Friday, February 21, 2014

Antara Giveaway dan Diskon Buku sebagai Strategi Pemasaran Buku

Afin Yulia

Oleh: Afin Yulia

Menembus penerbitan nasional? Aih, memang tidak gampang. Maka, ketika ada satu penerbit yang mengirim surat cinta yang isinya menerima lamaran anda padanya (ups, karya tulis anda ding), rasanya seperti kejatuhan bulan. Inginnya lompat-lompat agar orang tahu “Hei,  akhirnya ada juga penerbit yang naksir karya saya, kawan!”. Tetapi prosedur penerbitan buku tidak semudah yang kita bayangkan. Dari mulai di-acc sampai kemudian terbit memakan waktu panjang. Bisa sekitar 6 bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Melelahkan bukan? Maka wajar kiranya ketika buku benar-benar terbit di pasaran, kita pun melakukan hal-hal tertentu untuk mengenalkan karya kita pada khalayak ramai. Seperti meng-upload cover buku di wall anda berikut sinopsisnya, menampilkan quot-quote bernas dari buku kita, kuis, atau bahkan give away seperti yang sudah dibahas dalam topik Lika-Liku Promo Buku.

           Nah soal giveaway ini kemudian memunculkan pertanyaan : Apa sih faktor yang membuat orang tertarik mengikutinya? Hadiahnya atau justru lainnya?
            Menurut  Binta Al Mamba, hadiah memegang peranan penting untuk menarik minat orang mengikuti Give Away. Senada dengannya,  Dwi Aprilytanti juga mengamini. “Makin banyak hadiah yang disediakan biasanya menarik untuk diikuti,” jelasnya. Tetapi ternyata tak hanya itu yang membuat orang tertarik mengikuti GA. Tema ternyata juga turut mempengaruhi. Semakin mudah tema, akan semakin banyak peminatnya.  Tak hanya itu, rupanya faktor  penyelenggara pun turut menyumbang peranan ikut tidaknya seseorang pada suatu GA. Jika empunya event adalah teman sendiri, maka kita selaku teman biasanya akan ikut berpartisipasi. Membaca uraian di atas, tak pelak kita pun bertanya-tanya: Jika hadiah menempati posisi pertama penarik orang untuk ikut GA, lantas bagaimana kita bisa menyediakan beragam hadiah  tersebut? Ditanggung sendiri oleh sang penulis atau justru kerjasama dengan pihak lain?
            Mengenai perkara ini Riawani Elyta menjelaskan dengan gamblang  jika  hadiah berupa buku yang baru terbit  dan dijadiin GA, tentu hadiah tersebut berasal dari penerbit. “Tapi kalo kita mau nambahin hadiah, ya bisa dari kita sendiri atau dari sponsor,” imbuhnya. Lantas seberapakah besar pengaruh give away terhadap penjualan buku tersebut pada penjualan si buku? Nah, perkara ini Riawani Elyta menjawab masih menjadi misteri.
            Kok begitu?
           Sederhana saja, belum adanya penelitian soal ini membuat kita tak bisa menjawab pasti pengaruhnya. Dibilang tidak berpengaruh, tidak bisa. Dengan adanya GA, terutama yang berhadiah buku, membuat orang tahu  “oh itu toh buku kamu”. Syukur-syukur dari situ orang jadi penasaran, kemudian membeli untuk hadiah teman atau justru dinikmati sendiri. Tapi jika dibilang berpengaruh besar pada penjualan, tidak ada data pastinya. Jadi gimana dong? Soal ini saya setuju dengan Riawani Elyta, pengaruhnya masih misteri.
            Nah yang jadi masalah kemudian, saat promo-promo tersebut baru saja digelar tiba-tiba saja ada yang inbox minta diskonan. Aduh, Mak...kita memang senang kalau buku kita laku di pasaran, tapi kalau belum-belum sudah ditodong diskon kok ya gimana gitu. Lantas andai memberi diskon, berapa  yang layak diberikan?
            Ternyata untuk hal itu mengacu pada besaran diskon yang diberikan  si penerbit pada penulisnya. “Dari situ kita bisa kasih diskon 10-15 persen dari harga buku di toko  atau dihargai sama dengan toko tetapi ada bonus tanda tangan plus merchandise ,” ungkap Neida Camelia.
            Sementara itu Shabrina WS berujar ,”Biasanya saya jujur sama mereka (red. Yang minta diskon), berapa persen diskon yang saya dapat dari penerbit.   Seringnya saya jual dengan harga setelah dikurangi ongkir/uang bensin. Karena meskipun saya gak laba secara langsung, tapi kan tetep itungannya masuk ke royalti.”
            Pendapat berbeda dikatakan oleh   Adya Tuti Pramudita. “Untuk yang dikirim via pos, saya tidak memberi diskon tapi free ongkir. Sementara untuk yang  datang ke rumah, saya beri diskon 5 persen.”   
            Perkecualian terjadi jika stok dari penerbit sedang kosong dan harus membeli dari toko, seperti yang dikatakan Dewi Rieka. Jika ini terjadi maka kita bisa memberi harga sesuai harga toko. Dengan catatan, hal ini sudah disepakai oleh si pembeli. Lantas bagaimana jika penerbit tidak memberikan diskon? Sebab pada kenyataannya  ada penerbit besar semacam penerbit G yang tidak memberikan diskon pada penulisnya?
            Mengenai hal ini  Irni Fatma Satyawati  berbagi kisah tentang penerbit tersebut. Penerbit satu ini tidak memberikan diskon pada penulisnya. Diskon 20 persen akan diberikan jika si penulis membeli sendiri di toko-toko bukunya (yang notabene masih milik penerbit G juga). Sekarang silakan berhitung berapa potongan harga yang pantas bagi pembeli buku anda, tentu jika anda adalah penulis penerbit G tersebut.
            Lalu baik mana sih membeli buku langsung dari gudang (gudang penerbit) atau dari toko buku?
Eni Martini  selaku penulis dan penjual buku online mengungkap lebih suka membeli langsung.  “Selain mendongkrak nilai jual di toko buku tsb, laporannya juga jelas,” terangnya. Namun,  selain nilai jual buku yang ujung-ujungnya royalti, menurut Leyla Hana yang paling penting dari peluncuran sebuah buku  manfaat dan keterbacaannya. “Walaupun bukuku dibaca di perpus atau modal pinjam, aku senang. Bukankah kita harus memudahkan orang lain?” imbuhnya kemudian.

So, bagaimana kawan-kawan. Apakah anda sekalian sudah mendapat gambaran jelas soal giveaway dan prosedur pemberian diskon buat (calon) pembeli buku anda? Jika ada tambahan pengetahuan soal ini boleh ditambah agar semakin banyak pelajaran buat kita.


NB :
Terima kasih buat teman-teman yang telah berkomentar.
Juga Arul Chandrana atas pertanyaannya yang dititipkan kepada saya.
Semoga banyak orang yang mendapat manfaat dari tulisan kali ini.

16 comments:

  1. dulu sekali hobi baca buku apapun jenisnya, bahkan sedikit punya koleksi(walaupun sedikit sisa jaman dulu).
    akses memiliki buku yang rada sulit dan harga yang lumayan mahal buat ukuran orang kecil, plus ngga hobi baca buku, semakin jauhlah cita-cita pemerintah agar pemuda bangsa ini menjadikan membaca sebagai hobi, ditambah dengan adanya internet....
    apa ngga sebaiknya para penerbit itu bisa memudahkan dan meringankan para konsumen....harga bahan baku kertasnya mahal ya?
    ya udah kalu gituh...mendingan anak-anakku tak kasih akses internet azh deh....;o)

    ReplyDelete
  2. artikelnya sangat bagus,terimakasih infonya

    ReplyDelete
  3. Specta sangat ini webnya keren ihh dari mulai tema sampe ke artikelnya

    ReplyDelete
  4. websitenya keren banget,di tunggu postingan terbarunya

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)