Oleh : Hairi Yanti
Halo semuaa .... Kali ini blog BaW punya program khusus
special yaitu Kepoin Bu Kepsek. Bu Kepsek ini adalah sebutan BaWers buat mbak
Leyla Hana sebagai pendiri BaW. Nggak perlu banyak cing cong (baca : basa
basi), yuk, kita langsung tanya-tanya sama Mbak Leyla.
Sebelum kita tanya-tanya tentang BaW, kita mau nanya dulu sejarah awal mula kenapa mbak Leyla terjun ke dunia tulis menulis? Apa profesi penulis merupakan warisan dari orang tua?
Jawab : Awalnya
karena suka baca majalah anak-anak yg diberikan ortu, nonton sinetron,
imajinasi berkembang dengan sendirinya, lalu mulai menulis di buku harian, dan
akhirnya bikin cerpen, novel, tulisan-tulisan lain. Warisan ortu mungkin ada,
karena almh. Ibu pernah jadi kontributor majalah di kantornya, dan bapak saya
suka menulis puisi.
Apa karya pertama yang dipublikasikan ke media?
Jawab : Cerpen
remaja di majalah Kawanku.
Hal apa yang membuat Mbak Leyla yakin untuk memilih menjadi seorang penulis? Dan, apa Mbak Leyla nantinya menginginkan anak-anak Mbak Leyla juga menjadi penulis? Oya, apa anak-anak sudah menunjukkan minat mereka ke bidang tulis menulis?
Jawab : Yakin
karena tidak bisa sehari pun terlewati tanpa menulis. Jadi sudah
mendarahdaging. Anak-anak tidak saya suruh menjadi penulis, terserah mereka mau
jadi apa asal positif. Kelihatannya anak saya yang sulung pandai berhitung
seperti ayahnya (ayahnya sarjana matematika), sedangkan yang tengah pandai
menggambar. Keduanya memang sudah pandai menulis huruf-huruf, angka,
kertas-kertas banyak berceceran di rumah. Suka mengarang-ngarang cerita juga. Entah nantinya bagaimana, tapi saya tidak
mengajari secara khusus.
Apa cita-cita yang ingin mba Leyla capai dalam menulis?
Jawab : Capaian
pembaca lebih luas.
Mengapa kebanyakan novel Mbak Leyla bertema islami?
Jawab : Sudah
hijrah ke novel islami sejak kuliah, lalu gabung dengan rohis (jadi islaminya
gak sekadar tempelan), sampai sekarang sulit untuk melepaskan label islami itu.
Rasanya gak sreg kalau nulis gak ada yang ingin disampaikan, alias hanya berisi
kata-kata imajinasi. Harus ada nilai positif yang ingin disampaikan dari
tulisan itu.
Dalam karya Mbak Leyla, mengapa beberapa kali mengangkat
cerita tentang rohis (kerohanian Islam)? Apakah berdasarkan pengalaman Mbak
Leyla yang pernah aktif di rohis?
Jawab : Iya, dulu
kuliah aktif di rohis.
Ketika menulis sebuah novel apa Mbak Leyla membutuhkan buku
pendamping?
Jawab : Gak ada
buku pendamping. Nulis, nulis aja.
Seberapa besar kekuatan menulis dengan kemampuan mengetik
cepat. Misal target menulis unruk lomba
atau editing buku harus cepat, bagaimana tempo mengetik Mbak Leyla dalam
1 jam? Apakah ini berpengaruh besar dalam menyelesaikan naskah?
Jawab : Untuk
novel, saya pernah selesai dalam waktu seminggu (belum nikah). Setelah nikah,
ada juga yang selesai dalam waktu 3 minggu, dengan catatan begadang tiap malam
sekitar 5 jam. Karena sudah biasa
mengetik, jadi memang saya bisa mengetik cepat.
Mbak Leyla juga pernah jadi editor, apakah pengalaman
mengedit naskah tersebut menjadi 'kekuatan' nilai naskah Mbak Leyla sehingga
cepat dilirik penerbit?
Jawab : Bisa jadi,
tapi yang paling penting sih ide yang orisinal.
Ada penulis yang sudah mengirimkan tulisannya ke media tapi
belum pernah dimuat, mengajukan naskah ke penerbit tapi selalu dapat surat
cinta penolakan. Kalau Mbak Leyla dihadapkan pada hal seperti itu, bagaimana
cara Mbak Leyla mengatasi rasa frustasi karena hal tersebut?
Jawab : Sampai sekarang juga masih ditolak penerbit,
hehehe… santai saja, cari penerbit lain, karena standar penilaiannya berbeda.
Apa Mbak Leyla selalu menentukan misi dalam setiap tulisan.
Seperti 'pesan spesial' dalam karya Mbak Leyla?
Jawab : Iya.
Selama 17 tahun berkarya, momen apa yg paling bikin Mbak
Leyla yakin untuk bertahan di dunia tulis menulis? Trus karya Mbak Leyla yang
manakah yang paling berkesan buat Mbak Leyla? Dan kenapa?
Jawab : Mungkin
sekarang jadi 18 atau 19 tahun yaa…. Yang paling berkesan adalah “Oke, Kita
Bersaing!” novel pertama sekaligus pemenang dua
sayembara menulis novel, dan yang paling banyak mendapatkan sambutan,
karena sering disapa pembaca gara-gara novel tersebut. Indikator yang paling
banyak dibaca.
Sebagai penulis hal apa yang membuat anda miris yang terjadi
di dunia kepenulisan dan apa tips dari Mbak Leyla dalam mengatasinya?
Jawab : Miris
dengan tren industri penerbitan, misalnya booming novel Korea, terus ikut nulis
novel Korea semua. Tanpa menyisipkan “amanat” dalam tulisan tersebut, hanya
sekadar ikut-ikutan. Sejauh ini saya tidak mengikuti tren, tetap menulis sesuai
panggilan hati. Misalnya, Novel “Surga
yang Terlarang” yang tidak mengikuti tren sekarang. Kalau dipikir-pikir kan,
wah sulit nih dapat penerbitnya. Alhamdulillah, bisa juga diterbitkan.
Selain Leyla Hana, mbak Leyla juga pernah saya kenal dengan
nama Leyla Imtichanah. Yang mana nama asli dan yang mana nama pena, Mbak?
Menurut Mbak, apa setiap penulis perlu nama pena?
Jawab : Nama asli
Leyla Imtichanah. Nama Leyla Hana supaya lebih mudah diingat saja. Kalau
namanya sudah unik dan mudah disebut, gak perlu nama pena lagi.
Bagaimana menyiasati waktu menulis di tengah hecticnya jadi
ibu rumah tangga? Apalagi Mbak Leyla kan punya tiga anak cowok. Gimana tuh
nulisnya? Apa sambil gendong bayi, atau bayinya diboboin dulu baru nulis? Eh,
sekarang yang bungsu (sementara) usia berapa sih, Mbak?
Jawab : Nulis
setelah bayi tidur (siang) atau malam hari setelah semua tidur. Nulis sambil
gendong bayi juga pernah. Si bungsu sudah 1,2 tahun, masih suka gangguin.
Sebagai seorang penulis kan juga butuh input dengan cara
membaca, kapan waktu Mbak Leyla membaca dan menulis?
Jawab : Membaca
buku sebelum tidur, sambil mengawasi anak-anak main, sambil ngelonin bayi,
dalam perjalanan liburan keluarga, di waktu-waktu sengganglah.
Bagaimana cara ngerawat anak biar sehat selalu? Nggak sering
sakit. Kalau anak sehat kan nggak ada perasaan bersalah ketika ditinggal
menulis.
Jawab : Saya bukan
ibu yang sempurna dan cenderung cuek, tsaaah (jangan dicontoh). Saya tipe ibu yang
santai kali ya. Gak langsung panik kalo anak sakit. Kalo baru panas-panas
dikit, ya biasa aja. Gak langsung kasih obat atau cemas-cemas. Perlakuannya
sama aja kayak anak yg sehat. Nanti kalo udah parah, baru deh bawa ke rumah
sakit, hehe…. Mungkin karena begitu, anak-anak Alhamdulillah jarang sakit. Mau
main di mana aja, apa aja, terserah, tapi saya tetap awasi. Misal, main hujan,
tanah becek, pegang cacing, injek kecoa, saya gak khawatir. Saya rasa, dengan
sugesti tersebut (bahwa anak-anak gak kenapa-kenapa), anak-anak juga baik-baik
saja. Yang penting saya banyak berdoa sama Allah supaya Allah menjaga
anak-anak. Kalau gak gitu, mungkin dari dulu anak-anak udah kenapa-kenapa,
karena beberapa kali sempat nyaris kejadian kayak jatuh dari teve (naik-naik ke
teve), berantem pakai rantai besi buat gembok pagar, dan nyaris-nyaris lainnya,
tapi Allah lindungi. Dulu waktu baru dua anak, saya taruh anak-anak di sofa
sebelah komputer. Saya ngetik sambil nemenin mereka nonton kartun dan
cerita-cerita. Jadi, saya bisa membagi perhatian: ngetik sambil cerita ke
anak-anak. Kok bisa ya? Mungkin karena saya sudah sering ngetik cepat, jadi
kata-kata itu keluar aja lancar, walau otak dibagi dua. Setelah anak tiga, saya
hanya mengetik di malam hari setelah anak-anak tidur. Atau kalau yang bayi bisa
tidur siang, saya ngetik. Tapi itu jarang sekali, karena seringnya saya ikut
tidur siang bareng bayi :D Intinya sih, anak sehat tergantung sugesti ibunya. Kalau
ibu berpikir anaknya sakit-sakitan, ya anak-anaknya sering sakit. Saya berpikir
bahwa anak saya baik-baik saja, seringnya malah suami yg sadar misal si kakak
lagi panas. Ibunya tenang-tenang saja, kalau baru panas sih :D
Frankfurt to Jakarta adalah novel Mbak Leyla yang duet
dengan Mbak Annisah Rassbell, suka duka menulis duet apa sih, Mbak? Lebih
nyaman mana, menulis solo atau duet?
Jawab : Gak ada
dukanya, malah enak banget bisa cepat selesai.
Tentu kalau dapat partner yang mendukung. Selain sama Icha, saya juga
beberapa kali mengajak penulis junior untuk duet, tapi karena mereka tidak bisa mengimbangi kecepatan saya, akhirnya
gagal. Baru si Icha aja nih yang bisa sama cepatnya walaupun sibuk.
Mbak Leyla dengan Frankfurt to Jakarta |
Ada rencana bikin novel duet lagi nggak, Mbak?
Jawab : Ada, lagi nulis duet sama mba Eni Martini.
Sekarang sedang menulis apa nih, Mbak? Dan selanjutnya buku
Mbak Leyla apa lagi yang akan terbit?
Jawab : Nulis
banyak, novel, blog, dan sebagainya yang menghasilkan :D Buku yang akan terbit,
Mitsaqan Ghaliza, novel pernikahan.
Tentang grup Be A Writer (BaW), kenapa terpikir buat
mendirikan komunitas BaW, Mbak? Banyak komunitas kepenulisan yang terbentuk,
menurut Mbak Leyla apa ciri khas dari BaW yang membedakan dengan komunitas
kepenulisan yang lain?
Jawab : Ada
permintaan dari penulis junior supaya saya membuat grup belajar nulis online,
soalnya kalau grup nulis lain isinya kebanyakan ngobrol-ngobrol aja. Begitu
minta diajari, harus bayar atau beli buku pementornya. Ciri khasnya: ada jadwal
belajar teratur, gratis, ada ancaman remove untuk yg tidak aktif, ada personal branding untuk penulis pemula,
ada dukungan dari para mentor.
Banyak yang pengin masuk BaW, apa ada syarat khusus buat
bisa bergabung di BaW?
Jawab : Syaratnya
harus aktif dan bersemangat.
Terakhir, seperti biasa, hehehe, apa pesan Mbak Leyla buat
para pembaca blog BaW?
Jawab : Hidup
adalah proses pembelajaran tanpa henti. Jangan menyerah bila naskah kita masih
tertolak atau tidak menang lomba menulis. Teruslah menulis dan belajar.
Demikianlah hasil wawancara kita dengan Mbak Leyla Hana.
Seru, kan? Semoga bermanfaat buat kita semua ya. Nantikan interview selanjutnya
di blog BaW, dengan author of the month atau special guest yang bisa hadir di
waktu-waktu tak terduga ;)
Yeah, bu kepsek akhirnya narsis juga ^^
ReplyDeleteKeren mbak leyla ya, nggak perlu buku pendamping pas nulis novel. Daku yang ikutan lomba aja larak lirik sana sini mulu
heummmm....memang ya bu kepsek ini,jagooo banget..baru aja terbit dan masih di rak buku lanjut keluar lagi,terbit lagi buku baru hehehe..
ReplyDeletebaarokallaoh mbk,semoga bukunya berkah aminnn^^
Bu KepSek, mantap...
ReplyDeleteaku suka tulisan yg punya misi, gak melulu ngejar best seller.
ReplyDeletesalut buat mba Ela, terus berjarya ya mba. moga kian barokah...
lanjut mbak leyla.. 2x baca bukunya.. eh 3 ding.. cinderella syndrom,, frankfurt sm surga terlarang... sy dapat nangkap ciri khasnya. jadi pengen jg bs baca karya selanjutnya.. smoga dilancarkan rejeki bs punya buku mbk leyla lg.. amiin :)
ReplyDeleteAnak bungsunya sepantaran anakku, tapi aku sering jadikan anak alasan ga bisa nulis. Haduuuh, ternyata aku ibu yang tidak bijak :'(
ReplyDeleteMakasi ilmunya mbak, aku noleh nyontek kan?
waaaa keren.....
ReplyDeletekereeeeen...
ReplyDeleteemang hebat bunda yang satu ini b^^
Wah, aktivis rohis nulis tema rohis pantes mengalir ya. sukses, Mbk.
ReplyDeleteWow hebat sekali ya... seminggu jd satu novel. Kereen. Skrg jg keren, anak laki2 3 masih aja bs nyelesaikan novel2....double thumbs up
ReplyDeleteWow hebat sekali ya... seminggu jd satu novel. Kereen. Skrg jg keren, anak laki2 3 masih aja bs nyelesaikan novel2....double thumbs up
ReplyDeleteSuper keren! WOOW! Baca sambil ketawa ketiwi, diikuti anggukan kepala. Mba Leyla Hana keren!
ReplyDeleteaiiih maak aku kok baru baca yaaa ... kereeen deh
ReplyDeletemba bagaimana cara menjadi anggota BAW
ReplyDeletesbhaanalllaah...menginspirasi dan penuh makna dari kata yang keluar ketika ditanya....Jazaakilah khair...moga aku bisa cepat nulis...aamiin
ReplyDelete