|
|
Nah, sekarang kita akan intip sesi tanya jawab ketika bedah novelnya Irhayati Harun: RUMAH MANDE, ya setelah di sesi berikutnya membahas novel dari Ade Anita. Buat yang belum baca sebelumnya, bisa lihat di tulisan yang dihyperlink ini.
Elita Duanita : Darimana Ide menulis novel Rumah Mande
Irhayati Harun : Ide menulis novel ini lebih dari satu. Mulanya ide muncul saat
alm ibu saya cerita tentang kisah hidupnya terutama saat pertama kali menikah
dengan abak saya lewat perjodohan ala siti nurbaya. Mulanya ibu saya menolak
karena bapak saya waktu itu berstatus duda dan sudah memiliki 5 orang anak.
Sementara ibu saya masih muda belum genap 20 thn. Intinya akhirnya ibu saya
bisa mencintai abak (bapak) saya meskipun awalnya dijodohkan. Kedua ide muncul
lagi untuk merubah temanya yang tadinya tentang air mata surga menjadi rumah.
Sehingga saya masukkanlah cerpen Rumah Mande yang menjadi tema besar novel ini.
Cerpen ini pernah terpilih menjadi cerpen pilihan pembaca annida online nop
2009. Digambarkan bahwa dalam adat minang rumah merupakan hak bagi perempuan
meskipun sudah menikah. Maka perempuan tetap bisa dan harus menempati rumah
Mamaknya tanpa harus tinggal di rumah suaminya. Jadi rata rata suamilah yang
mengikuti tempat tinggal istrinya. Begitu pun dalam hal warisan, jatah
perempuan lebih besar dari laki laki. Untuk itulah perempuan lebih memiliki
kuasa dari laki laki. Novel ini juga menceritakan kenangan suka dukanya ibu
saya dalam hidupnya termasuk dalam membesarkan kami anak anaknya. Meskipun
tidak seratus persen dari kisah nyata. Sehingga begitu rumah nya hancur karena
gempa, seorang ibu dalam tokoh ini yaitu Mande sangat sedih dan kehilangan
karena merasa kenangannya juga ikut hancur. Oleh anaknya Upik dan Hilman ,
Rusli , rumah tersebut pun dibangun kembali. Namun disaat rumah itu jadi, Mande
tokoh utama novel ini malah tidak jadi menempatinya. Untuk mengetahui endingnya
silahkan teman teman baca novel ini yah hehehehe promosi
Elita Duanita : Apa Kendala Dan Kesulitan Dalam Menulis Novel Ini
Irhayati Harun : Kendalanya karena novel ini saya satukan dengan kumpulan cerpen
saya berlatar sumatera barat. Saya pun harus bekerja keras mencari benang
merahnya agar bisa disatukan menjadi novel. Selain itu saya harus kembali
merubah sudut pandang setiap cerpen saya agar sama dengan sudut pandang di
dalam novel ini. Kendala lainnya saya merasa tidak bisa mengalir menuliskannya
karena emosi yang terlibat ketika menulis novel ini terutama saat menulis kisah
sedihnya yaitu ketika menceritakan tentang ibu saya yang harus berjuang melawan
kankernya. Sehingga sering mandeg dan menyerah untuk meneruskannya. Sehingga setelah
dua tahun baru naskah ini saya ajukan ke penerbit mayor dan di acc dalam dua
minggu.
Elita Duanita : Mengapa Memilih Berduet?
Irhayati Harun : Seperti yang saya sebutkan diatas bagi saya ternyata menulis
kisah sendiri lebih sulit karena emosi ikut terlibat sehingga merasa tak
sanggup untuk menuliskannya sendiri. Ditambah lagi deadline yang cepat harus
selesai dalam waktu 2 minggu. Padahal waktu itu saya lagi di Medan menjenguk mertua yang sakit selama
sebulan. Otomatis saya tak punya waktu menyelasaikannya karena harus mondar
mandir ke rumah sakit bersama suami. Belum lagi deadline yang lain sudah
menunggu untuk segera diselesaikan. Untungnya teman duet saya Uda Agus begitu
menguasai tema berlatar Sumbar karena dia juga asli Padang. Ditambah lagi pengalamannya dalam
dunia tulis menulis yang sering memenangkan lomba. Apalagi tulisan kami banyak
kesamaannya Klop deh!
Elita Duanita : Novel Ini Memakai Alur Maju Mundur. Bagaimana Tips Menulis Novel Dengan
Alur Seperti Ini Dengan Baik ?
Irhayati Harun : .Tipsnya tulis dulu bab demi bab agar bisa mengalir dalam
menuliskannya. Baru nanti dicari anti klimak atau titik cerita yang penting
untuk ditaruh di depan. Dimana endingnya tetap diakhir cerita. Satu hal lagi
usahakan untuk menulis masa kini atau masa lampau dalam satu bab jadi jangan
dicampur campur malah bingung. Teman teman bisa membaca novel pulang leyla s
chudori yang memakai alur mundur maju. Juga novel Twilight
Elita Duanita : Apa Pesan Yang Ingin Disampaikan Lewat Novel Ini
Irhayati Harun : Bahwa sosok ibu tak tergantikan karena dalam kenyataannya kita
lebih dekat dan banyak curhat pada ibu. Jadi begitu ibu kita tidak ada, tak
seorang pun mampu menggantikan sosoknya yang lemah lembut, memiliki kasih
sayang tanpa pamrih. Untuk itu sayangi dan hormatilah ibu kita selama masih
ada. Pesan lainnya yang ingin saya sampaikan dalam novel ini bahwa sejelek
jeleknya sebuah rumah, tetap menyimpan kenangan indah dan kehangatan bagi
penghuninya. Sehingga kemanapun kita pergi, suatu saat pasti ingin kembali lagi
ke sebuah tempat yang bernama rumah!
|
|
|
|
Nah, sekarang kita akan intip sesi tanya jawab ketika bedah novelnya Irhayati Harun: RUMAH MANDE, ya setelah di sesi berikutnya membahas novel dari
Ade Anita. Buat yang belum baca sebelumnya, bisa lihat di tulisan yang
dihyperlink ini.
Elita Duanita : Darimana Ide menulis novel Rumah Mande
Irhayati Harun : Ide menulis novel ini lebih dari satu. Mulanya ide muncul saat
alm ibu saya cerita tentang kisah hidupnya terutama saat pertama kali menikah
dengan abak saya lewat perjodohan ala siti nurbaya. Mulanya ibu saya menolak
karena bapak saya waktu itu berstatus duda dan sudah memiliki 5 orang anak.
Sementara ibu saya masih muda belum genap 20 thn. Intinya akhirnya ibu saya
bisa mencintai abak (bapak) saya meskipun awalnya dijodohkan. Kedua ide muncul
lagi untuk merubah temanya yang tadinya tentang air mata surga menjadi rumah.
Sehingga saya masukkanlah cerpen Rumah Mande yang menjadi tema besar novel ini.
Cerpen ini pernah terpilih menjadi cerpen pilihan pembaca annida online nop
2009. Digambarkan bahwa dalam adat minang rumah merupakan hak bagi perempuan
meskipun sudah menikah. Maka perempuan tetap bisa dan harus menempati rumah
Mamaknya tanpa harus tinggal di rumah suaminya. Jadi rata rata suamilah yang
mengikuti tempat tinggal istrinya. Begitu pun dalam hal warisan, jatah
perempuan lebih besar dari laki laki. Untuk itulah perempuan lebih memiliki
kuasa dari laki laki. Novel ini juga menceritakan kenangan suka dukanya ibu
saya dalam hidupnya termasuk dalam membesarkan kami anak anaknya. Meskipun
tidak seratus persen dari kisah nyata. Sehingga begitu rumah nya hancur karena
gempa, seorang ibu dalam tokoh ini yaitu Mande sangat sedih dan kehilangan
karena merasa kenangannya juga ikut hancur. Oleh anaknya Upik dan Hilman ,
Rusli , rumah tersebut pun dibangun kembali. Namun disaat rumah itu jadi, Mande
tokoh utama novel ini malah tidak jadi menempatinya. Untuk mengetahui endingnya
silahkan teman teman baca novel ini yah hehehehe promosi
Elita Duanita : Apa Kendala Dan Kesulitan Dalam Menulis Novel Ini
Irhayati Harun : Kendalanya karena novel ini saya satukan dengan kumpulan cerpen
saya berlatar sumatera barat. Saya pun harus bekerja keras mencari benang
merahnya agar bisa disatukan menjadi novel. Selain itu saya harus kembali
merubah sudut pandang setiap cerpen saya agar sama dengan sudut pandang di
dalam novel ini. Kendala lainnya saya merasa tidak bisa mengalir menuliskannya
karena emosi yang terlibat ketika menulis novel ini terutama saat menulis kisah
sedihnya yaitu ketika menceritakan tentang ibu saya yang harus berjuang melawan
kankernya. Sehingga sering mandeg dan menyerah untuk meneruskannya. Sehingga setelah
dua tahun baru naskah ini saya ajukan ke penerbit mayor dan di acc dalam dua
minggu.
Elita Duanita : Mengapa Memilih Berduet?
Irhayati Harun : Seperti yang saya sebutkan diatas bagi saya ternyata menulis
kisah sendiri lebih sulit karena emosi ikut terlibat sehingga merasa tak
sanggup untuk menuliskannya sendiri. Ditambah lagi deadline yang cepat harus
selesai dalam waktu 2 minggu. Padahal waktu itu saya lagi di Medan menjenguk mertua yang sakit selama
sebulan. Otomatis saya tak punya waktu menyelasaikannya karena harus mondar
mandir ke rumah sakit bersama suami. Belum lagi deadline yang lain sudah
menunggu untuk segera diselesaikan. Untungnya teman duet saya Uda Agus begitu
menguasai tema berlatar Sumbar karena dia juga asli Padang. Ditambah lagi pengalamannya dalam
dunia tulis menulis yang sering memenangkan lomba. Apalagi tulisan kami banyak
kesamaannya Klop deh!
Elita Duanita : Novel Ini Memakai Alur Maju Mundur. Bagaimana Tips Menulis Novel Dengan
Alur Seperti Ini Dengan Baik ?
Irhayati Harun : .Tipsnya tulis dulu bab demi bab agar bisa mengalir dalam
menuliskannya. Baru nanti dicari anti klimak atau titik cerita yang penting
untuk ditaruh di depan. Dimana endingnya tetap diakhir cerita. Satu hal lagi
usahakan untuk menulis masa kini atau masa lampau dalam satu bab jadi jangan
dicampur campur malah bingung. Teman teman bisa membaca novel pulang leyla s
chudori yang memakai alur mundur maju. Juga novel Twilight
Elita Duanita : Apa Pesan Yang Ingin Disampaikan Lewat Novel Ini
Irhayati Harun : Bahwa sosok ibu tak tergantikan karena dalam kenyataannya kita
lebih dekat dan banyak curhat pada ibu. Jadi begitu ibu kita tidak ada, tak
seorang pun mampu menggantikan sosoknya yang lemah lembut, memiliki kasih
sayang tanpa pamrih. Untuk itu sayangi dan hormatilah ibu kita selama masih
ada. Pesan lainnya yang ingin saya sampaikan dalam novel ini bahwa sejelek
jeleknya sebuah rumah, tetap menyimpan kenangan indah dan kehangatan bagi
penghuninya. Sehingga kemanapun kita pergi, suatu saat pasti ingin kembali lagi
ke sebuah tempat yang bernama rumah!
jadi penasaran sama novelnya..di tegal udah ada belum ya?
ReplyDelete