Oleh: Leyla Hana
Belakangan ini Bundamin sedang
asyik-asyiknya menulis resensi buku, ketularan teman-teman penulis di Be a
Writer yang suka meresensi buku. Berhubung Bundamin masih iseng-iseng, jadi
belum banyak yang dihasilkan. Eh, tapi teman-teman BAW ini sudah banyak
mendulang keuntungan dari menulis resensi buku lho. Beberapa diantaranya juga
bisa dibaca di blog ini. Sebelumnya Bundamin mau kasih tahu kalau resensi buku
itu adalah ulasan buku, yaitu kita mengulas isi buku tersebut, baik itu synopsis,
kelebihan, dan kekurangan buku.
Resensi buku ini sangat
bermanfaat bagi penulis dan penerbit. Kemarin Bundamin membaca jargon sebuah penerbit
buku: “Belilah buku yang dibicarakan orang-orang.” Kesannya tidak adil juga ya,
kalau bukunya tidak ada yang membicarakan, bagaimana? Nah, itu perlunya resensi
buku. Penulis pasti senang kalau bukunya diresensi, walaupun ada penulis yang
kesal juga sih kalau isinya kritik semua. Maka dari itu, isi resensi jangan
hanya kritik. Sebuah buku yang sudah berhasil menembus penerbit besar, tentu
memiliki kelebihan. Fokus utama kelebihannya adalah pada pesan yang disampaikan
oleh penulis. Jadi aneh kalau misalnya buku itu dikritisi dari segi kover,
layout, dan sebagainya yang bukan urusan si penulis. Dengan adanya resensi
buku, penulis merasa karyanya diapresiasi. Sudah tentu senang, dong.
Bagi penerbit, tentu saja resensi
buku juga bisa mempengaruhi penjualan buku mereka. Nah, kalau penerbitnya
apresiatif, si peresensi bisa dikirimi buku gratis juga lhoo…. Sedangkan bagi
peresensi, ada beberapa media cetak dan online yang menerima rubrik resensi
buku dan memberikan honor lumayan bila resensi bukunya dimuat. Wuih, asik kan.
Baca buku, resensi, dapat honor. Lalu, bagaimana resensi buku yang baik dan
layak muat?
Bundamin menyempatkan diri untuk
mewawancarai para penulis BAW yang sering meresensi buku dan hasil resensinya
dimuat di beberapa media, mereka adalah: Nining Sumarni, Riawani Elyta, Santi
Artanti, Binta Al Mamba, Marisa Agustina, Fardelyn Hacky, dan Linda Satibi.
Tanya: Kenapa kalian suka meresensi buku?
Nining Sumarni: Bisa dapat buku gratis.
Santi Artanti: Supaya ingat.. udah baca buku apa aja selama hidup.
Fardelyn Hacky: Karna suka terpikir atau mendapat sesuatu setelah membaca buku.
Jadi, atas apa yang terpikir atau mendapat sesuatu, rasanya lebih enak jika ditulis dalam bentuk resensi.
Linda Satibi: Buat turut serta mempromosikan buku karya temen.. . Kalau dimuat di media, bisa dapat honor, lalu dari penerbit dapat reward berupa buku.
Marisa Agustina: * Biar ga lupa sama isi cerita. *Membedah isi cerita sesuai versi saya. Unsur cerita, alur, kelebihan, kekurangan, supaya bisa jadi bahan pembelajaran nulis.
Binta Al Mamba: Suka resensi karena asyik, dapat honor, dapat hadiah buku dari penerbit, dan kalo kebetulan yang diresensi buku teman sendiri rasanya dobel seneng bisa bantu mempromokan buku teman. Dan meski tidak lolos di media tetep seneng karena bisa diposting di blog sendiri buat dokumentasi pribadi.
Tanya: Apa yang pertama kali mendorong kalian untuk meresensi buku?
Linda Satibi: Karena saya orang baru di dunia kepenulisan, jadi saya ingin mencoba-coba aja, merasa tertantang dengan hal yg baru. Berhubung nulis panjang masih belum bisa, jadi saya pingin coba nulis resensi, menjajal kemampuan saya apakah bisa menuliskan sesuatu setelah membaca sebuah buku, dan yang penting bisa membuat yang baca resensi saya itu memahami isi buku, lebih bagus kalau jadi penasaran. Awalnya begitu, kalau sekarang sudah jadi semacam candu.. hehe.. kalau abis baca, bawaannya pingin nge-review..
Riawani Elyta: Pengen menang lomba resensi pertama kali meresensi waktu Indiva ngadain lomba resensi.
Binta Al Mamba: Awalnya ikut-ikutan teman (Mbak Nining sama Mbak Linda). Lama-lama ngrasain sendiri asyiknya, kelegaan menuangkan rasa hati setelah baca buku, baik itu alur cerita atau poin-poin pesan penulis di dalamnya.
Fardelyn Hacky: Hmmm....apa ya? Saya dulunya suka buat resensi sejak dari blog multiply. Saya suka meresensi buku sejak 2006. Dulunya biar supaya blog multiply saya berisi aja, hahaa...
Kalo sekarang, karena ingin kirim-kirim ke media.
Tanya: Apakah kalian membaca seluruh isi buku yang akan diresensi, atau hanya membaca sekilas-sekilas saja sampai dapat poin yang ingin disampaikan?
Linda Satibi: Iya, pasti dibaca dulu seluruhnya, termasuk antologi pun saya baca semua kisahnya.
Marisa Agustina: Saya iya kalo buku sampe kuresensi berarti kubaca habis. Kadang skip dikit-dikit aja kalo emang bosan banget dan ga mempengaruhi jalan cerita.
Riawani Elyta: Semuanya, kata pengantar dan biodata penulis pun dibaca.
Binta Al Mamba: Baca semua, tapi kadang ada juga yang skip sih kalau agak mudah ditebak hehe. Suka juga baca biodata, kalo kata pengantar jarang-jarang
Fardelyn Hacky: Saya baca semua isi buku kalo ada niat ingin membuat resensi buku tersebut, hehee..
Tanya: Berapa sih honor yang kalian dapatkan dari meresensi buku? Tentunya yang dimuat di media atau yang memenangkan perlombaan.
Binta Al Mamba: Dari korjak (Koran Jakarta) Rp 278.000 (ga ada NPWP) itu yang paling segerrr hehe.. dari website UNSA Rp 50 ribu. Dari menang lomba belum pernah wkwkw.. dari media onlen nggak ada tapi tetep terbayar dengan kepuasan.
Fardelyn Hacky: kalo honor, aku dari pertama yang pertama, dulu-dulu gak pernah mikir honor. sekarang baru matre deh, mikir honor. Pilih media yang ada honornya, wkwkwk...
dari lomba mah lumayaaaan....dapat buku-buku, mukena, voucher belanja, dompet, dan sebagainya
Linda Satibi: Aku dari KorJak dapet 282 ribu. Dari media lain ga pernah, karena tertolak mulu.. haha.. *ketawa pedih.. Dari media onlen mah ga dapet, tapi bisa 'lapor' ke penerbitnya trus dikasih buku.. seneeng deh... Lomba resensi.. duh, lupa.. prnah menang nggak ya..? hihi.. saking kebanyakan kalah.. Oh iya, yg teranyar, menang lomba resensi Rainbow, itu dapetnya buku-buku yang bagus-bagus. Terus, kemarin terpilih sama Gramedia di Resensi Pilihan, hadiahnya buku.
Tanya: Buku yang kalian resensi itu beli sendiri atau dikasih? Kalau beli sendiri, berapa budget yang kalian sediakan untuk membeli buku per bulannya?
Binta Al Mamba: Ada yang dikasih teman, ada hadiah kuis, ada yg beli.
Ga ada budget khusus, biasanya beli buku dari sebagian honor nulis di media, atau lebihan belanja dapur kalo pas ada hehe.
Fardelyn Hacky: idem.
Riawani Elyta: idem.
Marisa Agustina: Beli sama dikasih temen.
Linda Satibi: idem.
Nining Sumarni: Buku beli waktu awal doang, setelah itu dapat dari penerbit sampe ga kebaca..belum sempat baca maksudnya saking banyaknya. Buku anak beli satu buat nyoba ke Kompas, alhamd udah balik modal.
Tanya: Ketika mengirim tulisan resensi ke media, berapa kali kalian mengalami penolakan atau tidak ada jawaban? Atau malah langsung dimuat?
Marisa Agustina: Langsung dimuat pernah sekali, ga jelas nasibnya berkali-kali.
Fardelyn Hacky: Seringnya gak ada kabar, gak dimuat-muat, yang artinya tentu saja ditolak.
Riawani Elyta: Ke korjak 5x kirim, dimuat 2x, masih dikit jadi masih keitung ke media lain gak pernah.
Binta Al Mamba: Langsung dimuat 3x di korjak.. jarak 3-5hari setelah kirim. Website UNSA juga cepat ga ada seminggu kayaknya. Di media onlen seperti rimanews, dakwatuna.com juga cepat kurang lebih semingguan. Yang ga dimuat dan dikabari, ga dijawab imel buanyaaak... . Di media onlen kalo ga dimuat juga ga dikabari, ternyata di sono jg selektip meski media onlen.
Linda Satibi: dimuat di KorJak 3x, ditolak kurleb 5x (tapi kayaknya lebih.. hehe.. lupa..). Ditolak Kompas 2x. Di Radar Surabaya ditolak juga. Di Tribun Jogja, katanya mau dimuat tapi ga pasti tgl pemuatannya, aku juga ga nge-cek. Kalau onlen baru ke Nabawia.com dan indoleader.com, dan dimuat.
Kesimpulan: banyakan ditolak daripada dimuat..
Santi Artanti: Aku juga banyak ditolaknya. Dari korjak dapat 278 ribu. Kalau lomba Republika Rp 500 ribu plus hadiah buku plus langganan koran dan majalah.
Nining Sumarni: Berapa kali ditolak? Yang ini bingung jawabnya karena semua resensi yang aku bikin dimuat. Kalo di media satu ga dimuat ya kirim ke media lain. Ga dapat honor ga pa pa yang penting dapat buku baru..bisa minta judulnya lohhh..alasanku ngeresensi yang paling sederhana dibanding yang lain ya,cuma pengen gratisan *tepok jidat.
Tanya: Apa rahasianya supaya resensi bisa dimuat? Bila melihat dari resensi kalian yang sudah dimuat?
Nining Sumarni: Pelajari media yang dituju,liat jenis buku apa aja yang dimuat resensinya, gaya bahasa dan cara penyajiannya,berapa panjang resensinya,berapa lama waktu tunggu, ada honornya ga *eh yg terakhir termasuk ga sih? Beda media beda cara penyajian resensinya...
Binta Al Mamba: Rahasia dimuat di media.. Idem mbk nining.. Menyelaraskan dengan tipe medianya. Selain itu ya hoki dan kemurahan Allah.
Tanya: Kalian kan juga nulis buku sendiri, ada kaitannya ga nulis buku dengan meresensikan buku orang? Apa kalian ga gengsi meresensikan buku orang yang pastinya akan mempromosikan buku mereka?
Riawani Elyta: Ga ada. Juga ga gengsi. Yang ada sering gak sempet aja nulis resensi. Malah kalo bukunya bagus banget nurutku tapi gaungnya kurang, rasanya seperti ada hutang kalo gak ngeresensi, minimal taroh komen di GR kalo buku ini recommended karena bla bla bla. Resensi memang bisa dukung promosi, tapi soal laku/tidak ada banyak faktor, salah satunya seperti Mbak Octa pernah bilang di BAW, good book will talk itself.
Linda Satibi: Menurut aku sih, dengan bikin resensi, kita jadi bisa mempelajari kekuatan sebuah buku, dan itu kuanggap sebagai amunisi untuk nanti kalau aku dah siap nulis buku, sendiri.
Kalau gengsi, ya nggak lah.. hehe.. aku kan belum punya buku solo..
Binta Al Mamba: Ga ada kaitannya.. Nulis buku sendiri sama nulis resensi sama-sama ilmu menulis, yang patut dipelajari dan diaplikasikan , kalo gengsi ngapain.. Buku dan peresensi itu saling membutuhkan.. Buku bagus seorang penulis jadi rejeki peresensi, resensi yang nembus jadi bawa rejeki juga buat penulis buku.. Simbiosis mutualisma, ngapain capek mikir buku laris gara-gara? Penyakit hati yang bikin kurus hihi....
Santi Artanti: Aku suka kalau ngresensi buku temen. Sekalian bantu promo. Idem mbak Nining. . Kita mesti pelajari dl karakter medianya. Di media yg satu ditolak belum tentu di media lainnya
Oke, terima kasih ya atas jawabannya semua. Nah, teman-teman, gimana, mau coba nulis resensi buku? Boleh belajar dari resensi yang ada di blog BAW ini lho.... Selamat belajar dan menulis!
kalo di kompas anak 300 rb :D ni lagi nunggu lagi, kali aja dimuat
ReplyDeleteLumayan banget honornya ya kalau bisa masukin resensi ke media ^^
ReplyDeleteSelamat meresensi bukuuu :))
ReplyDeleteada ralat.. honor di korjak, aku bilang 280rb, padahal yg benar 282rb.
ReplyDeleteLalu hadiah2 yg ketika wawancara berlangsung, blm nyampe.. skrg dah nyampe. Hadiah dari Lomba Resensi Novel Rainbow, asik banget.. banyaaakk dan bagus2.. seneeeng banget! Kalau dari Gramedia, dapat 1 novel.
Hiks, udah lama gak ngeresensi, gak sempet :(
ReplyDeleteWah, lumayan juga yah honornya. :D
ReplyDeletePengen bgt blj nge resensi yg woke apalagi kl baca resensi tmn2 BAW yg msk media.. Mupeng!!!
ReplyDeletejadi semangat buat resensi mudah - mudahan aja ga redup di tengah jalan hehehehe...
ReplyDeleteinfo bermanfaat. makasih sharingnya
ReplyDeleteLOL... mpok Ningce komennya 'polos' amir dah! Ngeresensi demi buku gretongan. Tosssz! ヘ( ^o^)ノ\(^_^ ) *lah? :D
ReplyDeleteBaidewei, aye sendiri dah kirim 9 resensi ke Kompas Anak, kiriman 1-5 tertolak *tawamiris, kiriman ke-6 'goal' *salto (•ˆ ▽ ˆ•)> Nah, kiriman ke 7-9 ini yg lg H2C *geret Ila, doa bareng (˘ʃƪ˘) moga dimuat lagi
RimaNews 2x dimuat, ke Korjak dll belon pernah kirim. Udah gitu aza :p
aamiin, mpok. ntar ngebakso ya kalo dimuat. ekeke :D
Deleteselalu suka meresensi sejak dimuat dulu.. skrg meski ga dimuat2 juga pas ngirim tetepa lega aja klo abis baca buku trs sukses menulis resensinya :)
ReplyDeletekeren ilmunya, btw fotonya ituuuu hehhe
ReplyDeleteHiks...selama di LN, eike gak bisa ngeresensi lagi. kagak ada bukunyaaa :(
ReplyDeleteResensi kamus aja Kak Eky, kamus bahasa Thailand :-)
ReplyDeleteEike tak pandai bahasa Thailand azhar, di sini eike ngomong pake bahasa Inggris *halah :D
Delete