Arul Chandrana |
Namun demikian, jika kita meminta nelayan hebat itu
untuk mengajarkan dan menjelaskan secara ilmiah semua yang dia pahami mengenai
menangkap ikan dan tetek bengeknya, saya khawatir nelayan kita itu akan
tiba-tiba menderita epilepsy saking groginya. Seperti itulah saya dengan dunia
tulis menulis. Saya bahkan tidak bisa merumuskan dengan baik apa yang ingin
kusampaikan dari dalam pikiranku.
Maka,
saya akan menjawab semua pertanyaan Anda sesuai cara saya memahami dunia tulis
menulis ini. Saya akan menjawab Anda dengan jawaban yang sangat personal. Oleh
karena itu, jangan terkejut jika apa yang akan Anda temukan nanti bertolak
belakang dengan buku atau pelatihan yang pernah Anda baca-ikuti. Semua penulis
memiliki pengalaman pribadinya masing-masing dalam meniti karir kepenulisannya.
Kalau demikian, apa gunanya belajar tentang tulis-menulis jika tidak ada yang
paten? Justeru karena itu! Justeru karena tidak ada yang paten maka semua orang
bisa menjadi penulis. Belajarlah dari banyak orang, baca banyak buku, ikuti
banyak training, mungkin Anda tidak akan cocok dengan ‘gaya’ beberapa penulis,
tapi Anda pasti akan cocok dengan salah satu dari mereka. Setelah bertemu
dengan penulis yang sesuai dengan gaya Anda, ikutilah cara (pengalaman) orang
tersebut. Dalam kesempatan ini, Anda yang suka mengkhayal naik naga berekor
bebek, mendengarkan lagu India dan Owl City saat menulis, membaca komik Naruto
setelah menyelesaikan buku fisika, lebih memilih nasi goreng dari pada KFC,
Anda punya peluang untuk cocok dengan saya.
Dan,
saya akan menjawab pertanyaan dengan jawaban dari penulis lainnya jika
kebetulan saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Atau mungkin saya sama
sekali tidak akan menjawabnya!
Bagaimana awalnya Anda mencintai
dunia menulis?
Keterasingan.
Keterasingan yang membawaku ke sini. Kronologisnya begini, saya tumbuh di pulau
yang mana kekuatan dan ketangkasan adalah modal besar untuk membangun
persahabatan yang menyenangkan. Saya tidak memiliki tenaga besar sehingga tidak
bisa setiap hari pergi mencari kayu, ke laut mencari ikan, memanjat pohon
kelapa, atau semacamnya. Saya juga bukan orang yang tangkas yang bisa main bola
dengan lincah, atau main volley dengan smash maut, atau bermain kelereng dengan
tembakan super tepat. Jadi saya lebih suka tinggal di rumah. Di rumah, saya
memutuskan membaca semua buku (awalnya buku-buku sejarah dan bahasa Indonesia
untuk SMP). Banyak membaca, saya pun berkenalan dengan Wiro Sableng. Berhasil
membangun kedekatan psikologis dan emosional dengan Wiro (wahaha, tentu saja
tidak sampai membuatku ikutan sableng), saya kemudian menulis kisah serupa Wiro
Sableng, Naga Dungu.
Dan
aku pun jatuh cinta, perlahan dan seketika #TFIOS
Darimana atau ketika Anda sedang
melakukan apa biasanya mendapatkan inspirasi?
Tidak
dari manapun atau dari perbuatan apapun. Saya telah menulis sebuah artikel di
blog pribadi saya tentang cara memunculkan ide tanpa harus menetapkan cara atau
perangkat tertentu sebagai pemuncul ide. Intinya terletak pada sejauh apa Anda
ingin membelokkan fenomena yang sedang Anda saksikan. Kemudian pembelokan itu Anda
sambungkan dengan berbagai hal lainnya.
Ide
yang datang pada saya tidak terkendali. Seperti jika kau tinggal di Kalimantan,
datangnya hujan tidak bisa kau rumuskan. Aku menduga ini berkaitan dengan
banyaknya ragam buku yang saya baca sewaktu kecil dulu.
Apa motivasi Anda menulis biar
tidak mandeg di tengah jalan?
Jika
Anda berkesempatan untuk membuka computer pribadi saya (dan saya yakinkan itu
tidak akan pernah terjadi kecuali …), Anda akan menemukan folder bernama:
Naskah Menunggu. Isinya ratusan file berisi kisah-kisah yang putus di tengah
jalan. Jumlahnya beberapa kali lipat lebih banyak dari jari tangan dan kaki
Anda. Sungguh.
Mandeg
menulis adalah masalah hampir semua penulis, saya di antaranya. Tapi ini
membuat kita kaya tanpa sengaja karena setiap naskah yang mandeg adalah
tabungan yang siap menjadi keistimewaan di masa depan—jika kita melanjutkan
menulis ceritanya. Oleh karena itu, saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini.
Penulis lain bisa menjawabnya. Saya sarankan sebaiknya Anda meminta maaf karena
telah mengajukan pertanyaan sulit begini. Anda dengar? Anda harus meminta maaf!
Ya, serius! Sekarang, sebelum saya memutuskan untuk mencari tahu siapa Anda.
Dalam kesempatan tanya jawab penulis seperti ini seharusnya Anda bertanya apa
kue kesukaan saya dan mana alamat tinggal saya. Bukan pertanyaan sulit begini.
Oke?
Tulisan Anda begitu khas. Bagaimana
mempertahankan rasa dari tulisan Anda agar kekhasannya itu tetap terasa?
Mengapa
tulisan saya khas? Nah, saya sejujurnya memang merasa bahwa tulisan saya memang
khas (wakakakaka), itu karena saya membentuk gaya menulis saya dengan cara yang
tidak pada umumnya pula. Pernah dengar nama Iwan Simatupang? Dia orang mati,
tapi saat masih hidup dia adalah seorang penulis besar yang memenangkan hadiah
novel terbaik se-ASEAN lewat novelnya yang berjudul ZIARAH. Aku masih SD ketika
pertamakali membaca cuplikan halaman pertamanya di buku pelajaran Bahasa
Indonesia kakak saya. Dan seketika saya terpesona.
Kalau
tak salah ingat, selama tiga tahun masa SMP saya memendam keinginan bisa
membaca Ziarah seutuhnya. Barulah ketika masuk kelas satu SMA saya
berkesempatan membaca masterpiece Indonesia itu. bukan dari perpustakaan
sekolah, tapi dari seorang teman yang sekolah di tempat lain yang menemukan
buku itu terlantar yang berbaik hati untuk mengamankannya ke dalam tasnya yang
tanpa sengaja menunjukkan padaku dan dengan tanpa kompromi saya rampas buku
tersebut. Tidak pernah kukembalikan lagi sejak saat itu.
Saya
tergila-gila pada Ziarah karya Simatupang dan dengan sadar benar-benar
mengadopsi gaya menulisnya (bahkan sampai mempengaruhi cara bicaraku). Untuk
waktu yang lama semua cerpen yang kutulis sejak merampungkan Ziarah (lebih dari
enam kali saya mengkhatamkan novel tersebut) bernuansa Ziarah. Baik tema maupun
gaya bertuturnya. Pada saat itu, saya merasa telah ‘menjadi’ Iwan Simatupang.
Kemudian, bersama berjalannya waktu dan melunturnya pengaruh sebuah buku, tanpa
saya sadari, ta-da, inilah saya dengan gaya menulis sendiri; bukan lagi
imitasi. Orang akan berkata saya berhutang pada Iwan, saya mengakuinya.
Bahasa tutur Anda yang khas itu menjadi
keunikan Anda apakah sejak awal menulis?
Tidak
sejak awal menulis. Awal menulis saya meniru Bastian Tito dan saya sadar saya
gagal. Mungkin karena aku masih terlalu muda waktu itu, kelas 6 Madrasah
Ibtidaiyah. Ya, saya masih kelas 6 waktu mulai menulis Naga Dungu. Pada masa
itu saya juga menulis kisah bersambung berjudul Jin Biru—sebuah tiruan yang
menyenangkan dari sinetron Jin dan Jun. Tapi sepertinya sama sekali tidak ada
yang khas pada masa-masa itu. kecuali pernyataan dari guru Bahasa Indonesia
yang katanya ‘siapapun yang mencontek tugas mengarang atau membuat kalimat-nya
Arul pasti ketahuan’. Barulah setelah saya bertemu Simatupang, masa SMA, saya
mendapatkan ruh menulisku.
Oh,
hey, bagaimana kabar Syahrul Gunawan dan pemeran Jin Mustofa?
Bagaimana caranya setiap kali
Anda menulis postingan di BAW, tulisannya walaupun underworld gituh tapi
tetep aja bisa bikin dahi ngerenyit sambil sedikit ngakak gitu. Menulis dengan
gaya polos begitu bagaimana ceritanya?
TULISAN
UNDERWORLD? Yang saya tahu, underworld itu film vampire dan manusia serigala-nya
Mila Jovovich, apakah itu yang Anda maksud dengan tulisan saya tulisan yang
Underworld? Hhm, memang ada yang bilang saya ini Ganteng-Ganteng Godzilla, sih.
Saya
‘tidak berpikir’ ketika menulis kecuali ketika ingin menuliskan fakta. Bahkan
dulu (sejak era Simatupang dalam periode kepenulisan saya) saya tidak pernah
mengedit. Saya langsung menulis dan langsung saya ketik atau posting di blog.
Sahabatku David sampai heran mendapati hal itu. tapi memang demikian adanya, saya
menulis seketika dan saya menikmatinya. Jika pada akhirnya sebuah cerita
membuatku sering berhenti dan berpikir, nasib naskah itu hanya satu: saya
tinggalkan. Rasakno, kon!
Saya
tidak menggunakan rumus tertentu, atau metode tertentu untuk membuat kalimat
seperti ini. Semuanya all at once. Dan saya pikir semua tulisan yang memikat
pastilah yang ditulis dari kepribadian penulis itu sendiri—tanpa dibuat-buat,
alami, seketika, wajar sebagaimana apa adanya dia bertutur lisan. Jika Anda
memaksa ingin mengetahui rumus menulis underworld ala saya, silakan Anda temui
saya dan kita nonton bareng film Underworld seri satu sampai tiga. Jangan lupa
bawa pop corn.
Ada yang penasaran dengan isi otak
Anda. Bisakah dibedah, dikeluarkan isinya? Siapa tahu ada cacing-cacing imut
yang menari India disana. Siapa tahu itu rahasia Anda bisa nulis sekreatif
itu.
Nhaaa,
ini dia pertanyaan paling relevan dengan narasumber! Sekali waktu pernah ada
yang berusaha melakukan itu padaku. Dia membawa berbagai perkakas tajam dan
pipih serta setumpuk buku tebal mengenai teknik pembongkaran. Dia telah
membayar sekitar 89 juta Pounds untuk mendapatkan persetujuan saya. Saya tentu
saja setuju. Di dunia ini ada banyak orang mengalami pembedahan dan kehabisan
uang. Beberapa saat sebelum pembedahan, saya ajak dia berbincang-bincang
tentang kampung halamannya, tentang lahan gandum dan orang-orangan sawah. 17
menit kemudian dia menyeka air matanya dan berpamitan pulang.
Sekarang
kita mengenalnya sebagai penulis tujuh novel terlaris sepanjang masa yang
mengisahkan kehidupan penyihir dari masa ABG sampai remaja. Bayangkan, betapa
hebat yang terjadi pada orang itu padahal dia BARU AKAN memeriksa si cacing
India! Wahahaha.
Dengan bakat superMan-ulis diluar
prediksi pembaca, pernah kepikiran tidak membuat tulisan komedi seperti punya Raditya
Dika?
Saya
pernah membaca salah satu buku Raditya dan, kau harus percaya, saya tidak
menghabiskannya. Bahkan sebenarnya saya tidak suka dengan komedi yang dia
usung. Beberapa orang pernah berkata bahwa tulisan saya punya satu-dua kesamaan
dengan Radit, mungkin iya, tapi saya tidak menyadarinya. Yang saya sadari, saya
bertolak belakang dengannya. Karena itu, saya tidak berencana menulis buku
seperti Raditya.
Komedi
yang saya suka adalah komedi seperti Ziarah-nya Simatupang. Pertama kali saya
membaca buku tua itu saya tertawa terpingkal-pingkal sampai bercucuran air
mata. Bahkan ibu sampai-sampai dengan agak panik menanyakan apakah aku
baik-baik saja. Iwan Simatupang memang luar biasa, dia membuat komedi yang….
Yang ingin kutiru selalu dan selalu. Anda harus membacanya sendiri untuk
mengerti.
Saya
punya murid yang wajahnya mirip dengan kakak kelasnya. Ketika kukatakan hal itu
padanya, baik si adik kelas maupun kakak kelas tidak menyetujui pendapat saya.
Dengan bijaksana, mungkin seperti inilah yang terjadi antara tulisan saya
dengan Raditya. Bisa jadi memang mirip, bisa jadi sama sekali berbeda. Dan saya
yakin saya dan Radit tidak akan merasa serupa. Tapi tentu saja saya ingin bisa
se-best seller ‘kambing jantan’ itu.
Hal unik apa (nyeleneh) yg ada
dalam diri Anda yang ikut berkontribusi besar dalam proses penulisan?
Hey,
kau menganggapku nyeleneh? Segera baca istighfar! Masak orang yang doyan ngemil
kuku komodo, menggoreng nasi pakai pasir, mencampur kopi dengan urnium, dan
membaca saat tidur kau anggap nyeleneh? PERGI!
Dalam sebulan Anda membaca berapa
buku?
Dalam
sebulan saya rata-rata membaca seperempat dari buku yang mau saya baca—kecuali
Naruto atau buku yang tebalnya di bawah 150 halaman. Saya pembaca yang lambat,
itu masalah pertama. Saya menghadapi jarak yang harus ditempuh dengan sepeda
onthel, itu masalah kedua. Dan saya hanya membeli buku yang tebal, itu masalah
ketiga.
Kecuali
untuk beberapa kasus dan keadaan. Ketika membaca buku yang sangat memikat atau
sedang ingin menguliti sebuah buku, saya bisa menamatkannya sebelum lima hari
walau tebalnya lebih dari 400 halaman. Itu jarang terjadi sejak Rowling
menyudahi Harry Potter.
Ah…
mm, sepertinya aku terlalu banyak alasan.
Di mana tempat menulis favorit?
Di
meja, pakai kursi tentunya. Saya tidak bisa menulis di meja yang sebagus apapun
jika tanpa kursi dan harus berdiri—apalagi sambil menjengking.
Hahahaha.
Saya
memiliki ruang yang terbatas untuk dipilih sehingga saya membebaskan pikiran
saya dari ikatan tempat. Tempat apa saja bisa menjadi tempat menulis. Dengan
SATU SYARAT, tidak ada orang yang melihat saya (atau layar komputer) ketika
sedang menulis. Apalagi kalau orang itu melihatnya sambil melotot, dengan warna
hitam di sekitar mata, berwajah pucat, rambut panjang hitam tergerai,
mengenakan pakaian putih dan setiap 54 detik berbisik, “Bang, sate seratus
tusuk.”
Siapa penulis idola Anda?
Saya
menyukai dan berguru kepada Bastian Tito dan Iwan Simatupang. Saya juga
mengagumi JK Rowling, Dan Brown, Stephen King, Paulo Coelho, dan tentu saja Quazlin
Hormuz. Yang terakhir adalah penulis yang belum pernah menerbitkan buku atau
mempublikasikan cerpennya. Bahkan, sebenarnya, belum ada satu wanita pun yang
mengajukan diri untuk melahirkannya ke dunia.
Paling suka membaca buku genre apa?
Awalnya
saya mengira saya sangat menyukai fiksi fantasi, kenyataannya, beberapa fiksi
fantasi membuat saya jengkel. Dan kenyataannya, di rak buku saya terdapat
banyak macam buku, mulai dari ramuan jamu tradisional Jawa sampai novel Jepang
karya Murakami, 1Q84. Kesimpulannya, saya membaca buku apa saja yang penting
bagus.
Ini
mewujud dalam karya yang saya hasilkan. Novel pertama mengangkat tema
pendidikan dengan penceritaan super kocak, Pemburu Rembulan. Buku kedua adalah
non fiksi yang menuturkan segala hal ajaib dalam kehidupan yang sering kali
kita lewatkan, Berbagai Keajaiban dalam Hidup. Buku ketiga yang segera akan
terbit adalah kisah fiksi fantasi bersetting di samudera yang telah hilang,
Samudera Novara.
Ah,
mungkin ada perkecualian, aku tidak membaca cerita romantis-romantisan.
Apa cita-cita Anda sejak kecil?
Membantu
Power Rangers menghadapi orang seperti Anda. Bwahahahaha.
Saya
punya banyak cita-cita, dan yang sekarang saya capai adalah menjadi penulis
yang menerbitkan buku. Alhamdulillah.
Apakah sejak dulu sudah kepikir mau
jadi penulis?
Hey,
sampean peramal ya? Kok tahu aku dari dulu sudah pengen jadi penulis? Bedanya,
dulu saya berharap menjadi penulis best seller international, sekarang, itu
belum kesampaian. Ingat, BELUM.
Sebagai guru, apakah ingin murid-muridnya
jadi penulis juga?
Tentu
saja tidak. Saya tidak ingin memaksa murid saya yang sudah minta dibelikan
becak kepada orang tuanya kemudian beralih keinginan dengan menjadi penulis.
Mereka punya pilihannya sendiri dan saya bertugas membantunya mencapai itu,
atau memperbaiki levelnya (contoh, saya akan menyarankan untuk menggunakan
becak bermesin kepada siswa yang bercita-cita menjadi abang becak). Selain itu,
kalau total 300 murid saya menjadi penulis semua, astaga, saya punya 300
pesaing darah muda! J
Bagaimana memberikan stimulus kepada murid-murid agar potensi menulis yang dimilikinya bisa tereksplorasi?
Cara
paling mudah: kalau kamu bisa bikin satu cerpen bagus, kamu dapat nilai seratus
sampai nanti kamu menikah, punya anak dan menyekolahkan anak tersebut ke sini.
Cara
paling logis: saya sering kali membawa buku bacaan ke sekolah. Anak-anak dengan
mudah tertarik dengan buku yang bercover unik. Lalu mulailah kami
berbincang-bincnang mengenai buku. Saya juga sering menceritakan pada mereka
tentang buku yang saya tulis atau proses yang saya jalani untuk menerbitkan
buku.
Hasilnya…
hmm, sampai sekarang belum ada di antara mereka yang menerbitkan buku. Gee!
Mengapa menulis karya fiksi?
Karena
saya juga bisa menulis non fiksi.
Apa suka menulis sambil mendengarkan
musik? Kalau iya, lagu apa?
Nha!
Benar sekali. Saya hampir selalu mendengarkan musik saat menulis atau saar
dengerin lagu (tentu saja!). Berikut daftarnya:
1.
lagu-lagu India yang mengharukan, seperti Kal Ho Naho, Kise Mujhe, Koi Mil
Gaya, dan sejenisnya
2.
Owl City. Semua album mereka asyik untuk didengarkan saat menulis
3.
Album pertama Of Monsters and Men. Bagaimana dengan album kedua mereka? Setahu
saya belum ada.
4.
The Corrs (all album), Keane (all album), MLTR (all album)
5.
Lagu apa saja yang easy listening, seperti 100 Years, Miraie, Goodbye Days,
Closer, Big Big World, dll.
Pernahkah diprotes gara gara kisah
teman yang curhat malah dibikin cerpen?
Hmm,
itu terdengar seperti pertanyaan kedua. Pertanyaan pertama mestinya berbunyi:
pernahkah men-cerpenkan curhatan teman? Jawabannya, tidak yakin. Mungkin sekali
dua pernah.
Apakah
mereka protes? Saya juga tidak yakin ingat hal ini pernah terjadi. Saya
kebanyakan menulis tentang orang-orang yang tidak dekat dengan tulis-menulis /
baca-membaca, dan kebanyakan saya tulis dalam bentuk essay. Saya harap siapapun
itu tidak akan keberatan jika saya menuliskannya baik berupa cerpen atau essay.
Kalaupun ada yang keberatan karena curhatnya dicerpenkan, saya akan sangat
heran, bagaimana bisa dia keberatan lha wong cerpen sepuluh halaman beratnya tidak sampai 14
gram?!
Judul buku apa yang paling
menginspirasi?
Daftar
untuk pertanyaan ini selalu berubah. Tapi yang tidak pernah berubah, tentu saja
Ziarah. Keunggulan novel yang satu itu layaknya sumur yang semakin jauh kau
menggalinya maka dia akan semakin dalam.
Hmm,
semakin dalam… semakin dalam… semakin dalam… zzzz
Karakter favorit dari buku apa yang
paling Anda ingat?
Wiro
Sableng dari buku Wiro Sableng, Harry, Ron dan Hermione dari Harry Potter,
Pelukis dari Ziarah, Arul dari Pemburu Rembulan, dan, tentu saja kamu dari buku
Kehidupan. Aku selalu mengingatmu mas… eh, siapa nama sampean mas? Atau
jangan-jangan sampean seorang mbak? Maaf, lupa.
Apa yang dilakukan saat ide
bergejolak tapi kondisi nggak memungkinkan untuk menulis (mati listrik, laptop
pingsan, mau ditraktir teman, disuruh Ibu nimba di sumur, dll)?
Pada
saat seperti itu, saya akan menggunakan HP untuk menyimpan catatan. Atau kalau
tidak, saya akan langsung mencatatnya di buku khusus tampungan segala macam
ide. Saya punya buku khusus seperti itu, beberapa buah.
Tapi
lebih seringnya di HP. Kadang saat sedang naik sepeda motor dan mendapat ilham,
saya akan langsung menyalakan HP dan mengetik ide tersebut tanpa menghentikan
sepeda—karena teman yang mengendarainya. Atau saat naik mobil, saya pun tak perlu
mengurangi kecepatan hanya untuk membuat catatan karena memang bukan saya yang
menyopir. Bahkan saat sedang turun hujan dengan sangat deras, saya tak perlu
takut membuat catatan di HP sambil menghirup kopi di kamar yang terasa sejuk
dan nyaman.
Apa yang Anda perjuangkan dalam
karya tulis Anda?
Saya
memperjuangkan hak-hak para dinosaurus untuk tetap diam dan tidak berbicara
mengenai penyebab kepunahannya.
Dalam membuat novel, apakah baik
kalau kita membuat cerita pembunuhan dalam hal ini mutilasi dan pembantaian
dijelaskan secara terang agar terlihat mengerikan atau hanya ditulis selayang
pandang saja?
Well,
saya pernah membaca ini dari seorang teman, Octaviani Nur Hasanah. Dia seorang
penulis yang memahami banyak hal dan teliti. Mengenai adegan kekerasan dalam
buku, dia menjelaskan ada beberapa level kekerasan. Paling ringan istilahnya…
oh God, again-again I forget (lagi-lagi saya lupa). Pokoknya di situ ada yang
namanya… hfff, if has forget yes forget (kalau sudah lupa ya lupa).
Intinya,
Anda harus menentukan siapa pembaca buku Anda. Jika Anda ingin melabelinya
dengan bacaan dewasa dan mengandung adegan sadis, ceritakan pembunuhan itu
semengerikan yang Anda bisa. Jangan khawatir, di dunia ini ada kelompok pembaca
yang tega membaca kisah berdarah seperti itu. Tapi jika Anda ingin menulis buku
yang ‘semua umur’, lakukan itu dengan ringan dan tersirat. Bahkan, jika Anda
bisa, ketika Anda mengisahkan salah satu tokoh sedang merokok, Anda harus
memburamkan adegan merokok tersebut. Bagaimana caranya? tulislah kata merokok
dengan tinta yang lebih samar dari tulisan lainnya.
Bagaimana caranya menyampaikan
pesan dalam tulisan kita tanpa terkesan menggurui?
Apakah
Anda sudah membaca tulisan saya? Bagaimana menurut Anda, apakah itu terkesan
menggurui atau tidak? Kalau tidak menggurui, tolong beri tahu saya. Kalau
terkesan menggurui, beri tahu saya juga. Hehehe.
Barusan
saya terdengar seperti mau kabur dari pertanyaan ini, kan? Tentu saja!
Bayangkan, mau ditaruh di mana muka mendiang kakek saya jika setelah saya
ceramah panjang lebar tentang teknik “Tidak Menggurui dalam Tulisan” ternyata
semua tulisan saya terkesan mengguri bagi Anda? Nah, mending saya cari selamat.
Kekhasan gaya bertutur Anda itu
apakah berbanding lurus dengan kepribadian Anda?
Hmm…
ini… anu…yah, gitu deh.
Bagaimana cara meleburkan suatu
data pada narasi agar tak terkesan text book?
Wakakaka,
saya sarankan Anda mengajukan lagi pertanyaan ini pada Author of The Month
berikutnya.
Dalam sebuah tulisan diperlukan riset. Riset sesuai versi Anda selama ini polanya seperti apa?
Untuk
riset, selama ini saya menggunakan pola batik parang. Pola itu sangat bagus
untuk acara formal. Jika ingin mendapatkan kesan yang lebih ringan, saya
menggunakan pola batik sepak bola. Itu terobosan yang unik dalam menggabungkan
pakaian tradisional dan olah raga. Jika ingin mendapatkan yang jauh lebih
casual, saya akan menggunakan pola interaksi inter conjuntional comunal
multilateral bipolar hexagonal. Anda juga bisa menggunakannya untuk mengatasi
berbagai gangguan migren dan sakit hati.
Bingung?
Itulah akibatnya kalau membikin saya bingung.
Ada yang bertanya seputaran seluk
beluk riset secara lengkap sampai bisa jadi bahan lengkap untuk menulis. Apa
saja dan tahapannya bagaimana?
Bwakakaka,
nah, itu dia, semua elemen partikuler pembentuk molekul omniver yang
mengintegrasi dengan data empiric maupun data non-syirik harus dikolaborasikan
dengan kurikulum GBPP 1994 dengan menekankan pada titik pijak kultural
semi-formal secara frontal leksikal. Hal mana bisa mengkristalkan proses
kulturisasi kebudayaan Aztec dengan persepsi Hellenis humanis optimistis. Itu
sangat penting, Kawan.
Bagaimana cara agar bisa konsisten menulis
pada apa yang kita sukai, disaat banyaknya godaan untuk menulis hal lain?
Alhamdulilah,
terimakasih, terimakasih banyak wahai penanya yang budiman, Anda telah
mengembalikan wawancara ini ke jalur yang benar. Kau membuatku bahagia dengan
pertanyaanmu yang logis phantomis pseudonimis premis konjugatif. Ini jawaban
saya:
Saya
seperti Anda, walau mungkin berbeda dalam hal yang lebih banyak. Saya merasa
yang suka saya tulis agak berbeda dengan yang biasanya ramai di pasar buku.
Awalnya itu mengganggu saya. Jujur, itu membuatku takut tidak laku di pasar
(penerbit mana yang mau mengambil buku yang tidak diminati pasar?). Tapi
semakin ke sini saya semakin optimis bahwa, bagaimanapun juga, naskah yang baik
akan menemukan jalannya.
Jangan
bergantung pada pasar, bergantunglah pada kepercayaan diri Anda pada kekuatan
tulisan Anda. Di dunia perbukuan selalu saja ada buku di luar mainstream yang
berhasil terbit, best seller, akhirnya mengubah arah pasar secara frontal.
Anggaplah ketika Anda sedang menulis yang Anda suka ditengah-tengah godaan tema
lain yang sedang popular, Tuhan sedang memberi Anda peluang untuk mengubah
‘pasar’ sesuai yang Anda inginkan. Caranya, tulis kisah Anda dengan kemampuan
terbaik yang Anda punya.
Bismillah,
kawan.
Menurut Anda, karya fiksi yang
keren itu yang seperti apa? Apakah yang nyentrik, unik, dan menarik, atau yang
pesannya sederhana tapi gaya penyampaiannya nggak membosankan?
Well,
wahai penanya yang terhormat dan baik hati serta gemar menabung uang belanja
dari suami (wakakaka), tahukah Anda bahwa saya berniat menyalin pertanyaan Anda
sebagai jawaban untuk pertanyaan Anda? Baik, saya buktikan.
Bagi
saya, karya fiksi yang keren adalah yang nyentrik, unik, menarik, sederhana
tapi tidak membosankan. Jika karya fiksi punya salah satu dari hal-hal
tersebut, dia sudah keren. Jika ada karya fiksi yang memiliki semua unsur
tersebut, asataga, itu RUAR BIASA!
Mengapa memiliki kosa kata ajaib? Apakah
dulu proses kreatifnya juga ajaib?
Kosa
kata yang dimiliki seseorang berkaitan erat dengan bidang apa yang paling dekat
dengan keseharian hidupnya. Saya, yang suka membaca apa saja, mendapatkan kosa
kata yang lebih banyak dari pada mereka yang hanya membaca satu macam buku
saja. Itu benar. Dan semua orang bisa melakukannya.
Jika
Anda ingin memperkaya kosa kata, bacalah buku berbeda. Buku dari penulis yang
tak pernah Anda kenal, yang membahas tema asing bagi Anda. Dengan itu Anda akan
memiliki tabungan banyak kata baru. Kemudian gunakanlah kata tersebut dalam
penulisan Anda, maka jadilah karya serupa dengan imthirava (cangkir yang tak pernah dipakai Drupadi buat minum dan
tak pernah ditulis oleh pengarang kisah Mahabharata): mengejutkan!
Mengenai
proses kreatif, itu sudah saya ulas di atas. Anda hanya perlu mendongak selama
empat jam setengah untuk menyadari jawaban itu tidak ada di atas langit-langit
rumah Anda.
Bagaimana cara Anda fokus
menyelesaikan naskah novel? Karena terkadang juga ide berkelebatan tapi
ditangkapnya susah. Biasanya kalau Anda menyelesaikan naskah butuh berapa lama
untuk selesai?
Well, kita punya masalah yang sama, kawan. Saya pun sering membuat naskah terbengkalai. Maaf, ini seperti orang galau curhat pada orang depresi.
Well, kita punya masalah yang sama, kawan. Saya pun sering membuat naskah terbengkalai. Maaf, ini seperti orang galau curhat pada orang depresi.
Pemburu Rembulan |
Dari
semua itu, ada satu persamaan untuk setiap naskah buku saya: semuanya rampung
di bulan Ramadan. Dan dari semua naskah yang sudah jadi itu, hanya satu yang
tidak di selesaikan di Pulau Bawean.
Bagaimana mengatasi rasa iri
melihat buku teman terbit sementara naskah kita tak kunjung selesai?
Nha…
ini… ini… kata siapa saya iri? Wahaha, padahal kalau ada buku teman yang terbit
saya cuma membanting sepeda motor dan televisi milik tetangga, lho. Masak gitu
aja dibilang iri? Ah, Anda ini berlebihan beud.
Sehubungan dengan buku baru. Berapa
lama proses menulisnya? Siapa dan apa inspirasi dibalik pembuatan buku
tersebut?
Untuk
buku Berbagai Keajaiban Dalam Hidup, saya menulisnya sejak tahun 2007, dan baru
pada penghujung Juli tahun 2014 ini terbit. Sedangkan untuk Samudera Novara
yang sebentar lagi terbit, saya menyelesaikannya dalam waktu setahun lebih
beberapa ratus jam.
Berapa lama Anda menulis buku
Berbagai Keajaiban dalam Hidup? Saya suka dengan quote yang ada di dalamnya.
Juga suka dengan keragaman kisahnya.
Tujuh
tahun. Butuh waktu tujuh tahun bagi saya untuk merampungkan buku tersebut. Saya
mengajukan naskah Keajaiban Hidup pada Maret (semoga tak salah ingat) tahun
2014, dan pada tahun yang sama ia pun terbit.
Waktu
yang panjang (tujuh tahun, mak ciiiiik) memungkinkan bagi saya untuk mendapatkan
ide yang berbagai macam. Itu salah satu kelebihan dari menulis dalam waktu yang
lama. Tulisan kita berkembang seiring berkembangnya kepribadian dan kepekaan
penulisnya. Hanya saja, menulis lama juga punya satu resiko yang sangat besar:
penulis kehilangan semangat di tengah jalan.
Terimakasih
telah menyukai quote di buku tersebut. Sebagian memang saya ambil
dariAl-Qur’an, ulama’ dan para orang terkenal. Sebagian mbejudul dari saya sendiri.
Apa masyarakat Bawean tahu kalau
pulau mereka sudah mulai dikenal oleh beberapa orang yang tadinya tidak pernah
dengar nama Bawean karena tulisan Anda?
Mm…
jika kata masyarakat di sini mewakili ribuan orang, saya tidak yakin itu.
Bahkan saya tidak yakin banyak orang Bawean yang tahu bahwa saya ada di dunia
ini. Tapi kalau orang sekampung saya, Alhamdulillah, kebanyakan mereka (pemuda
dan pelajar) tahu dan memberikan dukungan yang baik. Saya sangat bersyukur
Allah telah menjadikan saya blasteran Jawa-Bawean-Martian-Planet Namec. Itu
membuat saya memiliki keragaman sudut pandang yang lebih dan terpaut beberapa
puluh jalur kekerabatan dari Son Goku.
Jika
ada di antara pembaca wawancara ini orang pulau yang ingin menjadi penulis,
saya yakinkan pada Anda bahwa Anda beruntung. Anda punya sesuatu yang unik
untuk Anda tulis dan tawarkan pada dunia. Ingat, semua hal yang ada di dunia
ini ajaib dan menarik. Dan semua itu bergantung pada seberapa bagus kita dalam
menuliskannya.
Nah,
well, pertanyaan sudah habis dan saya belum mendapati satu pertanyaan pun yang
menawari saya makan malam atau sejenisnya!
***
Demikian bincang-bincang kita dengan Arul Chandrana. Buat
teman-teman yang penasaran dengan karya penulis yang satu ini, ada satu
buku gratis untuk satu pemenang karya Arul Chandrana yang berjudul Berbagai Keajaiban Dalam Hidup. Syaratnya mudah banget :
- Follow blog ini.
- Follow twitter @BAWCommunity
- Tweet kalimat ini "Saya mau buku #BerbagaiKeajaibanDalamHidup karya @arulight dari @BAWCommunity". Jangan lupa di twit kamu tetap sertakan link postingan wawancara ini juga bagikan link postingan ini di facebook.
- Komen di kolom komentar postingan ini berupa: nama dan akun twitter.
- Ditunggu sampai tanggal 15 September 2014
- Ikuti terus program Author of The Month berikutnya dan dapatkan buku-buku dari para penulis BAW.
Nama: Ade Delina Putri
ReplyDeleteTwitter: @adedelinaputri
ikutan kuisnya ya
ReplyDeleteNama : Rifka Fatmawati
Twitter : @rifkashamorie
Saya menginginkan karya beliau ini.
ReplyDeleteSaya menginginkan karyanya, karena jawabanya yang super sekali.
Terutama bagian:
Apa yang Anda perjuangkan dalam karya tulis Anda?
Saya memperjuangkan hak-hak para dinosaurus untuk tetap diam dan tidak berbicara mengenai penyebab kepunahannya.
ikuut
ReplyDeleteNama : Naqiyyah Syam
Twitter : @ Naqiyyah_Syam
Baru pertama mampir ke blog ini langsung temuin ada kuis.. Saya ikutan ya mba... :)
ReplyDeleteNama : Ilham Fauzi
Twitter : @fauziilham28
ikuut
ReplyDeleteNama : Binta Almamba
Twitter : @Bintaalmamba
Ikutaaannn :D
ReplyDeleteNama : Ila Rizky
twitter : @ila_rizky
Rima Ria Lestari
ReplyDelete@rima_ria
Aaaah Bro, di mana saya ya sehingga tidak ikutan menyerbumu dengan pertanyaan2 ajaib?
ReplyDeleteHei, dirimu tak konsisten memakai kata saya dan aku! KEnapa? Apa yang terjadi?
*Fiyuh, kenapa kalau membaca tulisan putra Bawean ini, saya jadi bertutur dengan gaya bahasa yang tak biasa saya lakukan ya?*
Errrr saya mau ikutan kuis ini .... tapi ini suah tengah malam ...... sudah lewat tengah malam .. mudah2an besok tidak lupa ....
Oya sukses ya Bro buku barunya moga laris manis :)
Saya ikutan ya min :)
ReplyDeleteNama : Aida Al Fath
Twitter : @AidhaZhuki
Suka banget dengan gaya bahasanya, bikin ngakak terussss :D Makasi inspirasi, ilmu, dan motivasinya ya mas Arul. :)) Salam sukses.
ikutt ;)
ReplyDeleteNama : Mirnawati Sapar
Twitter : @MirnawatiSapar
menarik banget.....!
Ikutan ya kak
ReplyDeleteNama : Widya Neva
Twitter : @widyaneva2
Sukses selalu untuk kak Arul dan BAW Community serta semuanya salam sukses :))
Holla KakMin, ikutannnnnn heheeh
ReplyDeleteNama : Nyi Penengah Dewanti
twit @NyiPeDe
semangat untuk terus berkarya <3
Ikut ya min :-)
ReplyDeleteNama: Husnul Aini
Twitter : @azadinda
Saya juga ikutan ya kak mimin..
ReplyDeleteNama: Sarah Ufaira
twitter : @sarahufaira
Trimakasih.. :D
Bismillah... mudah2an kali ini beruntung
ReplyDeleteNama: Ika Koentjoro
Twitter : @Ikakoentjoro
Ikutan ya
ReplyDeletenama: Kanianingsih
Twitter: @kanianingsih
Ikutaaan
ReplyDeletenama : wawat smart
twitter : @wawat_female
Nama: Ninda Rukminingtyas
ReplyDeleteAkun twitter: @galaxyninda
Sukses selalu kak, fighting! :D
Nama : Rina Eko Wati
ReplyDeleteTwitter : @HikariMio
Nama : Rany Dwi Tanti
ReplyDeleteTwitter : @Rany_Dwi004
Nama : Sri Darmawati
ReplyDeleteTwitter : @Eyiaz_AB
Nama: Alya Nurhafidza
ReplyDeleteTwitter: @alyaaaaan
Situs yang gak pernah bikin kecewa cuma LIGA BINTANG
ReplyDeletebakal dikasih men4ang terus
WA : +62 819-5263-6660
panenbintang.org