Thursday, April 16, 2015

Menjadi Jomblo Bukan Akhir Dunia



Menjadi jomblo atau tanpa pasangan dalam era media sosial dewasa ini kerap menjadi bahan olok-olok. Jomblo seperti sebuah status yang memilukan dan tidak bisa melihat keindahan dunia hanya karena tidak punya pasangan. Padahal kesendirian juga bukan sebuah aib. Tanpa pasangan bukan alasan untuk terus merutuki keadaan, bukankah matahari juga sendiri dan dia tetap bersinar?

       Sebuah buku yang berjudul Jomblo Prinsip atau Nasib memuat kisah-kisah tentang jomblo. Kisah dalam buku ini terbagi menjadi 2 bagian, bagian pertama berjudul ‘Ya Jomblo Ya Nasib’ yang memuat 6 kisah para jomblo yang gagal menjalin asmara. Melewati luka dan sakitnya hati saat harus mengalami yang namanya patah hati. Namun, dibalik kekecewaan dan kemarahan mereka mencoba mengambil hikmah yang terjadi dalam kehidupan.

Seperti cerita yang dituturkan dengan manis oleh Shabrina WS, tentang Seruni yang tinggal di pedesaan. Di kampung tempat Seruni tinggal di tahun itu, jatuh cinta tak jauh dari orang-orang di sekitar. Menikah dengan tetangga sendiri adalah hal biasa. Maka dalam satu desa itu memang satu sama lain terkait hubungan keluarga.


Saat itu di desa Seruni, hitungan weton atau nilai angka yang disematkan pada tiap-tiap hari dan pasaran adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan saat akan melangsungkan pernikahan. Dan hitungan weton Seruni dan Pring tidak cocok yang membuat pernikahan impian mereka kandas.

Bertahun-tahun Seruni pun memilih jalan untuk tetap hidup sendiri. Sampai suatu hari dia mendengar Pring datang kembali ke desa mereka setelah merantau. Tapi Pring tidak sendiri, dia datang bersama keluarganya. Dulu Seruni mengira dia akan sekarat kalau mendengar Pring bersanding dengan wanita lain, tapi ternyata perkiraan Seruni salah. Seruni justru merasa bebas dari perasaannya pada Pring.

Pada akhirnya Seruni bertemu jodohnya walau pernikahan Seruni juga tak lepas dari perbincangan orang di kampung. Namun Seruni meyakini hidup bukan tentang omongan orang, tetapi tentang waktu yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. (Halaman 76)

Sementara bagian kedua kisah dalam buku ini berjudul Saya Jomblo, Saya Bahagia. Dalam bab ini memuat 6 kisah tentang para jomblo yang memegang prinsip mereka untuk memegang teguh kesucian diri dan hati hingga jodoh datang menjemput.

Seperti cerita yang dituturkan oleh Riawani Elyta, yang berjudul I’m A “Jotal” (Jomblo Total). Dalam cerita itu penulisnya bercerita kalau ia bahagia bisa melewati masa remajanya sebagai Jotal alias Jomblo Total. Ia bercerita tentang teman-temannya yang melewati masa remaja dengan pacaran. Ada temannya yang mengalami cinta segitiga, yang kemudian membuat pertemanan berubah menjadi musuh bebuyutan.

Dengan menjadi Jotal, maka kita bisa terhindar dari kejadian seperti tersebut. Dengan menjadi Jotal pula, ia terhindar dari penyesalan andai saat remaja dulu sampai terlanjur berbuat hal-hal yang tak disukai Allah.

Cerita lain di bab ini disampaikan oleh Atria Dewi Sartika, pengalaman tidak mengenakkan ketika berhubungan dengan pria membuat ia mengambil sikap kepada laki-laki yang mencoba mendekatinya dengan kalimat : Kalau memang serius tertarik pada saya, silakan datang ke orangtua saya. Saya tidak ingin pacaran. Hanya akan membuang waktu.

Sebuah sikap yang membuat beberapa orang menanggapi dengan reaksi yang berbeda-beda. Ada yang segera mundur teratur dengan alasan, “belum siap menikah.” Kalau belum siap menikah, untuk apa mendekati? (Halaman 125)

Selain tiga cerita di atas, ada cerita-cerita lain lagi yang bisa kita ambil pelajaran dari apa yang diceritakan di dalamnya. Dipadukan dengan tips-tips buat jomblo dalam beberapa pergantian cerita membuat buku ini semakin berisi dan menarik untuk dinikmati. Buku ini tidak mengarahkan seseorang untuk hidup sendiri sepanjang masa. Tapi juga ada tips untuk menjemput jodoh yang telah dipersiapkan olehNya untuk kita.

Judul               : Jomblo, Prinsip atau Nasib
Penulis             : Riawani Elyta, dkk.
Penyunting      : Ayu Wulandari
Penerbit           : Indiva Media Kreasi
Tebal Buku      : 168 Halaman
ISBN               : 978-602-1614-49-5
Tahun Terbit    : Cetakan Pertama, Februari 2015



6 comments:

  1. Wah.. Menarik sekali. Intinya jangan mudah apatis dulu ya mbak. Thanks for sharing :-)

    ReplyDelete
  2. meskipun jomblo tetap ajah harus semangat jangan pantang menyerah :D

    ReplyDelete
  3. jomblo bukan berarti g laku tapi belum waktu y saja menemukan yang pas, xixi

    ReplyDelete
  4. jomlo itu free sob = freehatin... hehehe tapi gapapa, jumlo belum tentu ga bahagia sob..

    ReplyDelete
  5. asseekkkk.. jomblo mulia atau nikah muda??

    ReplyDelete
  6. Sabar, jodoh itu gak akan kemana pastinya. Apalagi sebentar lagi hari valentine, pasti dapat jodoh baru dalam perayaan tersebut

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)