Fatar. Dulu waktu bikinnya juga rembugan sama mereka, kecuali yang bungsu, hehe. Dan semua anak saya senang dengan nama itu karena gabung jadi satu. Ya sudah deh, jadi merk.


Syila (Syifaa dan Nayla) dan Gerbang Trinil. Ada Minion juga, host-nya salah fokus :p


Kreatif ide nama penanya, Mbak. Oke, Mbak Syila Fathar, terima kasih untuk waktunya. Terima kasih buat pengunjung blog BaW yang menyimak, sampai jumpa di hari keempat.          


Blog Tour Gerbang Trinil Hari Pertama
Blog Tour Gerbang Trinil Hari Kedua
 

17 comments:

  1. Waah.. baru ngeh asal-usul nama penanya. So sweet.. :)

    Dan saya baru tahu kalau genre sci-fi atau fantasi itu kurang diminati di Indonesia. Tapi novel luar macam HP kok laris, ya? Hmm...
    Semoga laris manis novel ini. Dan dinantikan novel selanjutnya. Supaya ada yang menyaingi genre romance :D

    Btw, Mbak Riawani Elyta emang top semangatnya. Saya juga salut.

    ReplyDelete
  2. Menggaet mbak Riawani memang ide brilian karena orangnya tampak sangat fokus terhadap pekerjaan dan karya2nya sudah banyak

    Psst...bocoran aja..untuk tahun depan pangsa romance akan bergeser kok, lebih ke misteri kata narsum saya hihihi

    ReplyDelete
  3. Aku juga lebih suka sci-fi dibanding romance kok~ Seneng liat ada novel sci-fi dari Indonesia lagi. Dulu suka banget NSJ 2122. Mungkin itu pelopor novel sci-fi Indonesia kali ya? (atau aku aja yang nemunya itu doang?)

    ReplyDelete
  4. Nama penanya keren dan kreatif. Judul gerbang trinil juga bikin penasaran orang untuk baca dan mbak riawani mau juga donk dibakar semangatku biar bisa nulis keren kaya kalian

    ReplyDelete
  5. aku sm kaka host blog tour ini kayaknya teuteup cinta romance.. hihi..
    tapi sci-fi juga suka.. salut gt sm penulisnya.. jadi penasaran pingin baca..

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. mbak, wawancara penulis satunya dong, jadi penasaran ...hihihi

    ReplyDelete
  8. Setujuu.. Mbak penulis satunya diwawancara juga *kepo :D

    ReplyDelete
  9. Idenya keren! Selamat yaa mba berduaa....

    ReplyDelete
  10. Uhmm, sejujurnya saya pecinta genre romance asli lho, hehe. Tapi saya ndak langsung menutup mata terhadap genre lainnya. Suka juga baca genre lain termasuk sci-fi, lah ini buktinya saya udah terlanjur penasaran dengan Gerbang Trinil. :)

    Kalo dari pandanganku sih ya kayaknya bukan karena pembaca di Indonesia kurang meminati sci-fi, tapi kurangnya penulis-penulis brilian dari lokal yang bisa membuat novel sci-fi sekece novel sci-fi luar. Sementara banyak pembaca yang ogah mau baca buku terjemahan karena selain harganya yang lebih mahal, menurut mereka bahasanya kurang "luwes" jadi kurang bisa menikmati keseluruhan cerita. Soalnya awal-awal hobby baca dulu saya juga gitu sih hehehe.

    That's why penulis lokal bergenre romance makin menggila karena tiap orang akan tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta dan jika membahas cinta memang tidak akan ada habisnya. Belum lagi tiap orang pernah mengalami kisah cinta yang bisa langsung tertuang ke dalam tulisan dari pengalaman pribadinya.

    Anyway, salut sama penulisnya yang mau anti-mainstream dan selamat atas terlahirnya novel Gerbang Trinil. Semoga akan ada banyak mata melirik novel ini dan akhirnya beralih menggilai genre sci-fi. :D

    ReplyDelete
  11. sampai saat ini, saya belum pernah baca novel atau cerpen Indonesia yang bergenre science fction. novel ini mungkin bisa jadi pelopornya

    ReplyDelete
  12. Sci-fi karya penulis Indonesia juga gak kalah sama penulis luar kok. Sepertinya Buku Gerbang Trinil ini membuat nuansa yang benar-benar beda dengan sci-fic kebayakan, hehehe. Semoga di waktu depan bisa difilmkan, kan keren tuh hehe

    ReplyDelete
  13. Saya itu suka banget sama genre romance apalagi happy ending kayaknya mainstream banget saya tapi genre lain juga saya baca kok cuma koleksi ngak sebanyak romance. Ya ampun cerpen ditolak jadinya novel emang mungkin rejeki di novel tapi keren loh. Ngomong-ngomong soal nama pena hihi manis banget mbak ini sama anaknya:)

    ReplyDelete
  14. Saya akui dengan adanya blog tour ini saya yang terlalu bosan dengan genre romance, mulai melirik genre sci-fict dan harapannya semoga kak Syifa Fathar dan kak Riawani Elyta nantinya bisa kembali membuat novel dengan genre yang sama/ berbeda tp masih menggunakan dan mengeksplor budaya Indonesia yang belum terlalu diekspos. Agar pembaca jadi lebih mengenal budaya Negara sendiri.

    ReplyDelete
  15. aslii keren sangaaat..udah idenya keren, ditulis duet pulaaa...sukses yaaa

    ReplyDelete
  16. Actually, I personally understand that this genre is of little interest to Indonesian readers, but I hope it can add cultural wealth and become an alternative reading at the height of the flood.

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)