Pada Suatu Tikungan Dekat Pemakaman Desa Warupeteng
Arul
: ternyata sudah setahun ya kita di BAW. Kukira baru lima tahun.
Adit
: salah, kukira baru lima bulan.
Arul
: yang bailang salah tadi siapa?
Adit
: aku.
Arul
: berarti kamu yang salah.
Adit
: lho? Eh bego, justeru aku yang mengingatkanmu kalau kalimatmu salah. Penulis
novel malah ngawur.
Arul
: tapi yang mengucapkan kata salah kan kamu Dit, ya kamu lah yang salah.
Adit
: duh kau ini, membuatku tega untuk menjatuhkan kontainer berisi gajah di
jidatmu.
Arul
: wakakakaka. Easy man, easy.
(ada keheningan yang tak bernama di antara mereka berdua. Lautan
luas menghampar di depan, menyaksikan segala jungkir balik kehidupan)
Adit
: masih ingat siapa yang membawamu ke BAW pertama kali?
Arul
: tentu saja ingat, yang membawaku ke BAW kan Nyi Penengah Dewanti, si kecil
yang ^&*4@4&$3.
Adit
: APA? Wakakakaka, sialan kau Rul, itu namanya lupa. Yang membawamu ke BAW itu
mbak Syifa. Mbak Syifaaa!
Arul
: lho? Iya tah? Hahahaha, aku baru ingat sekarang. Saat itu aku mengenal mbak
Syifa karena dia membaca novel pertamaku, The da Vinci Code.
Adit
: Apa? Kau gila banget ya, novel perdanamu judulnya Tutorial Hijab for
Muslimah. Kau ini lupa atau memang gak pernah nulis novel?
Arul
: hahaha, becanda becanda. Kalau aku suatu hari nanti aku harus menyampaikan
terimakasih, maka ka Syifa adalah orang pertama yang harus kusebut namanya. Tak
peduli apakah beliau minta disebut yang ke 8 ata ke 9, aku akan tetap menyebut
nama ka Syifa di bagian pertama.
Adit
: yap, memang seharusnya begitu. Eh, kamu manggil mbak Syifa dengan kata ka itu
maksudnya apa sih?
Arul
: itu ada philosophinya Dit, tidak semua orang berhak disebut dengan kata Ka di
depannya.
Adit
: oh ya? Penjelasannya?
Arul
: ka itu singkatan dari kata KAYU, Syifa itu penyembuhan. Jadi, Ka Syifa itu
artinya kayu siwak. Kayu yang dipake Nabi Muhammad buat gosok gigi! Hebat kan?
Adit
: wah, baru dengar tafsir nama yang kayak gitu, ternyata maknanya dalem banget.
Kalau misal namaku bisa ditambahi kata ka, maka jadi apa?
Arul
: ka, artinya masih sama, kayu. Dan Dit, itu adalah turunan dari kata Inggris
DEATH. Jadi, Ka Dit artinya: peti mati dari kayu! Wahahaha, kau adalah peti
mati!
Adit
: preketeeeeekkkk!!!!
(adit melemparkan meja kayu jati kea arah arul tapi arul
menghindar, meja tersebut melayang jatuh dan menimpa pejalan kaki yang
ketiduran di tengah jalan)
Arul
: hahahah, sabar, sabar bro.
Adit
: kau pikir aku tidak tahu? Ka itu panggilan kakak dalam Bahasa Bawean! Itu kan
kamu tulis di novelmu yang Pemburu Rembulan.
Arul
: eh iya, baru sadar. Hehehehe. Eh, tiba-tiba aku ingat, dulu kamu pernah
hampir nembak mbak Leyla kan?
Adit
: APHAH? Ap-phah? Apa?
Arul
: gak usah kaget gitu, kamu ngira Mbak Ley itu masih gadis, eh ternyata udah
berpunya. Beranak pula. Hahaha.
Adit
: woaaaaa, kau bikin aku malu. Jangan sampai kau tulis ini di essay gilamu.
Kapanpun! Lagian, siapa yang menduga kalau ternyata Mbak Leyla justeru kepala
sekolah BAW.
Arul
: aku juga gak ngira Dit, dulu tak kira kepala sekolahnya itu Laksamana Yuda
diLaot.
Adit
: wahahaha, dasar kau bego Rul.
Arul
: lhoh? Justeru kamu! Yang mau nembak siapa?
Adit
: hehehe, iya deh, aku terima gue bego. Hanya, kaget aja ternyata grup sekeren
itu pemimpinnya seorang perempuan.
Arul
: lha, lantas, seharusnya siapa yang jadi kepala sekolah
Adit
: Zarkowi Edogawa!
Arul
: wakakakaka, kau salah sebut, yang benar tuh Baidowi Edogawa!
Adit
: kalau gak hapal jangan belagu dong, yang benar tu Kurowi Edogawa!
Arul
: Fatoni Edogawa!
Adit
: Syahroni Edogawa!
Arul
: Fakhrozi Edogawa!
Adit
: Hartoni Edogawa!
(setelah beratus-ratus bentuk mutasi nama Edogawa, dua monyet
itu pun lelah dan memutuskan mengembalikan perihal Edogawa kepada Aogosho Yama
selaku pembuat komiknya)
Arul
: dengerin ya, mbak Leyla itu punya pendamping dalam mengelola BAW.
Adit
: udah tahu, Mbak Lyta kan? Yang orangutan itu kan?
Arul
: APA Dit?
Adit
: wakil kepala sekolah mbak leyla adalah mbak lyta, yang orangutan itu kan?
Arul
: wakakaka, ulangi lagi Dit! Wakakaka.
Adit
: Arul yang orangutan! Mbak lyta yang wakil kepala sekolah!
Arul
: (langsung terdiam dan manyun) dasar gak teguh pendirian.
Adit
: maksudku Rul, mbak Lyta yang nulis novel orangutan kan?
Arul
: salah, mbak lyta itu yang nulis tentang para pemuda bikin warung kopi
Adit
: mana ada? Noveal mbak lyta yang lain tentang pria kutu buku yang jualan anak
orang! (sambil menuding hidung Arul, kesempatan, arul pun menggigit jari
telunjuk tersebut)
Arul
: WROAAAA!!! heh, mbak Lyta itu yang bikin cerita poligami! Eh, cerita tentang
cinta yang berpaling.
Adit
: yah, terserahlah, yang jelas mbak Lyta itu yang nulis tentang orang-orang
jualan batik.
Arul
: yah, terserahlah. Tapi apa kamu tahu pimpinan BAW yang ke tiga?
Adit
: MBAK ENI kan?
Arul
: hehehehe, benar banget. Apa kamu ingat pengalaman kita dengan Mbak Eni?
Adit
: pengalaman yang mana?
Arul
: yang itu tuh, tengah malam, semua anak sudah pada tidur, sepi, di luar gelap,
dan ada suara-suara aneh, kita gak bisa tidur, serasa ada bayangan mengelabat
di luar, dan kita tiba-tiba...
Adit
: memesan novel bekas sama mbak Eni! Hahahaha, itu pembelian online pertama
dalam hidupku.
Arul
: bukannya itu yang pertama dalam hidupku? Kamu dulu kan jualan kucing angora
lewat internet.
Adit
: eh, o iya, hehehe. Tapi langsng tutup karena ketahuan polisi yang kujual cuma
fotonya doang. Salah mereka sendiri, yang kupampang di blog kan emang foto
kucing, jadi ya mereka beli foto itu. Coba mereka datang ke teampatku, ya dapat
kucing lah.
Arul
: kau emang gila Dit. Persis kayak Andri Kusen.
Adit
: Andri Pusen.
Arul
: Andri Guren!
Adit
: Andri Bunseng!
Arul
: Andri Kusem!
Adit
: Andri Busen!
Arul
: ANDRI GINSENG!
Adit
: ANDRI TONGSENG!
(setelah beratus-ratus versi remake Andri, dua platipus itu pun
menyerahkan urusan Andri pada Yusi Rambatniar selaku pihak yang berwenang atas
keberadaannya)
Arul
: dari sekian banyak gadis BAW, cuma satu yang paling melekat di hati.
Adit
: hah? Benarkah? Wahaha, siapa-siapa? Ntar biar tak omongin ke Bundanya
Fiqhthiya biar kamu dibantu nyari alamatnya. Atau tak mintakan bantuan mbak
Linda!
Arul
: hey, ini bukan tentang ku, tapi tentangmu. Karena kukira dia akan maembuatmu
menjadi warga jakarta, eh ternyata tidak.
Adit
: eng ... apakah maksudmu Nyonya Bis is Beautiful?
Arul
: bukan! Itu kan mbak Anik.
Adit
: apakah maksudmu yang keturunan keraton?
Arul
: bukan, itu Mbah Gusti Roniawan.
Adit
: aduh, aku lupa, siapa dong?
Arul
: kau gak pintar pura-pura. Tentu saja yang kumaksud adalah Si Pit—
Adit
: (membekap mulut Arul pakai welcome terbuat dari sabut kelapa) jangan
sekali-kali kau menyebut nama Pit—
Arul
: (membekap mulut Adit pakai sekop bekas gali pasir) kenapa malah kamu yang
akan menyebut nama Pit—
Adit
: (menambah bekapan mulut Arul pakai kucing tetangga yang kebetulan lewat) lha
kamu sendiri malah mau nyebutn nama Pit—
Arul
: (menambah bekapan mulut Adit pakai pintu yang copot dari engselnya) justeru
kamu yang teledor mau nyebut nama Pit—
Adit
: (menambah bekapan mulut Arul pakai wajan penggoreng krupuk mlinjo) kan udah
tak ingatkan, jangan menyebut nama Pit—
Arul
: (menambah bekapan mulut Adit pakai kepala ustad Sholich Mubarock, pimpinan
pondok yang rajin bertahajud) WOAAAA, ampun tad, ampun, maaf, saya tidak
sengaja mencomot kepala panjenengan. Ini gara-gara si Adit mau nyebut nama Pit—
Adit
: (menjejalkan kedua telapak kaki usatad Barock ke lobang hidung Arul.
Membuatnya kehabisan nafas dan tak bisa bicara) Cukup! Cukup!
(setelah semua perkakas dan kepala manusia dikeluarkan dari
mulut mereka pakai traktor, dialog pun kembali dilanjutkan.)
Arul
: oke, sekarang, biar kerahasiaan gadis tersebut tetap terjaga, kita sebut saja
dia Vita, setuju?
Adit
: yap, setuju, lengkapnya Vita Sophia Dini kan?
Arul
: ya, atau bisa kita singkat ViSiDi. Nah, kukira dulu kalian akan jadian.
Adit
: ah, enggak, itu cuma isu. Biasa orang-orang kalau sudah akrab akan cenderung
membuat cerita yang aneh-aneh. Bikin gossip lah, bikin kemoceng lah, bikin
rajutan lah, semua pokoknya. Walau sebenarnya aku berharap itu jadi kenyatan
seh (air mata sebesar tomat keluar dari hidung Adit)
Arul
: wakakaka, kau ini, wakakaka. Yeah, itulah indahnya kebersatuan. Kalau kita
udah akrab kayak keluarga, kita akan saling ledek, saling gojlog, bahkan saling
ganti nama. Hahaha.
Adit
: tahu gak Rul, aku sangat berhutang budi padamu karena telah mengajakku
bergabung ke BAW (menyodorkan pizza, hamburger, dunkin donut, kentucky,
ketupat, wingko, es tebu, es teh, es jeruk, es-te-em-je, kopi anget, es lilin,
es wawan, sari roti, ramayana, empal, urap, bothok, garam, tepung, beras,
gandum dan kerikil)
Arul
: gak usah gitu Dit, kita lho bersaudara, apapun yang kau berikan tak makan.
(dan segera Arul mengemplok, mengunyah, menelan, dan menjejalkan semua yang
disodorkan tadi)
Adit
: serius Rul, aku dari dulu pengen nulis tapi baru sekarang bisa berada di
komunitas para penulis.
Arul
: (HHRRROOOOAAAGGGG, Arul bersendawa akbar) aku pun demikian Dit. Dulu ketika
Pemburu Rembulan baru terbit, aku masih awam dan gak tahu sama sekali tentang
perbukuan. Cara promo, cara menjalin relasi, cara mengontak penerbit, tapi
begitu masuk BAW, aku langsung keterima jadi mandor di PT. PAL, sesuatu banget
kan?
Adit
: kau harus berterima kasih sama mbak Syifa, Mbak Leyla, Mbak Lyta dan Mbak
Eni, Rul. Berikan ucapan terimakasih terbaik yang bisa kau buat untuk manusia
selain ibumu. Mau tahu contohnya? Katakan seperti ini: para mbak sekalian, aku
sangat berterimakasih pada kalian. Keren kan?
Arul
: huks, huks, huks (terharu) terimakasih sudah mewakiliku mengucapkan terima
kasih, Dit.
Adit
: eh, jangan nangis gitu kawan, kau tek perlu begitu. Kalau ketahuan Mbak Ade,
kau akan dikira ambien dan diberi komen yang panjang dan detail.
Arul
: tidak apa-apa kawan, aku sangat suka komennya yang panjang dan detail. Aku
terharu Dit, aku sangat terharu karena aku telah membawamu ke BAW. Sungguh itu
menyentuh hatiku. Agar persahabatan kita tetap murni, tak usah kau sebut-sebut
kalau aku yang membawamu ke BAW. Walaupun aku yang membawamu ke BAW, kita tetap
sahabat yang tulus. Karena aku membawamu ke BAW bertujuan murni tanpa pamrih.
Membawamu ke BAW adalah kata hati, Dit. Dan aku tak ingian ada orang yang
menyebut-nyebut bahwa aku yang membawamu ke BAW. Biarlah tidak ada yang tahu
aku yang membawamu ke BAW, karena membawamu ke BAW adalah ketulusan hati
sahabat yang ingin membawamu ke BAW.
Adit
: (kelopak mata kirinya bergetar lima kali dalam sedetik, menatap arul dengan
kengerian tak tertahan.) oh ya, kamu tahu gak kalau kita harus bikin surat
cinta untuk BAW?
Arul
: oh yang itu, iya ya, aku kan harus bikin! Tapi tenang saja Dit, aku gak akan
bilang-bilang kalau aku yang membawamu masuk ke BAW.
Adit
: (kelopak mata kirinya bergetar sepuluh kali dalam sedetik, menatap Arul
dengan kengerian tak tertahan.)
Arul
: yah, emang apa pentingnya memberi tahu semua orang bahwa aku yang membawu ke
BAW?
Adit
: (kelopak mata kirinya bergetar lima belas kali dalam sedetik, menatap Arul
dengan kengerian tak tertahan.)
Arul
: justeru aku harus mengucapkan terimaksih sebanyak-banyaknya pada Ka Syifa
yang telah membantuku masuk ke sini.
Adit
: emangnya surat sepeti apa yang akan kau tuliskan nanti?
Arul
: kisah yang indah tentunya. Tentang perkenalan yang menjadi persahabatan dan
menuju persaudaraan. Tentang segala hal menakjubkan yang kudapatkan selama
bergabung di BAW.
Adit
: kisah dukanya gimana? Masak kamu gak akan mencantumkan sedikitpun kisah duka?
Arul
: emangya ada kisah yang gak enak dalam sejarahku berada di BAW?
Adit
: lho? Bukannya kemarin kamu ada peristiwa dengan Sa—
BRUUUAAAKHHH, tendangan kaki kanan super cepat menghantam mulut
Adit dalam hitungan satu detik. Adit terlontar. Bibirnya terbelah tiga. Giginya
rompal lima. Dan sejuta kunang-kunang berputar di matanya.
Adit
: (sambil menutup mulut, Adit menjerit) ghumu bhugu krumu jhubug? (terjemahnya:
mengapa kamu menendangku?)
Arul
: karena itu terlarang untuk dibicarakan.
Adit
: bgehmu brughu krubhu frughuru? (terjemah: apanya yang terlarang? Masak gitu
aja gak boleh? Kamu tadi udah membicarakan aku seenaknya, sekarang giliranku
dong untuk bicara seenaknya, dasar kamu sahabat yang tidak bisa dipercaya. Kau
egois. Tidak mau kebaikannya diketahui, tapi kejelakannya malah diumbar. Kau
tidak setia kawan! Aku pergi! Aku pergi! Aku tak mau berteman lagi denganmu!
Apa kau puas sekarang?)
Arul
: tunggu! Sebelum kau pergi, tidakkah kau sadar bahwa terjemahan kata-kata
anehmu terlalu panjang untuk kata-katamu yang cuma empat kata?
Adit
: nbhuru bhguru tbughuru kmughu yujbhugut kogbu bhguru hbegrtu nbhgsu mbnchuu
mbdhu ngrgoru ngbdgru mgnehfu kgnetu mlnpou nhjru bjhddhru! (Terserah!)
Maka Adit pun pergi meninggalkan Arul sendiri. Arul tertunduk
lesu, terluka oleh perbuatannya yang ingin mengusir lalat di ujung hidung Adit
ternyata berakhir dengan tendangan maut penghancur muka pas-pasan.
Arul
: hfff, kini saatnya aku pulang, pulang ke BAW. Mengadukan semua luka dan
perih. Dan penderitaan. Dan ..... rencana yang tertunda.
(hehehe, maaf teman-teman, saya tidak tahu bagamana caranya
membuat surat yang baik dan benar, tapi saya bisa membuat cerita gila macam
ini. Kuharap tidak ada hati yang terluka, karena sebenarnya, aku hanya ingin
berterimakasih pada kalian semua. Pada semua orang yang telah mau membaca atau
mengomentari semua tulisanku. Di sini, di BAW, aku untuk pertama kalinya
mendapatkan komentar terbanyak untuk cerita atau tulisan-tulisanku—ketika aku
bikin cerita horror, komentarnya sampai 125 lebih. Hal yang tak pernah
kudapatkan sebelumnya. Kehadiran kalian semua sungguh luar biasa dalam hidupku.
Jika nanti aku menajdi penulis ytang terkenal, aku harus berterimakasih lagi
pada kalian semua, para sahabat dan guruku. Dan untuk BAW, selamat ulang tahun
yang ke sepuluh. Semoga semakin jaya. Kami ada karaena Allah, eh, maksudku,
kami ada untuk membuatmu ramai macam pasar malam di tetangga desa.)
(buat semua teman-teman, mohon maaf kalau tak bisa menyebut nama
satu persatu. Tapi saya akan mencoba membuat semua orang mendapati dirinya
dalam tulisan ini. Great thanks to: semua anggota BAW, baik yang sekarang masih
ada atau yang secara official maupun komikal tidak ada)
29/11/2012
haduh ngakak guling2, kasian jg jd sad ending...
ReplyDeletesuka...suka...
ReplyDeletebuAT yang belum kenal BAW, ini bagus :) pengenalan siapa-siapa yang ada di sini lewat humor yg melekat di hati ^^
ReplyDelete