Mungkin ada banyak yang memiliki
cita-cita menjadi seorang penulis layaknya para penulis handal yang buku-bukunya
menjadi best seller di seluruh toko buku baik di dalam negeri maupun di luar
negeri, namun tidak tahu harus mulai dari mana. Hmmm…bagaimana jika kita
memulainya dengan menulis sebuah kata? Ya…cukup hanya sebuah kata.
Dari sebuah kata yang pertama
kali kita tulis, tak mungkin akan kita diamkan begitu saja tanpa ada lanjutan
atau pelengkap yang menjadikannya menjadi sebuah kalimat. Dan dari sebuah
kalimat, bisa jadi terus menjadi sebuah paragraf hingga akhirnya menjadi sebuah
cerita.
Kamu bisa menulis bukan? Tentu
bisa. Menulis adalah keahlian yang harus dimiliki oleh setiap anak minimal
sejak berusia 6 tahun. Jadi…menulislah! Tulis apa saja. Curahan hatimu saat
itu, peristiwa lucu yang terjadi terhadap dirimu, ataupun keadaan sekitar yang
ingin kamu abadikan dalam sebuah tulisan. Menulislah sesering dan sebanyak
mungkin. Dengan banyak menulis, kita akan terlatih untuk merangkai kata dengan
baik. Biasakan diri untuk menulis setiap hari setidaknya setengah jam dalam
satu hari. Rutinitas yang kita lakukan tersebut akan membiasakan kita untuk
menghasilkan tulisan yang lebih banyak pada akhirnya.
Namun menjadi seorang penulis
bukanlah hal yang mudah. Tidak lantas kita bisa menulis maka akan menjadi
seorang penulis. Seorang penulis adalah juga seorang pembaca. Dengan membaca,
kita akan mempelajari hal-hal yang harus kita lakukan pada karya kita sendiri.
Jika kamu ingin menjadi seorang penulis novel, maka banyak-banyaklah membaca
novel karya penulis-penulis terkenal. Atau jika kamu ingin menjadi seorang penulis
biografi, maka perbanyaklah membaca buku-buku biografi orang-orang terkenal.
Dari banyak membaca, kita akan mengetahui bagaimana mekanisme menulis yang
baik, bagaimana gaya cerita yang sesuai dengan kita, dan dengan membaca juga
dapat melahirkan ide kreatif untuk menghasilkan karya kita sendiri.
Ide kreatif untuk sebuah cerita
juga bisa kita dapatkan dari kehidupan kita sehari-hari. Misal dari curhat
teman, peristiwa atau masalah di sekitar kita, lingkungan alam, dan perasaan
yang sedang kita alami. Jika tiba-tiba kita menemukan ide awal untuk sebuah
cerita, maka tulislah saat itu juga. Kamu bisa menuliskannya di mana saja. Di
perangkat handphone-mu, di atas selembar nota belanjaan, memo yang
selalu kamu bawa, atau di laptop kesayanganmu.
Sebelum lanjut ke tips-tips lain
yang akan saya sampaikan tentang menulis, mungkin ada baiknya kita berkenalan
terlebih dahulu. Mungkin tidak banyak yang mengenal siapa saya. Saya hanyalah
seorang ibu rumah tangga dengan dua anak lelaki yang membantu suami mengelola Event
Organizer. Saya tidak bekerja di kantor dengan jam kerja layaknya pekerja
kantoran. Namun kesibukan saya sebagai seorang ibu mungkin melebihi kesibukan
para manager papan atas di sebuah perusahaan karena harus mengurus rumah, anak,
dan hal-hal lainnya yang seolah tidak pernah ada habisnya, termasuk di
lingkungan tempat saya tinggal.
Saya tinggal di Bali sejak
berusia 21 tahun. Jadi saya tidak mengetahui tentang adat dan kebudayaan Bali
sejak kecil. Sejak saya menikah dan menjadi orang Bali, saya harus mempelajari
banyak hal. Ternyata, adat Bali memiliki banyak aturan yang tidak diketahui
oleh banyak orang non Bali. Hal itulah yang menjadi ide awal saya untuk
akhirnya membuat sebuah cerita cinta dengan latar adat dan budaya Bali yang
berjudul “Di Bawah Langit Yang Sama” terbitan GagasMedia.
Di Bawah Langit yang Sama |
Saya juga seorang model. Cerita
mengenai kehidupan seorang model saya tuangkan dalam novel yang berjudul
“Menemukanmu, dalam sebuah cerita cinta” terbitan Bukune. Selain itu saya juga
seorang atlet menembak, dimana olah raga menembak tersebut saya ceritakan
sedikit dalam novel yang berjudul “Kepingan Cinta Lalu” terbitan Bukune.
Sedangkan pekerjaan sebagai Event Organizer saya tuangkan di novel
“Melepaskanmu, cerita cinta yang lain” dan “First Love” terbitan RakBuku.
Setelah menemukan ide awal,
sebaiknya kita membuat sebuah kerangka cerita dari awal hingga akhir yang
dinamakan outline. Kerangka tersebut terdiri atas bab-bab yang ada di
keseluruhan cerita. Di setiap bab terdapat detail, pembahasan, keterangan dan
masalah yang akhirnya menjadi satu kesatuan sebuah cerita. Dengan menggunakan
outline, kita akan terhindar dari blockwriter atau otak yang
tiba-tiba kosong untuk meneruskan tulisan. Outline akan menuntun untuk kembali
ke jalinan cerita yang sudah dibuat hingga selesai pada akhirnya.
Rutinitas menulis harus bisa kita
ciptakan sendiri. Banyak penulis yang membiasakan diri untuk menulis saat pagi
hari. Begitu baru bangun, menghirup udara segar maka diharapkan ide-ide segar
masuk ke dalam kepalanya.
Ada pula yang menulis di siang
dan malam hari. Saya selalu menulis di malam hari saat semua anak-anak saya
telah tidur sehingga tidak ada yang mengganggu dalam urusan pekerjaan baik
rumah tangga atau lainnya.
Jika kita rajin menulis, biasanya
sebuah cerita akan selesai dalam jangka waktu 1,5 – 3 bulan. Tergantung dari
masalah atau keadaan yang ada di dalam cerita tersebut. Misal keadaan tempat
dan lingkungan yang digunakan di dalam cerita tersebut adalah hal yang banyak
dilihat oleh orang lain, maka tidak membutuhkan survey yang lama. Lain halnya
jika lingkungan di dalam cerita tersebut tidak lazim. Misal daerah perkebunan
kelapa sawit yang tidak banyak orang umum, tentu saja dibutuhkan survey yang
lebih mendalam. Kita bisa saja survey dari buku-buku atau media sosial yang menjelaskan
tentang kondisi di daerah perkebunan tersebut atau bahkan terjun langsung ke
daerah perkebunan sawit tersebut. Hal ini tentu saja membutuhkan waktu yang
lama sehingga proses penyelesaian sebuah cerita akan lebih lama dari biasanya.
Begitu pula terkait masalah yang
ada di dalam cerita tersebut. Jika masalahnya sederhana, biasanya tidak
membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya karena tidak dibutuhkan survey
mendalam. Di dalam novel “Di Bawah Langit Yang Sama” saya membutuhkan waktu
lebih dari satu tahun untuk melakukan survey ke berbagai sumber karena setiap
adat di masing-masing daerah memiliki aturan yang berbeda. Saya harus mengambil
jalan tengah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau ketersinggungan salah
satu adat.
Dalam proses menulis, kita
seringkali pula mengalami kebuntuan atau blockwriter. Coba luangkan
waktumu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Menonton televisi, tamasya
dengan teman-teman ke tempat-tempat yang menyenangkan atau sekedar menekuni
hobby yang sudah lama tidak kamu lakukan. Diharapkan setelah itu ide-ide
kreatifmu akan muncul kembali bahkan mengalir bak aliran air sungai yang deras.
Setelah sebuah cerita rampung
dibuat, letakkan naskahmu selama beberapa waktu. Lupakan sejenak. Alihkan
pikiranmu ke hal yang lain. Kurang lebih seminggu kemudian, lakukan revisi
dengan membaca ulang keseluruhan cerita dari awal. Biasanya kita akan menemukan
beberapa kelemahan atau kesalahan yang tidak kita perhatikan saat
menuliskannya. Segera perbaiki! Kamu juga bisa minta tolong seorang teman
sebagai pembaca awal naskahmu. Teman bisa memberi penilaian apakah naskahmu
layak dinikmati oleh orang lain atau tidak.
Yang terakhir…segera kirim ke
penerbit yang tepat sesuai dengan segmen dan ceritamu. Semoga berhasil!
Oya satu lagi…andai naskahmu
ditolak penerbit, bukan berarti kamu tidak bisa menjadi seorang penulis.
Perbaiki tulisanmu, teruslah belajar dan tetaplah menulis!!
Salam,
Helga Rif
Penulis Novel “Gara-Gara Irana Jadi Arini”, “Menemukanmu, dalam
sebuah kisah cinta (Bukune, 2011)”, “Kepingan Cinta Lalu (Bukune, 2012)”,
“Melepaskanmu, cerita cinta yang lain (Rak Buku, 2013)”, “First Love (Rak Buku,
2014)” dan “Di Bawah Langit Yang Sama (Gagas Media, 2015)”
Melepaskanmu |
***
Pertanyaan dan Jawaban :
Tanya : Mugniar Bundanya Fiqthiya Salam kenal Mbak Helga. Menarik dan
inspiratif. Jadi pengen tahu, apakah Mbak Helga memang gemar menulis sejak
kecil? Aslinya Mbak Helga dari daerah mana (di atas disebutkan sebagai
pendatang di Bali)
Jawab : Sebenarnya jaman kecil dulu kan kita suka bikin buku harian
tuh....sama lah...saya juga suka nulis buku harian. Trus kl ada tugas bhs ind
mengarang...paling seneng deh mengarang indah. Tapi gak pernah bikin karya
apa2. Saya hanya suka membaca. Buku adalah hal yg selalu ada di sisi saya.
Asli saya dr Situbondo Jawa Timur.
Tanya : Hairi Yanti Inspiratif sekali tulisannya. Mbak Helga, mau
nanya, dengan banyak kesibukan mb Helga termasuk jadi model dan atlet, mengapa
Mb Helga masih terus menulis?
Jawab : karena menulis adl pengobatan bagi jiwa saya. Cieeee.... Tapi
bener mbak...kl saya gak nulis...rasanya ada beban di dada yg menyesakkan.
Terkadang kan kita perlu melampiaskan emosi apa pun yg kita alami dalam
sehari2. Entah itu senang, kesal, capek, dll. Menulis adalah wadah bagi saya untuk
menyeimbangkan jiwa.
Tanya : Beta Dwi Anggraini Halo... mbak Helga Rif, hm.... tulisan
diatas sangat luar biasa.. saya jadi penasaran sma buku "Gara-gara Irana
jadi Arini" sepertinya menarik. smile emoticon begini mbak, bagaimana cara
mbak menyelesaikan tulisan-tulisan mbak, dengan menjadi seorang ibu rumah
tangga juga membantu suami mbak mengelola Event Organizer bukankah itu lumayan
menyibukkan diri?. pertanyaan yang kedua misalnya saya sedang membuat cerpen
tapi di tengah perjalanan ide cerpen tersebut hilang dan muncul ide cerita lain
kira-kira apa yang harus saya lakukan?
Jawab : Gara-gara Irana Jadi Arini tuh cerita remaja. Lucu gt
ceritanya.
Saya sih sebisa mungkin mengatur waktu agar semua bisa berjalan.
Misal nih...saat saya sedang mengurus sebuah acara...sedang menunggu loading
panggung yg memakan waktu lama...saya sempatkan diri utk menulis walau hanya 1
paragraf di atas kertas saja.
Tulisan itu tdk harus terusan dr cerita yg sedang kita tulis.
Bisa hal lain2.
Jika ide tiba2 hilang lantas muncul ide lain...kenapa tidak?
Bukankah itu bisa menjadi bumbu yg bagus dlm sebuah cerita? Jadi...teruskan.
Tanya : Dwi Aprilytanti Handayani excellent, model, penulis, blogger
dan event organizer, gimana cara mbak Helga Rif bagi waktunya ya...banyak
kesibukan tapi bisa punya banyak bahan untuk ditulis. Saya paling susah nulis
fiksi baru bisa menulis artikel ringan atau review buku. Adakah tips khusus
agar bisa menjadi penulis serba bisa, bisa nulis fiksi maupun non fiksi ?
terimakasih sebelumnya....
Jawab : Pembagian waktu tidak akan sulit kok. Toh kerjaan saya di model
dan EO tdk setiap hari. Jadi...di sela2 tdk ada kerjaan, saya punya waktu lebih
utk nulis. Sejujurnya...saya agak gak bisa jika disuruh menulis artikel. Hehehe
Tanya : Umminya Umar Halo Mbak Helga,, salam kenal, saya Sri di Lombok.
Saya punya novel Melepaskanmu karya Mbak, menarik.
Oh ya Mbak, saya tertarik dgn pernyataan Mbak untk menulis
brdadarkan pengalaman. Saya juga termasuk orang yang senang menulis berdasarkan
pengalaman, biasanya saya tuangkan dalam tulisan ketika mengikuti lomba lomba
menulis antologi flash true story. Nah, saya sangat memimpikan memiliki sebuah
novel fiksi sendiri yang diramu dgn pengalaman2 dlm kehidupan nyata. Tapi, saya
sering kesulitan menggabungkan realita dengan rekaan ke dalam sebuah fiksi.
Berdasarkan pengalaman menulis Mbak Helga, bagaimana tips agar saya bisa
memecahkan kebuntuan trsebut? Terima kasih.
Jawab : halo Sri...melepaskanmu
ada Lombok nya loh. Hehe.
Novel saya tidak berdasarkan cerita sesungguhnya. Hanya hal2
kecil yg pernah saya alami. Misal....saya pernah ke sebuah hotel di
Lombok...jadi saya masukkan suasana hotel itu. Atau saya pernah jatuh
cinta...jadi saya ungkapkan perasaan saya. Tidak semua hal di dlm cerita kita
berdasarkan pengalaman kita, krn jika pengalaman kita sudah kita ungkapkan
semua...lantas di cerita berikutnya...apa yg bisa kita ungkapkan? Berkhayal
lah. Bayangkan mengalami hal yg ingin kita ceritakan.
Memecahlan kebuntuan? Kembali ke outline. Lihat kerangka
karangan kita lagi mau dibawa kemana tuh cerita.
Tanya : Naqiyyah Syam wah salam kenal Mbk Helga Rif, aku sudah baca “Di
Bawah Langit Yang Sama” terbitan GagasMedia. Aku pikir Mbk asli Bali soalnya
settingnya dan deskripsinya bagus banget. Aku mau tanya, soal setting apa saja
yang mbk lakukan agar "menjiwai" terutama jika setting itu bukan asli
tempat tinggal kita? Berapa lama risetnya? perlu wawancara jugakah? Bagaimana
biar setting tak menempel tapi juga masuk ke jalan cerita? Kemudian, soal
tokoh. Apakah mbk punya tips agar membuat tokoh dengan karakter yang kuat? sehingga
pembaca selalu terkenang dengan tokoh dalam novel? Terima kasih.
Jawab : makasih loh udah baca novel "Di Bawah Langit Yang
Sama". Cerita itu butuh survey dan wawancara mendalam. Saya butuh waktu
lebih dari 1 tahun utk riset. Kita harus membangun sebuah setting agar
memudahkan pembaca utk membayangkan bagaimana dan dimana sang tokoh tersebut
berada. Bisa jadi setting tersebut hanyalah sebuah khayalan atau bahkam sesuai
kenyataan yg ada.
Utk membangun tokoh juga begitu. Kita membayangkan bagaimana sosok
tokoh yg kita ciptakan. Bagaimana rupanya, kebiasaannya, sifatnya hingga
perasaannya yg mendalam.
Tanya : Ratna Hana Matsura Wah, hebat dan sangat menginspirasi. Salam
kenal Mbak Helga Rif
Bagaimana mengolah ide yang mainstream tapi tetap asyik untuk
dituangkan? Soalnya kadang kebanyakan orang memiliki ide sama meski eksekusi
beda. Jujur saya memiliki kelemahan dalam setting. Bagaimana mengatasi agar
setting yang kita buat benar-benar hidup. begitupun dengan tokohnya. Bagaimana membuat percakapan yang hidup,ya?
Seolah kita pas membaca juga merasakan setiap adegan itu. Terima kasih.
Jawab : ide sama bukan hal yg
buruk kok? Saya sering membaca cerita dgn ide yg sama tetapi tetap saja
mengasikkan utk dibaca krn memiliki perbedaan2. Apalagi ide mainstream, tentu
mengejutkan hingga buat org penasaran. Jadi jika punya ide mainstream...kenapa
takut utk dituangkan?
Dlm membangun sebuah setting dan tokoh...kita memang harus
membayangkan semua itu terwujud nyata. Bayangkan saja suasana yg akan kita
tulis di cerita. Bagaimana udaranya, suaranya, kesibukan sekitar, warna2nya,
dll. Pejamkan saja matamu...lalu bayangkan...dan tuliskan. Begitu pula dgn
membangun tokoh. Anggap saja kita Tuhan yg menciptakan sosok manusia. Hendak
seperti apakah tokoh itu?
Dan bayangkan pula jika kita sebagai sang tokoh yg sedang
bercakap2. Bagaimana alunan nadanya, logatnya, ekspresinya. Jika
perlu...bersuaralah agar lebih menjiwai dlm menulis dialog.
Tanya : Eni Lestari terima kasih sharing tulisannya, mbak. bermanfaat
bgt buat saya. yg mau saya tanyakan bagaimana membuat tulisan yg berkesan dan
istimewa, yg membuat pembaca terngiang2 dg cerita kita? apa harus mengambil
tema unik yg gak pernah ditulis penulis lain?
Jawab : tidak harus cerita unik.
Cerita sederhana pun bisa menjadi sebuah cerita yg menarik asal kita bisa
mengisahkannya dgn baik. Asal kita mampu meramunya dgn manis sehingga
keseluruhan jalan cerita menyatu dan mengalir dgn baik. Satu hal...biasanya
penulis memasukkan pesan moral di dlm ceritanya. Itu yg bisa menjadi sebuah
cerita terngiang2 di benak pembaca.
Tanya : Ana Falesthein Tahta Alfina Keren mbak Helga. Menulis itu
sebaiknya menggunakan outline. Pertanyaannya, mbak Helga termasuk tipe yg mana?
yg menulis runut mengikuti outline, atau yg menulis lompat2 namun tetap mengacu
pada outline? Terima kasih..
Jawab : Saya menggunakan
outline. Krn saya tipe org yg suka nulis hal2 tidak jelas atau tdk nyambung dgn
cerita yg sedang saya tulis. Hehe. Jadi...saya suka nulis sesuai isi hati saya.
Nah...tulisan saya itu simpan di folder lain. Saat kembali fokus pada outline
cerita...saya bisa saja mengambil cuplikan tulisan saya di folder tersebut utk
menyelesaikan cerita.
Tanya : Annisa Azzahra Salam kenal Kak Helga Rif... ini ilmu baru lagi
buat saya, inspiring...
Pertanyaan saya, bagaimana cara mengolah imajinasi kita agar
tiap cerita yang kita buat tidak monoton sehingga menimbulkan kebosanan ketika
dibaca?
Kemudian, adakah tips dan trik agar notes yang kita buat dari
ide-ide yang muncul acak dan mendadak tersebut bisa kita eksekusi lebih lanjut
sehingga menjadi cerita utuh?
Terakhir, bagaimana agar bisa konsisten dengan gaya bercerita
yang smooth, renyah serta tanpa menggurui pembaca?
Jawab : Banyak membaca, banyak nonton, banyak mendengar cerita org,
banyak jalan2 (kl ini mah aku juga mau bgt!), banyak hangout. Pokoknya
banyak2lah melihat keadaan. Imajinasi bisa muncul dr mana saja. Dr sebuah lagu
yg kita dengar. Dari percakapan kita dgn suami. Dll.
Muncul ide...lalu buatkan outline atau kerangka karangan.
Bagaimana awal mula cerita, bagaimana konfliknya, dan penyelesaiannya.
Agar terkesan tdk menggurui pembaca? Nggggg...bagaimana jika
berandai2 tdk punya pembaca tetapi kita menulisnya hanya utk diri kita? Anggap
tulisan itu utk kita sendiri...yg berisikan pembelajaran utk kita dlm menyikapi
sebuah masalah. Kita tdk mungkin menggurui kita sendiri bukan? Kita biasanya
sekedar mengingat bagaimana seharusnya kita berbuat.
Tanya : Sutono Suto Jarang model yg kemudian merambah dunia
kepenulisan. Pertanyaanya, pasti mba Helga terinspirasi seorang model atau
paling tidak selebriti yg juga penulis .Kalau ada siapa? terus seberapa kuat
pengaruhnya.
Jawab : ini pertanyaan paling sulit. Krn saya tdk punya jawabannya.
Sungguh...saya tidak punya figur idola seorang model atau selebritis yg
penulis. Jadi...maaf gak bisa jawab.
Tanya : Desi Namora Salam kenal Mba Helga..bagaimana biar gak buntu
mnulis meskipun sudah membuat outline mba..saya suka buntu klo udah gak brada
pada mood yg sama seperti saat mulai mnuliskannya.. trimakasih bnyak mba..
Oiya.. kebiasaan menulis setengh jam dlm satu hari itu..mba
biasanya menuliskan apa mba?
Jawab : saya juga sering buntu kok. Bisanya kl gt saya suka buka
twitter...liat2 ocehan orang lain. Atau pergi dgn keluarga...liat2 org yg lalu
lalang. Atau bahkan curi dengar pembicaraan sepasang kekasih di samping saya.
Jadi jika saya buntu...saya jalan2 atau sekedar diam duduk mendengarkan lagu
dan nonton film saja.
Biasanya sih saya nulis tentang apa yg saya alami. Misal saya
sedang sedih krn Tante meninggal dunia. Ya saya tulis bagaimana baiknya beliau
saat sedang hidup, terlihat di saat beliau meninggal. Begitu banyaknya yg
menengok beliau.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete