Alhamdulillah kalau ini sudah memenuhi kategori SURAT BAW :D
Mendeskripsikan
kenangan --- biasanya adalah hal yang dapat dengan cepat saya lakukan. Apapun,
baik - buruk, indah manis - pahit pedih, cerah bahagia - suram kelabu, biasanya
saya lancar menjabarkan.
Tidak berarti
keberadaan diri ini sebagai member dengan tingkat aktifasi pada schedule paling
rendah (mungkin), lantas membuat saya hampir setengah mencerna memori. Tidak
berarti itu menunjukkan makna BAW dalam kehidupan saya pribadi. Tidak.
Jujur saja, meskipun
telah menjadi anggota komunitas ini lebih dari setahun lamanya --- selamat dari
berkali - kali kemungkinan akan menjadi list 'pasif' dan harus hengkang (haha
ngaku).
Meskipun masih saja
bersyukur, saya dapat menjadi saksi pendirian, pertumbuhan dan perkembangan
grup penulis ini dari yang sebelumnya masih beranggotakan 20-30 an orang,
hingga secara signifikan berkilau cemerlang dengan regenerasi jumlah anggota
(dan regenerasi semangat) pula.
Meskipun masih saja
bahagia, kemungkinan didepak itu luruh dengan ketergesaan saya menyambut tugas
--- yang baru dikerjakan kalau ada warning bakal sidak keaktifan anggota (ini
sih penyakit SKS waktu kuliah masih kebawa-bawa hek hek hek).
Meskipun selalu
mengaku, bahwa menulis adalah jiwa kehidupan dan hidup bagi jiwa saya. Tetapi
pada kenyataannya, salah satu semangat keberadaan 'jiwa kepenulisan' itu, ada
di grup ini.
Dalam banyak hal, saya
sering berdiskusi dengan suami. Ada sebuah nasehatnya yang diutarakan selepas
jamaah dzuhur di mesjid kampung kami. "Kau tahu, Ummi? Ikan di lautan
tidak pernah asin semasa hidupnya. Mereka baru dapat kita sebut ikan asin,
karena diasinkan manusia justru setelah mati. Menakjubkan, padahal seumur hidup
mereka berada di lautan".
Tidak. Ini hanya
sebuah nasehat kebanyakan. Pasti rata - rata kita pernah mendengar petuah
semacam ini, bukan? Hanya saja, ketika saya mendengarkan suami berbicara
(sambil makan sayur setengah pedas dan ikan asin kesukaannya) --- ada semacam
pertanyaan besar yang mendadak mendobrak pemahaman.
Boleh saja, dengan
tingkat relativitas yang tinggi pada tiap individu, mengatasi tantangan dalam
hidupnya. Namun, harus saya akui --- kapabilitas saya, ada pada level paling
lambat.
Lambat mendefinisikan
titik - titik potensial, yang sekiranya bisa meregenerasi titik potensial
lainnya atau bahkan memunculkan yang baru. Setidaknya, untuk menghindari proses
pengasinan jati diri. Agar tak menjadi 'ikan asin' terlalu cepat, masih hidup
pula.
Lalu apa? Bagaimana
selanjutnya? Sanggupkah saya? Dan berbagai pertanyaan tak jelas lainnya.
Maka, menulis pula
menjadi salah satu proses pendewasaan bagi kehidupan saya. Setidaknya, berniat
menuliskan kebajikan yang (mungkin) belum mampu terguratkan pada kehidupan
nyata.
Atau bisa jadi
pencetus dan pendobrak semangat mewujudkannya dalam keseharian. Menulis, adalah
langkah awal hal tersebut.
Be A Writer, dengan
hampir seluruh kekosongan partisipasi majemuk sebagai (yang seharusnya
dilakukan oleh) anggota, pelan tapi pasti menyadarkan saya. Bahwa ilmu, jalan,
langkah, teknis hingga petunjuk sistematis yang SANGAT MAHAL --- untuk
mewujudkan penulisan kebajikan tersebut bisa terlaksana, ada di komunitas ini.
Trimakasih. Bukan, aku
menyayangi kalian. Membersamai on line kita setahunan lebih ini. Menerima
ajakan 'terhormat' seseorang seperti Mba Leyla Imtichanah, yang pada awalnya
membuatku nyaris terperangah.
Benarkah ini? Aku
bersanding dengan para penulis yang mumpuni? Nama - nama yang sejak kuliah aku
sering melihatnya di toko buku, atau dari buku pinjaman teman. Belum termasuk
para penulis muda yang seusiaku (ngaku muda ceritanya hehehe) atau bahkan lebih
muda tapi sangat produktif.
Aku, bersanding dengan
mereka? Di grup kepenulisan? Membaca tiap tips, ilmu, resepjitu bahkan rahasia
dapur tulis menulis itu?
Sungguh, sebuah amanah
yang berat, menyenangkan dan patut disyukuri. Selalu bersyukur, apalagi kalau
berhasil 'lolos' dari audisi ke'pasifan' itu. Hek hek hek...
Apalagi oh apalagi,
dari segi produktifitas karya... Sayang sekali, aku juga pada level terminim.
Baru bisa antologi. Jumlahnya ampun - ampunan bikin tengsin. Bisa 'sekolah' di
sini, serasa dapat beasiswa kemanusiaan. Kategori pencatat notes tak jelas, ala
kadarnya dan sesempatnya.
Sisi kemanusiaan
'beasiswa sekolah BAW' ini adalah --- bahwa siapapun, yang semangat menulisnya
tinggi (seharusnya dengan komitmen, kesungguhan dan tanggung jawab pula),.
Sekali lagi, siapapun yang semangat menulisnya tinggi, bisa masuk daftar 90 an
murid akselerasi bidang sastra hek hek hek.
Sekali lagi aku
menyayangi kalian. Walau membersamai hanya sebatas layar saja. Paling pol sms
an atau telpon yang super jarang. Tetapi sekali lagi, sebagai murid yang sering
TK (tanpa kepastian eh keterangan) ini... Jangan percaya tulisanku.
Jangan pernah percaya,
bahwa sebuah komunitas juga pelan tapi pasti membentuk sebuah ruang dalam
agenda keseharianmu. Setidaknya sepekan dua atau tiga kali, jika memungkinkan
online (sebelum ada bulan lelang, ampun - ampunan pasifnya diriku ini).
InsyaAllah, aku juga
akan menyaksikan kesuksesan kalian.
Dibuat di Blitar, 29 Nopember 2012 pukul 23 : 45 WIB
wah...keep spirit ya mbak bersama BaW. menyenangkan pastinya bisa belajar bareng dan sharing bareng mbak leyla dan penulis lain ;)
ReplyDeletewahhh belajar bersama mereka yg udah mumpuni emang yang terbaik ^^
ReplyDeletemakin seneng baca-baca di sini ^^