Oleh : Ade Anita
Masih ingat tulisan saya bahwa sebuah
diary bisa menjadi sebuah kotak harta karun untuk sebuah tulisan? Nah, berikut
ini ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh teman kita Riani Desinastiti.
Simak bareng-bareng yuk pertanyaannya:
Diary
day
Tersandung
Kaki Sendiri Ini sebenarnya kejadian berulang yang saya alami. Bukan sekali dua
kali, tapi beberapa kali. Bahkan berpotensi menjadi bahaya laten. Buat saya
sendiri tentunya. Tersandung kaki sendiri di sini bukan secara harfiah (walau
pernah juga mempermalukan diri sendiri dengan cara ini di tempat umum). Saya
sering tersandung kaki sendiri saat menulis cerita. Selalu ada peristiwa
tertentu yang menggerakkan saya untuk menulis. Dan biasanya peristiwa itu
‘jleb’ banget di hati.
Saya rasa semua penulis juga begitu, karena pada
fasarnya cerita fiksi mendasarkan diri pada sekumpulan fakta yang dialami
penulis, langsung atautidak langsung. Hanya saja, mungkin, penulis lain sudah
lebih dulu menemukan cara melangkah yang rapi sementara saya masih serampangan
(jadinya keserimpet sendiri deh, hehehe).
Jelasnya begini: saya sering terbawa
oleh perasaan sendiri. Tenggelam menjadi si tokoh, dan sulit menjaga jarak
dengan jalan cerita. Nggak membahayakan siapa-siapa sih, memang. Tapi membuat
alur atau penggambaran karakter jadi nggak jelas. Pilihan diksinya bisa menjadi
lebay atau terlalu datar dan nggak fokus. Benar
nggak sih? Sepertinya iya.