Tuesday, March 5, 2013

SC#18 Alhamdulillah :D


Alhamdulillah kalau ini sudah memenuhi kategori SURAT BAW :D

Mendeskripsikan kenangan --- biasanya adalah hal yang dapat dengan cepat saya lakukan. Apapun, baik - buruk, indah manis - pahit pedih, cerah bahagia - suram kelabu, biasanya saya lancar menjabarkan.

Tidak berarti keberadaan diri ini sebagai member dengan tingkat aktifasi pada schedule paling rendah (mungkin), lantas membuat saya hampir setengah mencerna memori. Tidak berarti itu menunjukkan makna BAW dalam kehidupan saya pribadi. Tidak.

Jujur saja, meskipun telah menjadi anggota komunitas ini lebih dari setahun lamanya --- selamat dari berkali - kali kemungkinan akan menjadi list 'pasif' dan harus hengkang (haha ngaku).


Meskipun masih saja bersyukur, saya dapat menjadi saksi pendirian, pertumbuhan dan perkembangan grup penulis ini dari yang sebelumnya masih beranggotakan 20-30 an orang, hingga secara signifikan berkilau cemerlang dengan regenerasi jumlah anggota (dan regenerasi semangat) pula.

Meskipun masih saja bahagia, kemungkinan didepak itu luruh dengan ketergesaan saya menyambut tugas --- yang baru dikerjakan kalau ada warning bakal sidak keaktifan anggota (ini sih penyakit SKS waktu kuliah masih kebawa-bawa hek hek hek).

Meskipun selalu mengaku, bahwa menulis adalah jiwa kehidupan dan hidup bagi jiwa saya. Tetapi pada kenyataannya, salah satu semangat keberadaan 'jiwa kepenulisan' itu, ada di grup ini.

Dalam banyak hal, saya sering berdiskusi dengan suami. Ada sebuah nasehatnya yang diutarakan selepas jamaah dzuhur di mesjid kampung kami. "Kau tahu, Ummi? Ikan di lautan tidak pernah asin semasa hidupnya. Mereka baru dapat kita sebut ikan asin, karena diasinkan manusia justru setelah mati. Menakjubkan, padahal seumur hidup mereka berada di lautan".

Tidak. Ini hanya sebuah nasehat kebanyakan. Pasti rata - rata kita pernah mendengar petuah semacam ini, bukan? Hanya saja, ketika saya mendengarkan suami berbicara (sambil makan sayur setengah pedas dan ikan asin kesukaannya) --- ada semacam pertanyaan besar yang mendadak mendobrak pemahaman.

Boleh saja, dengan tingkat relativitas yang tinggi pada tiap individu, mengatasi tantangan dalam hidupnya. Namun, harus saya akui --- kapabilitas saya, ada pada level paling lambat.

Lambat mendefinisikan titik - titik potensial, yang sekiranya bisa meregenerasi titik potensial lainnya atau bahkan memunculkan yang baru. Setidaknya, untuk menghindari proses pengasinan jati diri. Agar tak menjadi 'ikan asin' terlalu cepat, masih hidup pula.

Lalu apa? Bagaimana selanjutnya? Sanggupkah saya? Dan berbagai pertanyaan tak jelas lainnya.

Maka, menulis pula menjadi salah satu proses pendewasaan bagi kehidupan saya. Setidaknya, berniat menuliskan kebajikan yang (mungkin) belum mampu terguratkan pada kehidupan nyata.

Atau bisa jadi pencetus dan pendobrak semangat mewujudkannya dalam keseharian. Menulis, adalah langkah awal hal tersebut.

Be A Writer, dengan hampir seluruh kekosongan partisipasi majemuk sebagai (yang seharusnya dilakukan oleh) anggota, pelan tapi pasti menyadarkan saya. Bahwa ilmu, jalan, langkah, teknis hingga petunjuk sistematis yang SANGAT MAHAL --- untuk mewujudkan penulisan kebajikan tersebut bisa terlaksana, ada di komunitas ini.

Trimakasih. Bukan, aku menyayangi kalian. Membersamai on line kita setahunan lebih ini. Menerima ajakan 'terhormat' seseorang seperti Mba Leyla Imtichanah, yang pada awalnya membuatku nyaris terperangah.

Benarkah ini? Aku bersanding dengan para penulis yang mumpuni? Nama - nama yang sejak kuliah aku sering melihatnya di toko buku, atau dari buku pinjaman teman. Belum termasuk para penulis muda yang seusiaku (ngaku muda ceritanya hehehe) atau bahkan lebih muda tapi sangat produktif.

Aku, bersanding dengan mereka? Di grup kepenulisan? Membaca tiap tips, ilmu, resepjitu bahkan rahasia dapur tulis menulis itu?

Sungguh, sebuah amanah yang berat, menyenangkan dan patut disyukuri. Selalu bersyukur, apalagi kalau berhasil 'lolos' dari audisi ke'pasifan' itu. Hek hek hek...

Apalagi oh apalagi, dari segi produktifitas karya... Sayang sekali, aku juga pada level terminim. Baru bisa antologi. Jumlahnya ampun - ampunan bikin tengsin. Bisa 'sekolah' di sini, serasa dapat beasiswa kemanusiaan. Kategori pencatat notes tak jelas, ala kadarnya dan sesempatnya.

Sisi kemanusiaan 'beasiswa sekolah BAW' ini adalah --- bahwa siapapun, yang semangat menulisnya tinggi (seharusnya dengan komitmen, kesungguhan dan tanggung jawab pula),. Sekali lagi, siapapun yang semangat menulisnya tinggi, bisa masuk daftar 90 an murid akselerasi bidang sastra hek hek hek.

Sekali lagi aku menyayangi kalian. Walau membersamai hanya sebatas layar saja. Paling pol sms an atau telpon yang super jarang. Tetapi sekali lagi, sebagai murid yang sering TK (tanpa kepastian eh keterangan) ini... Jangan percaya tulisanku.

Jangan pernah percaya, bahwa sebuah komunitas juga pelan tapi pasti membentuk sebuah ruang dalam agenda keseharianmu. Setidaknya sepekan dua atau tiga kali, jika memungkinkan online (sebelum ada bulan lelang, ampun - ampunan pasifnya diriku ini).

InsyaAllah, aku juga akan menyaksikan kesuksesan kalian.
  
Dibuat di Blitar, 29 Nopember 2012 pukul 23 : 45 WIB

2 comments:

  1. wah...keep spirit ya mbak bersama BaW. menyenangkan pastinya bisa belajar bareng dan sharing bareng mbak leyla dan penulis lain ;)

    ReplyDelete
  2. wahhh belajar bersama mereka yg udah mumpuni emang yang terbaik ^^
    makin seneng baca-baca di sini ^^

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)