Bagaimana awalnya Mbak Shabrina menjadi penulis, karena cita-cita, terseret arus atau bagaimana?
Jawab : Awalnya dari suka denger sandiwara dan baca-baca. Trus biasa dongeng di kelas, ningkat nyoba nulis buat konsumsi teman, lalu lama-lama pengen juga mejeng di media :-)
Sejak kapan menyadari punya bakat dalam bidang menulis?
Jawab : Saya sadar merasa pengen nulis dan pengen di muat di media pas Aliyah. :-)
Siapa inspirator mbak Shabrina dalam keluarga untuk menulis?
Jawab : Semua keluarga saya.Tapi saya pernah menemukan tulisan kakek buyut saya dalam bentuk bahasa dan huruf-huruf Jawa. Sepertinya itu semacam geguritan. Saya juga menemukan beberapa puisi di sampul buku tante saya. Dari sana sudah mikir pengen nulis seperti itu suatu hari :-)
Apa menulis buat mbak Shabrina adalah hobby utama?
Jawab : Iya, hobby utama :-)
Siapa penulis idola Mbak Shabrina?
Jawab : Banyaak. Nggak bisa disebutin satu persatu nih, karena saya nggak fanatik sama satu penulis saja :-)
Apakah ada gaya penulis dari penulis lain yang menjadi panutan Mbak Shabrina?
Jawab : Anna Sewell dalam Black Beauty banyak memberi inspirasi, bagimana menulis fabel yang menghewan.
Apa ada hubungan latar belakang pendidikan Mbak Shabrina dengan dunia tulis menulis?
Jawab : Mmm…Pendidikan terakhir saya PGMI di Malang. Di kota apel itu, saya belajar banyak hal, bukan hanya di bangku kuliah. Di sana juga saya bertemu dengan teman-teman penulis. Dan itu sangat memengaruhi tulisan dan kesukaan saya pada menulis.:-)
Menulis novel itu kan menulis cerita. Apa yang jadi pertimbangan Mbak Shabrina Ws untuk memutuskan cerita yang mau dituliskan? What make you decided that story is worth written?
Jawab : Pertimbangan awalnya lebih ke rasa, saya suka apa enggak. Saya nyaman apa enggak. Sreg apa enggak. :-)
Sampai sekarang sudah berapa buku yang diterbitkan?
jawab : Antologi 35, duet 1, dan solo 7 buku, kalau yang sedang proses 3, mohon doanya supaya lancar ya. Soalnya salah satunya fabel kucing, cita-cita banget tuh :-)
Mengapa antara karya yang satu dengan yang lain ada jeda yang cukup panjang? Apa ada target untuk menerbitkan buku setiap tahun atau hanya jika ada lomba saja kemudian karya Mbak Shabrina ikutkan?
Jawab : Iya nih, saya nulisnya memang lamban. Soalnya nggak setiap di depan laptop langsung menghasilkan tulisan. Dan saya juga harus merasa dan berfikir bahwa ada yang harus saya sampaikan dulu, baru bisa nulis. Kalau nggak, ya nggak jadi-jadi tulisan.
Kalau target ya pengennya setiap tahun ada yang terbit. Tapi ya itu tadi, balik ke proses saya emang belum bisa digas.
Kalau untuk lomba kemarin itu idenya sudah ada sebelumnya, jadi tinggal nulis. Kalau mencari mendadak, seringnya gagal ikutan. Karena udah DL belum nemu ide yang klik. Ehehe.
Dalam tulisan Mbak Shabrina sering mengangkat cerita fabel, apakah Mbak Shabrina memang cinta akan cerita fabel? Sejak kapan kecintaan itu muncul?
Jawab : Iya.Bisa dibilang begitu.Ibu saya suka mendongeng dengan tokoh-tokoh hewan dulu.Tapi beneran cinta sejak baca fabel-fabel terjemahan.Ada banyak hal yang menarik dari fabel, terutama jika memandang sesuatu dari sudut pandang hewan.
Mbak Shabrina kan suka nulis Fabel. Adakah hewan kesukaan mbak yang membuat mbak Shabrina suka menulis Fabel? semacam hewan yang menginspirasi?
jawab : Kucing! Itu hewan pertama.Lalu Ciki-Caka kelinci saya. Awalnya dari mereka, sampai ke sini bisa hewan apa aja.
Hampir setiap karya Mbak Shabrina terselip cerita tentang hewan, bahkan di cerpen yang pernah muncul di Ummi. Kenapa dalam Betang tidak ada?
Jawab : Ehehe…Kumcer saya yang Sketsa Negeri Para Anjing juga nggak ada hewannya kok. Kalau Betang, hanya ada si kucing Baputi sekilas. Ya karena saya merasa kalau memasukkan fabel ke Betang, akan seperti dipaksakan banget. Kurang cocok. Sesuai kebutuhan aja :-)
Kecintaan Mbak Shabrina terhadap fauna jelas terlihat, apa Mbak Shabrina punya hewan peliharaan? Apa hewan peliharaan itu jadi inspirasi untuk menulis?
Jawab : Punya.Sampai sekarang saya masih memelihara keturunan Pus Tower, atau sekadar jadi tempat kos kucing-kucing liar.
Mana yang lebih menggairahkan, menulis cerita anak, fable atau romance?
Jawab : Mmm…sama sih. Tergantung apa yang ingin saya sampaikan :-)
Banyak untaian kata mbak Shabrina baik di buku atau bentuk status di facebook yang mengangkat hal kecil tapi begitu dalam. Apa hal itu didasari karena Mbak Shabrina peka terhadap kejadian-kejadian kecil? Bagaimana mengolah quote manis tersebut? Apa dipikirkan begitu dalam atau melintas begitu saja?
Jawab : Saya suka merenung sambil melihat tumbuh-tumbuhan, melihat langit, mendengar hujan, merasakan semilir angin.Saat-saat seperti itu ada sesuatu yang melintasdi pikiran saya dari berbagai peristiwa yang sedang atau pernah terjadi.Saya menyebutnya itu bahan mentah, biasanya saya tulis di buku. Untuk menjadi quote yang saya posting di publik, itu udah mengalami pengendapan. :-)
Ada dua novel Mbak Shabrina yang sudah diterbitkan yang setting-nya Kalimantan : Betang dan Ping. Kenapa Mbak Shabrina tertarik dengan budaya Kalimantan?
jawab : Kalau tentang setting Betang dan Ping, itu karena kebutuhan cerita. Saya merasa pasnya ya di sana dan akan mengubah cerita kalau tidak di sana. Kalau Budaya Indonesia, sejak belajar Antropologi dulu bagi saya semua menarik.:-)
Bagaimana mbak Shabrina melakukan riset untukmenulis Betang, Always be in your heart dan Ping!?Karena lokasi di novel itu jauh dari tempat tinggal Mbak Shabrina dan bahkan mbak Shabrina menuliskan setting dengan detail sekali seperti dalam Betang dari menyebrang jalan, melintasi jalan tertentu dituliskan detail.
Jawab : Alhamdulillah. Di zaman sekarang dengan internet kita bisa kemana-mana. Tinggal masukkan kata kunci, kita bisa dapat banyak informasi. Saya yakin kalau itu nulisnya pas saya belum kenal internet pasti akan kesusahan.Selain itu saya juga mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan tema. Maneser Penatau Tatu Hiang, adalah karangan bapak Tjilik Riwut, gubernur pertama Kalteng. Dan Timor-Timur Satu Menit Terakhir karangan C.M Rien Kuntari, wartawan yang meliput Timtim. 2 Buku itu membantu banget.Ohya, mencari teman-teman yang berada di daerah yang kita gunakan sebagai setting.Tapi intinya dengan membaca, melihat, mendengar. Tiga hal itu, setelah terkumpul, lalu diolah.
Apakah ada keinginan untuk mengajukan Betang ke penganugerahan karya sastra atau karya fiksi? Karena muatan Betang yang tidak hanya berbicara tentang lokalitas juga cinta tanah air.
Jawab : Mmm…belum tahu ya, gimana entar aja :D
Mengapa dalam 2 novel yang ditulis Mbak Shabrina bercerita tentang cinta yang tumbuh karena sama-sama teman dari masa kecil. Apa itu pengalaman pribadi atau bagaimana?
Jawab : Eh, bener juga ya. Bukan pengalaman pribadi.Karena kebetulan aja ceritanya begitu. :-)
Sebagai penulis katanya harus banyak membaca, berapa buku yang dibaca mbak Shabrina dalam setiap bulan?
Jawab : Kalau menulis itu hobby, maka membaca bagi saya adalah kebutuhan.Tapi, nggak bikin target bulanan harus berapa gitu enggak, meskipun kalau saya merasa butuh banget, saya bisa borongan baca.:-)
Apa Mbak Shabrina punya waktu terbaik untuk menulis setiap harinya?
Jawab : Punya.Dini hari.Saat orang-orang tidur, tapi syaratnya saya sebelumnya harus udah tidur.
Berapa waktu yang diperlukan untuk menulis satu novel?
Jawab : Nggak tentu ya, Pelari Cilik 2 Minggu. Tapi Betang 1 tahun.Kadang satu halaman aja berhari-hari baru penuh.
Melihat ritme mba Shabrina Ws dalam menulis, muncul ke publik, dalam merespon apapun terlihat perlahan, bahkan ada yang berpikir, menulis dan menjadi publik pigure bukan prioritas Mbak Shabrina. Jadi, sejauh apa sih posisi PENULIS ini Mbak Shabrina letakkan dalam kehidupan? Apakah hanya sebagai pengisi jiwa diluar peran sebagai ibu dan istri?
Jawab : Menulis adalah hobby saya.Menempati ruang kusus di hati saya.Tapi ketika hobby itu sudah dikonsumsi publik, saya merasa nggak bisa main-main lagi.Ada sesuatu yang harus saya pertanggungjawabkan. Dan di situlah, menulis bagi saya juga merupakan perjuangan dan proses yang butuh waktu.
Ada yang bilang bahwa menulis itu adalah bagian dari kebebasan untuk berekspresi. Tapi pada beberapa penulis kebebasan itu tetap ada limitnya. Nah, untuk seorang Mbak Shabrina sendiri, apakah membuat garis batas utk kebebasan berekspresi lewat tulisan yang Mbak Shabrina buat? Apa saja pagar yang Mbak Shabrina dirikan dan berkomitmen untuk tidak akan pernah melampauinya? Kenapa bisa begitu?
Jawab : Iya.Bebas bagi saya artinya bebas memilih yang itu ada konsekuensinya sendiri-sendiri.Sebagai muslim, saya punya pedoman hidup. Memang ada aturan-aturan yang seakan mengekang.Tapi dengan aturan itu, insya Allah hidup manusia menjadi mudah.Aduh, ini bukan berarti saya sudah merasa jadi orang baik.Saya masih banyak salah dan dosa.
Tapi, ada hal-hal yang tak perlu menunggu kita sempurna untuk melakukannya kan? Banyak kejadian di sekitar kita yang umum, yang dianggap wajar, tapi nggak bisa begitu saja dijadikan pembenaran, bahkan meskipun hanya fiksi.Mungkin bagi beberapa orang cerita akan jadi nggak manusiawi, nggak menghibur, terkesan ceramah. Tapi ya balik ke cara kita mengemas.
Selain itu saya berpikir, bahwa suatu hari insya Allah tulisan saya akan dibaca anak-anak saya. Jadi apa yang saya tulis kalau terkesan cerewet ya itu artinya saya sedang mengatakan sesuatu pada anak-anak saya.
Pesan Mario, prinsip Randu, nasehat kak Arba, juga Kai, di novel-novel saya,sebagian adalah pesan kakek dan bapak,yang saya titipkan lewat tokoh saya, yang ingin saya transfer ke pembaca juga anak-anak saya. :-)
Bagaimana menjaga semangat menulis kalau lagi suntuk dengan urusan rumah tangga?
Jawab : Kalau sudah jadi ibu rumah tangga, mau nggak mau ya harus berurusan dengan urusan rumahtangga.Dan itu selalu ada setiap hari, karena sudah menjadi bagian dari hidup kita.Tips kusus nggak ada.Ya dinikmati aja.Saya juga nggak tiap hari nulis. Kalau capek ya istirahat. Kalau lagi males nulis, saya alihkan ke membaca atau ngerjain yang lain. :-)
Mbak Shabrina sudah dua kali menjadi juara penulisan novel, bagaimana tipsnya supaya bisa menjadi pemenang?
Jawab : Alhamdulillah. Nggak punya tips kusus, lha yang kalah saya juga banyak lho. Ping nggak nyangka kalau menang. Always Be in Your Heart juga nggak nyangka bakal menang.
Tapi seperti yang pernah saya baca, kalau panitia dalam lomba ituakan membaca banyak naskah dalam sekian hari. Diantara tumpukan naskah itu, bagian awal paling penting.Konon katanya kalau awalnya aja sudah nggak menarik, maka naskah kita nggak dibaca sampai selesai.Nah, tugas penulis adalah memberi perhatian kusus pada bagian pembuka. Jangan biarkan mereka melepaskan naskah kita. Tapi jangan lupakan ending, jangan biarkan mereka bisa menebak. Selanjutnya tentu bagian-bagian yang lain.
Yang kedua, kenali kelemahan dan kekuatan kita.Jadikan kekuatan kita sebagai senjata andalan.Mungkin ada yang lemah di konflik, tapi kuat di penokohan, tonjolkan itu. Atau lemah di penokohan tapi kuat di diksi dan setting, ya gunakan sebaik-baiknya.
Ketiga. Baca syarat sebaik-baiknya, dan iringi dengan doa, doa, doa, teruus sampai buku kita terbit. :-)
Harapan ke depan ingin menjadi penulis seperti apa? Apa ingin go international atau menargetkan karya diterbitkan di negeri jiran?
Jawab : Menjadi penulis yang membawa kebaikan untuk semua pihak :-)
Apakah anak-anak Mbak Shabrina ada yang mewarisi kecintaan ibunya dalam menulis?
Jawab : Sejauh ini belum.Zaid lebih suka menggambar. Kalau Urfa belum kelihatan juga :-)
Apa jika menulis Mbak Shabrina dibantu dengan lagu tertentu? Jika ya, sebutkan dalam setiap novel lagu apa saja yang biasa didengar. Kalau misalkan ada novel yang difilmkan apa sudah terpikir tentang soundtrack dari film itu?
Jawab : Kalau pas nulis saya nggak pernah sambil dengerin lagu.Karena jadinya ikut nyanyi bukan nulis. Ehehehe.Nah, kalau pas santai dan pengen ya denger lagu yang temanya mirip dengan calon tulisan saya. Atau saya denger lagu sesuai kebutuhan.Iziz kalau lagi butuh semangat. Suara Persaudaraan kalau pengen merenung.Raihan, Kaca Diri, Dawai Hati, The Fikr, dll. Atau kalau mau nulis Jawa, Didi Kempot, Mantous, Sri Rahayu.Suka juga lagu-lagu dari generasi 90-an, Seila on Seven, Padi, Jikustik, Wayang, dll.
Untuk soundtrack seandainyadifilmkan? Wah semoga pertanyaannya menjelma doa ya. :-)
Bagaimana membagi waktu antara keluarga dan menulis? Apa Mbak Shabrina punya jadwal setiap hari untuk menulis?
Jawab : Saya susah nulis dalam kondisi ramai, atau sambil-sambil antara ngobrol sama ngetik. Jadi, saya kalau menulis di waktu-waktu hening.Dini hari.
Kenapa memakai nama pena Shabrina Ws?
Jawab : Ehehe, dulu tuh mikir masih sempit. Saya ngiranya kalau nulis tuh ya mestipakai nama samaran. Maklum mantan penulis atensi buat kirim ke radio dan pakai nama samaran. Ahaha.Jadi saya mikir pakai nama apa yaa enaknya. Itu nama nemu di sumur pas nimba air di kos, kelas tiga Aliyah. Saya pakai untuk nulis cerpen dan puisi di majalah PLAN dan dimuat. Sejak saat itu saya pakai nama pena Shabrina,apalagi ketika dimuat di Annida, ya makin mantab. Saya tambahi Ws, itu Wulansari.Sekarang malah mikir kenapa dulu nggak makai nama asli saja. :-)
Terakhir, apa pesan Mbak Shabrina buat pembaca blog BaW?
Jawab : Menulis itu proses. Bisa langsung kelihatan hasilnya, bisa juga berkali-kali gagal. Tapi, bukan masalah mau merayakan kegagalan dengan menangis atau tertawa, karena yang lebih penting, bagaimanacara kita mengambil kesempatan kedua.
Jawab : Awalnya dari suka denger sandiwara dan baca-baca. Trus biasa dongeng di kelas, ningkat nyoba nulis buat konsumsi teman, lalu lama-lama pengen juga mejeng di media :-)
Sejak kapan menyadari punya bakat dalam bidang menulis?
Jawab : Saya sadar merasa pengen nulis dan pengen di muat di media pas Aliyah. :-)
Siapa inspirator mbak Shabrina dalam keluarga untuk menulis?
Jawab : Semua keluarga saya.Tapi saya pernah menemukan tulisan kakek buyut saya dalam bentuk bahasa dan huruf-huruf Jawa. Sepertinya itu semacam geguritan. Saya juga menemukan beberapa puisi di sampul buku tante saya. Dari sana sudah mikir pengen nulis seperti itu suatu hari :-)
Apa menulis buat mbak Shabrina adalah hobby utama?
Jawab : Iya, hobby utama :-)
Siapa penulis idola Mbak Shabrina?
Jawab : Banyaak. Nggak bisa disebutin satu persatu nih, karena saya nggak fanatik sama satu penulis saja :-)
Apakah ada gaya penulis dari penulis lain yang menjadi panutan Mbak Shabrina?
Jawab : Anna Sewell dalam Black Beauty banyak memberi inspirasi, bagimana menulis fabel yang menghewan.
Apa ada hubungan latar belakang pendidikan Mbak Shabrina dengan dunia tulis menulis?
Jawab : Mmm…Pendidikan terakhir saya PGMI di Malang. Di kota apel itu, saya belajar banyak hal, bukan hanya di bangku kuliah. Di sana juga saya bertemu dengan teman-teman penulis. Dan itu sangat memengaruhi tulisan dan kesukaan saya pada menulis.:-)
Menulis novel itu kan menulis cerita. Apa yang jadi pertimbangan Mbak Shabrina Ws untuk memutuskan cerita yang mau dituliskan? What make you decided that story is worth written?
Jawab : Pertimbangan awalnya lebih ke rasa, saya suka apa enggak. Saya nyaman apa enggak. Sreg apa enggak. :-)
Sampai sekarang sudah berapa buku yang diterbitkan?
jawab : Antologi 35, duet 1, dan solo 7 buku, kalau yang sedang proses 3, mohon doanya supaya lancar ya. Soalnya salah satunya fabel kucing, cita-cita banget tuh :-)
Mengapa antara karya yang satu dengan yang lain ada jeda yang cukup panjang? Apa ada target untuk menerbitkan buku setiap tahun atau hanya jika ada lomba saja kemudian karya Mbak Shabrina ikutkan?
Jawab : Iya nih, saya nulisnya memang lamban. Soalnya nggak setiap di depan laptop langsung menghasilkan tulisan. Dan saya juga harus merasa dan berfikir bahwa ada yang harus saya sampaikan dulu, baru bisa nulis. Kalau nggak, ya nggak jadi-jadi tulisan.
Kalau target ya pengennya setiap tahun ada yang terbit. Tapi ya itu tadi, balik ke proses saya emang belum bisa digas.
Kalau untuk lomba kemarin itu idenya sudah ada sebelumnya, jadi tinggal nulis. Kalau mencari mendadak, seringnya gagal ikutan. Karena udah DL belum nemu ide yang klik. Ehehe.
Dalam tulisan Mbak Shabrina sering mengangkat cerita fabel, apakah Mbak Shabrina memang cinta akan cerita fabel? Sejak kapan kecintaan itu muncul?
Jawab : Iya.Bisa dibilang begitu.Ibu saya suka mendongeng dengan tokoh-tokoh hewan dulu.Tapi beneran cinta sejak baca fabel-fabel terjemahan.Ada banyak hal yang menarik dari fabel, terutama jika memandang sesuatu dari sudut pandang hewan.
Mbak Shabrina kan suka nulis Fabel. Adakah hewan kesukaan mbak yang membuat mbak Shabrina suka menulis Fabel? semacam hewan yang menginspirasi?
jawab : Kucing! Itu hewan pertama.Lalu Ciki-Caka kelinci saya. Awalnya dari mereka, sampai ke sini bisa hewan apa aja.
Hampir setiap karya Mbak Shabrina terselip cerita tentang hewan, bahkan di cerpen yang pernah muncul di Ummi. Kenapa dalam Betang tidak ada?
Jawab : Ehehe…Kumcer saya yang Sketsa Negeri Para Anjing juga nggak ada hewannya kok. Kalau Betang, hanya ada si kucing Baputi sekilas. Ya karena saya merasa kalau memasukkan fabel ke Betang, akan seperti dipaksakan banget. Kurang cocok. Sesuai kebutuhan aja :-)
Kecintaan Mbak Shabrina terhadap fauna jelas terlihat, apa Mbak Shabrina punya hewan peliharaan? Apa hewan peliharaan itu jadi inspirasi untuk menulis?
Jawab : Punya.Sampai sekarang saya masih memelihara keturunan Pus Tower, atau sekadar jadi tempat kos kucing-kucing liar.
Mana yang lebih menggairahkan, menulis cerita anak, fable atau romance?
Jawab : Mmm…sama sih. Tergantung apa yang ingin saya sampaikan :-)
Banyak untaian kata mbak Shabrina baik di buku atau bentuk status di facebook yang mengangkat hal kecil tapi begitu dalam. Apa hal itu didasari karena Mbak Shabrina peka terhadap kejadian-kejadian kecil? Bagaimana mengolah quote manis tersebut? Apa dipikirkan begitu dalam atau melintas begitu saja?
Jawab : Saya suka merenung sambil melihat tumbuh-tumbuhan, melihat langit, mendengar hujan, merasakan semilir angin.Saat-saat seperti itu ada sesuatu yang melintasdi pikiran saya dari berbagai peristiwa yang sedang atau pernah terjadi.Saya menyebutnya itu bahan mentah, biasanya saya tulis di buku. Untuk menjadi quote yang saya posting di publik, itu udah mengalami pengendapan. :-)
Ada dua novel Mbak Shabrina yang sudah diterbitkan yang setting-nya Kalimantan : Betang dan Ping. Kenapa Mbak Shabrina tertarik dengan budaya Kalimantan?
jawab : Kalau tentang setting Betang dan Ping, itu karena kebutuhan cerita. Saya merasa pasnya ya di sana dan akan mengubah cerita kalau tidak di sana. Kalau Budaya Indonesia, sejak belajar Antropologi dulu bagi saya semua menarik.:-)
Bagaimana mbak Shabrina melakukan riset untukmenulis Betang, Always be in your heart dan Ping!?Karena lokasi di novel itu jauh dari tempat tinggal Mbak Shabrina dan bahkan mbak Shabrina menuliskan setting dengan detail sekali seperti dalam Betang dari menyebrang jalan, melintasi jalan tertentu dituliskan detail.
Jawab : Alhamdulillah. Di zaman sekarang dengan internet kita bisa kemana-mana. Tinggal masukkan kata kunci, kita bisa dapat banyak informasi. Saya yakin kalau itu nulisnya pas saya belum kenal internet pasti akan kesusahan.Selain itu saya juga mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan tema. Maneser Penatau Tatu Hiang, adalah karangan bapak Tjilik Riwut, gubernur pertama Kalteng. Dan Timor-Timur Satu Menit Terakhir karangan C.M Rien Kuntari, wartawan yang meliput Timtim. 2 Buku itu membantu banget.Ohya, mencari teman-teman yang berada di daerah yang kita gunakan sebagai setting.Tapi intinya dengan membaca, melihat, mendengar. Tiga hal itu, setelah terkumpul, lalu diolah.
Apakah ada keinginan untuk mengajukan Betang ke penganugerahan karya sastra atau karya fiksi? Karena muatan Betang yang tidak hanya berbicara tentang lokalitas juga cinta tanah air.
Jawab : Mmm…belum tahu ya, gimana entar aja :D
Betang (Cinta yang Tumbuh dalam Diam) |
Jawab : Eh, bener juga ya. Bukan pengalaman pribadi.Karena kebetulan aja ceritanya begitu. :-)
Sebagai penulis katanya harus banyak membaca, berapa buku yang dibaca mbak Shabrina dalam setiap bulan?
Jawab : Kalau menulis itu hobby, maka membaca bagi saya adalah kebutuhan.Tapi, nggak bikin target bulanan harus berapa gitu enggak, meskipun kalau saya merasa butuh banget, saya bisa borongan baca.:-)
Apa Mbak Shabrina punya waktu terbaik untuk menulis setiap harinya?
Jawab : Punya.Dini hari.Saat orang-orang tidur, tapi syaratnya saya sebelumnya harus udah tidur.
Berapa waktu yang diperlukan untuk menulis satu novel?
Jawab : Nggak tentu ya, Pelari Cilik 2 Minggu. Tapi Betang 1 tahun.Kadang satu halaman aja berhari-hari baru penuh.
Melihat ritme mba Shabrina Ws dalam menulis, muncul ke publik, dalam merespon apapun terlihat perlahan, bahkan ada yang berpikir, menulis dan menjadi publik pigure bukan prioritas Mbak Shabrina. Jadi, sejauh apa sih posisi PENULIS ini Mbak Shabrina letakkan dalam kehidupan? Apakah hanya sebagai pengisi jiwa diluar peran sebagai ibu dan istri?
Jawab : Menulis adalah hobby saya.Menempati ruang kusus di hati saya.Tapi ketika hobby itu sudah dikonsumsi publik, saya merasa nggak bisa main-main lagi.Ada sesuatu yang harus saya pertanggungjawabkan. Dan di situlah, menulis bagi saya juga merupakan perjuangan dan proses yang butuh waktu.
Ada yang bilang bahwa menulis itu adalah bagian dari kebebasan untuk berekspresi. Tapi pada beberapa penulis kebebasan itu tetap ada limitnya. Nah, untuk seorang Mbak Shabrina sendiri, apakah membuat garis batas utk kebebasan berekspresi lewat tulisan yang Mbak Shabrina buat? Apa saja pagar yang Mbak Shabrina dirikan dan berkomitmen untuk tidak akan pernah melampauinya? Kenapa bisa begitu?
Jawab : Iya.Bebas bagi saya artinya bebas memilih yang itu ada konsekuensinya sendiri-sendiri.Sebagai muslim, saya punya pedoman hidup. Memang ada aturan-aturan yang seakan mengekang.Tapi dengan aturan itu, insya Allah hidup manusia menjadi mudah.Aduh, ini bukan berarti saya sudah merasa jadi orang baik.Saya masih banyak salah dan dosa.
Tapi, ada hal-hal yang tak perlu menunggu kita sempurna untuk melakukannya kan? Banyak kejadian di sekitar kita yang umum, yang dianggap wajar, tapi nggak bisa begitu saja dijadikan pembenaran, bahkan meskipun hanya fiksi.Mungkin bagi beberapa orang cerita akan jadi nggak manusiawi, nggak menghibur, terkesan ceramah. Tapi ya balik ke cara kita mengemas.
Selain itu saya berpikir, bahwa suatu hari insya Allah tulisan saya akan dibaca anak-anak saya. Jadi apa yang saya tulis kalau terkesan cerewet ya itu artinya saya sedang mengatakan sesuatu pada anak-anak saya.
Pesan Mario, prinsip Randu, nasehat kak Arba, juga Kai, di novel-novel saya,sebagian adalah pesan kakek dan bapak,yang saya titipkan lewat tokoh saya, yang ingin saya transfer ke pembaca juga anak-anak saya. :-)
Bagaimana menjaga semangat menulis kalau lagi suntuk dengan urusan rumah tangga?
Jawab : Kalau sudah jadi ibu rumah tangga, mau nggak mau ya harus berurusan dengan urusan rumahtangga.Dan itu selalu ada setiap hari, karena sudah menjadi bagian dari hidup kita.Tips kusus nggak ada.Ya dinikmati aja.Saya juga nggak tiap hari nulis. Kalau capek ya istirahat. Kalau lagi males nulis, saya alihkan ke membaca atau ngerjain yang lain. :-)
Mbak Shabrina sudah dua kali menjadi juara penulisan novel, bagaimana tipsnya supaya bisa menjadi pemenang?
Jawab : Alhamdulillah. Nggak punya tips kusus, lha yang kalah saya juga banyak lho. Ping nggak nyangka kalau menang. Always Be in Your Heart juga nggak nyangka bakal menang.
Tapi seperti yang pernah saya baca, kalau panitia dalam lomba ituakan membaca banyak naskah dalam sekian hari. Diantara tumpukan naskah itu, bagian awal paling penting.Konon katanya kalau awalnya aja sudah nggak menarik, maka naskah kita nggak dibaca sampai selesai.Nah, tugas penulis adalah memberi perhatian kusus pada bagian pembuka. Jangan biarkan mereka melepaskan naskah kita. Tapi jangan lupakan ending, jangan biarkan mereka bisa menebak. Selanjutnya tentu bagian-bagian yang lain.
Yang kedua, kenali kelemahan dan kekuatan kita.Jadikan kekuatan kita sebagai senjata andalan.Mungkin ada yang lemah di konflik, tapi kuat di penokohan, tonjolkan itu. Atau lemah di penokohan tapi kuat di diksi dan setting, ya gunakan sebaik-baiknya.
Ketiga. Baca syarat sebaik-baiknya, dan iringi dengan doa, doa, doa, teruus sampai buku kita terbit. :-)
Harapan ke depan ingin menjadi penulis seperti apa? Apa ingin go international atau menargetkan karya diterbitkan di negeri jiran?
Jawab : Menjadi penulis yang membawa kebaikan untuk semua pihak :-)
Apakah anak-anak Mbak Shabrina ada yang mewarisi kecintaan ibunya dalam menulis?
Jawab : Sejauh ini belum.Zaid lebih suka menggambar. Kalau Urfa belum kelihatan juga :-)
Apa jika menulis Mbak Shabrina dibantu dengan lagu tertentu? Jika ya, sebutkan dalam setiap novel lagu apa saja yang biasa didengar. Kalau misalkan ada novel yang difilmkan apa sudah terpikir tentang soundtrack dari film itu?
Jawab : Kalau pas nulis saya nggak pernah sambil dengerin lagu.Karena jadinya ikut nyanyi bukan nulis. Ehehehe.Nah, kalau pas santai dan pengen ya denger lagu yang temanya mirip dengan calon tulisan saya. Atau saya denger lagu sesuai kebutuhan.Iziz kalau lagi butuh semangat. Suara Persaudaraan kalau pengen merenung.Raihan, Kaca Diri, Dawai Hati, The Fikr, dll. Atau kalau mau nulis Jawa, Didi Kempot, Mantous, Sri Rahayu.Suka juga lagu-lagu dari generasi 90-an, Seila on Seven, Padi, Jikustik, Wayang, dll.
Untuk soundtrack seandainyadifilmkan? Wah semoga pertanyaannya menjelma doa ya. :-)
Bagaimana membagi waktu antara keluarga dan menulis? Apa Mbak Shabrina punya jadwal setiap hari untuk menulis?
Jawab : Saya susah nulis dalam kondisi ramai, atau sambil-sambil antara ngobrol sama ngetik. Jadi, saya kalau menulis di waktu-waktu hening.Dini hari.
Kenapa memakai nama pena Shabrina Ws?
Jawab : Ehehe, dulu tuh mikir masih sempit. Saya ngiranya kalau nulis tuh ya mestipakai nama samaran. Maklum mantan penulis atensi buat kirim ke radio dan pakai nama samaran. Ahaha.Jadi saya mikir pakai nama apa yaa enaknya. Itu nama nemu di sumur pas nimba air di kos, kelas tiga Aliyah. Saya pakai untuk nulis cerpen dan puisi di majalah PLAN dan dimuat. Sejak saat itu saya pakai nama pena Shabrina,apalagi ketika dimuat di Annida, ya makin mantab. Saya tambahi Ws, itu Wulansari.Sekarang malah mikir kenapa dulu nggak makai nama asli saja. :-)
Terakhir, apa pesan Mbak Shabrina buat pembaca blog BaW?
Jawab : Menulis itu proses. Bisa langsung kelihatan hasilnya, bisa juga berkali-kali gagal. Tapi, bukan masalah mau merayakan kegagalan dengan menangis atau tertawa, karena yang lebih penting, bagaimanacara kita mengambil kesempatan kedua.
Shabrina WS |
***
Buat
teman-teman yang mau novel Betang karya dari Shabrina WS. Ada 1 buku gratis untuk
kamu untuk 1 pemenang.
Syaratnya:
- Follow blog ini.
- Follow twitter @BAWCommunity
- Tweet kalimat ini "Saya mau novel #Betang karya @shabrinaws_ dari @BAWCommunity". Jangan lupa di twit kamu tetap sertakan link postingan wawancara ini juga bagikan link postingan ini di facebook.
- Komen di kolom komentar postingan ini berupa: nama dan akun twitter.
- Ditunggu sampai tanggal 10 April 2014
- Ikuti terus program Author of The Month berikutnya dan dapatkan buku-buku terbaru dari para penulis BAW.
saya ngefans sama karya2nya mba brien:)
ReplyDeletewah. beneran deh. tiap baca sesi wawancara dengan para pemenang, selalu ada yang gerak2 di hati (ih, serem. kesannya ada yg kluget2 gt hehe). beruntung banget ya saya bisa 'kenal' dengan mereka. semangat, niat, dan menikmati proses menulis jadi merekah lagi.. hingga saat ini, 'kesederhanaan' masih jadi top rank. sederhana dalam memahami diri, keinginan, harapan, dan cara mewujudkannya. sederhana bukan berarti lemah dan nggak kokoh. tapi berusaha sebaik mungkin dan apa ya... melangkah aja. Yang paling aku suka adalah bahwa setting tempat, bisa dilakukan dengan cara (seoptimal mungkin) ngumpulin referensi tertulis. ini keren. asli. hehe.. btw selamat buat Mbak Shabrina dan terima kasih :)
ReplyDeletehanya bisa bilang...wow, n makin pingiiin ketemu langsung ama Eni :)
ReplyDeletesukaaa... :)
ReplyDeletekok sama suka Dawai Hati dan Padi?
ReplyDeleteLovely mbak Eni :)
ikutan ah...
ReplyDeleteNama : Saepullah
twitter : @543full
FB : Saepullah Abu Zazawafathir
Taufiq Firdaus A. A.
ReplyDelete@taufiqfirdausaa
FB Taufiq Rald
Udah punya Betang..Kasih kesempatan yg lain..smoga karya nya makin bertebaran ya mba
ReplyDeleteSubhanallah. . Ini penulis hebat yang selalu humble kapan dan dimana saja. Selalu ngefans dengan dirimu Eni.
ReplyDeleteIkutan Yaa...
ReplyDeleteNama : Novia Erwida
Twitter : @noviaerwida
FB : Novia Erwida
Wah sudah ramai ternyata :) heheh. Suka pesannya mba Shabrina. Suka banget. Sebab aku keseringan gagal dulu baru bisa ngelihat hasil tulisanku.
ReplyDeleteIkutan:
Nahlatul Azhar
@NaNahlatulazhar
Udah punya Ping, belum punya Betang.
ReplyDeleteSukses terus ya mbak Shabrina...
Neida Camelia
@JustNeida
WAH sukses terus ya mbak
ReplyDeleteseneng lihat banyaknya novel yang bermunculan dan bertemakan Islami :)
sukaaa.. love you mba Shabrina WS. low profile tapi terbukti okeee
ReplyDeleteikutan ah
ReplyDeleteNama : Sri rahayu
akun twitter @rahayu_sp
Acungkan jempol utk org tua mba brina... Petuah2nya dalem bgt..
ReplyDeletetambah ngefans sama Mbak Shabrina..
ReplyDeleteAku belum pernah baca bukunya Mbak Shabrina deh. Berkali-kali ngelirik Always Be in Your Heart, tapi kalah sama wishlist yang lain terus. Jadi penasaran pengin baca Betang dan Ping nih.
ReplyDeleteIkut ah...
Nama: Nurul (Ruru)
Akun: @y_fantazer
Salut buat mbak Shabrina, ikutan yaaa:
ReplyDeleteNama : Mel Ara
Akun twitter: @Mel_Garfield
Assalamualaikum...
ReplyDeleteIkutan ya, kak :)
Nama: Nur Alifi
Twitter: @nus_alifi24
FB: Nur Alifi
Wah salut sama si mbaknyaaa >< Saya jadi semangat pengen jd penulis yg low profile jugaa. Aminnn o:)
ReplyDeleteIkutan ya mbak
Nama: Ester Marina
Twitter: @TheChebong
FB: Ester Marina Marbun
Terus berkarya ya Mbak Shabrina...
ReplyDeleteIkutan kuisnya :)
Mita Miranti
Twitter : @mitamiranti_w
Ralat : @mitamiranti_
DeleteKayaknya kalaupun nggak menangin novel ini, aku bakalan tetap beli deh. Tertarik.
ReplyDeleteNama: Anis Antika
Twitter: @AntikaAnis