Wednesday, December 4, 2013

[Kepoin Bu Kepsek] Leyla Hana


Oleh : Hairi Yanti

Halo semuaa .... Kali ini blog BaW punya program khusus special yaitu Kepoin Bu Kepsek. Bu Kepsek ini adalah sebutan BaWers buat mbak Leyla Hana sebagai pendiri BaW. Nggak perlu banyak cing cong (baca : basa basi), yuk, kita langsung tanya-tanya sama Mbak Leyla.

Sebelum kita tanya-tanya tentang BaW, kita mau nanya dulu sejarah awal mula kenapa mbak Leyla terjun ke dunia tulis menulis? Apa profesi penulis merupakan warisan dari orang tua?
Jawab : Awalnya karena suka baca majalah anak-anak yg diberikan ortu, nonton sinetron, imajinasi berkembang dengan sendirinya, lalu mulai menulis di buku harian, dan akhirnya bikin cerpen, novel, tulisan-tulisan lain. Warisan ortu mungkin ada, karena almh. Ibu pernah jadi kontributor majalah di kantornya, dan bapak saya suka menulis puisi. 

Apa karya pertama yang dipublikasikan ke media?
Jawab : Cerpen remaja di majalah Kawanku.

Hal apa yang membuat Mbak Leyla yakin untuk memilih menjadi seorang penulis? Dan, apa Mbak Leyla nantinya menginginkan anak-anak Mbak Leyla juga menjadi penulis? Oya, apa anak-anak sudah menunjukkan minat mereka ke bidang tulis menulis?

Jawab : Yakin karena tidak bisa sehari pun terlewati tanpa menulis. Jadi sudah mendarahdaging. Anak-anak tidak saya suruh menjadi penulis, terserah mereka mau jadi apa asal positif. Kelihatannya anak saya yang sulung pandai berhitung seperti ayahnya (ayahnya sarjana matematika), sedangkan yang tengah pandai menggambar. Keduanya memang sudah pandai menulis huruf-huruf, angka, kertas-kertas banyak berceceran di rumah. Suka mengarang-ngarang cerita juga.  Entah nantinya bagaimana, tapi saya tidak mengajari secara khusus. 

Apa cita-cita yang ingin mba Leyla capai dalam menulis?
Jawab : Capaian pembaca lebih luas. 

Mengapa kebanyakan novel Mbak Leyla bertema islami?
Jawab : Sudah hijrah ke novel islami sejak kuliah, lalu gabung dengan rohis (jadi islaminya gak sekadar tempelan), sampai sekarang sulit untuk melepaskan label islami itu. Rasanya gak sreg kalau nulis gak ada yang ingin disampaikan, alias hanya berisi kata-kata imajinasi. Harus ada nilai positif yang ingin disampaikan dari tulisan itu. 

Dalam karya Mbak Leyla, mengapa beberapa kali mengangkat cerita tentang rohis (kerohanian Islam)? Apakah berdasarkan pengalaman Mbak Leyla yang pernah aktif di rohis?
Jawab : Iya, dulu kuliah aktif di rohis.

Ketika menulis sebuah novel apa Mbak Leyla membutuhkan buku pendamping? 
Jawab : Gak ada buku pendamping. Nulis, nulis aja. 

Seberapa besar kekuatan menulis dengan kemampuan mengetik cepat. Misal target menulis unruk lomba  atau editing buku harus cepat, bagaimana tempo mengetik Mbak Leyla dalam 1 jam? Apakah ini berpengaruh besar dalam menyelesaikan naskah?
Jawab : Untuk novel, saya pernah selesai dalam waktu seminggu (belum nikah). Setelah nikah, ada juga yang selesai dalam waktu 3 minggu, dengan catatan begadang tiap malam sekitar 5 jam.  Karena sudah biasa mengetik, jadi memang saya bisa mengetik cepat. 

Mbak Leyla juga pernah jadi editor, apakah pengalaman mengedit naskah tersebut menjadi 'kekuatan' nilai naskah Mbak Leyla sehingga cepat dilirik penerbit?
Jawab : Bisa jadi, tapi yang paling penting sih ide yang orisinal. 

Ada penulis yang sudah mengirimkan tulisannya ke media tapi belum pernah dimuat, mengajukan naskah ke penerbit tapi selalu dapat surat cinta penolakan. Kalau Mbak Leyla dihadapkan pada hal seperti itu, bagaimana cara Mbak Leyla mengatasi rasa frustasi karena hal tersebut?
Jawab : Sampai sekarang juga masih ditolak penerbit, hehehe… santai saja, cari penerbit lain, karena standar penilaiannya berbeda. 

Apa Mbak Leyla selalu menentukan misi dalam setiap tulisan. Seperti 'pesan spesial' dalam karya Mbak Leyla?
Jawab : Iya. 

Selama 17 tahun berkarya, momen apa yg paling bikin Mbak Leyla yakin untuk bertahan di dunia tulis menulis? Trus karya Mbak Leyla yang manakah yang paling berkesan buat Mbak Leyla? Dan kenapa?
Jawab : Mungkin sekarang jadi 18 atau 19 tahun yaa…. Yang paling berkesan adalah “Oke, Kita Bersaing!” novel pertama sekaligus pemenang dua  sayembara menulis novel, dan yang paling banyak mendapatkan sambutan, karena sering disapa pembaca gara-gara novel tersebut. Indikator yang paling banyak dibaca. 

Sebagai penulis hal apa yang membuat anda miris yang terjadi di dunia kepenulisan dan apa tips dari Mbak Leyla dalam mengatasinya?
Jawab : Miris dengan tren industri penerbitan, misalnya booming novel Korea, terus ikut nulis novel Korea semua. Tanpa menyisipkan “amanat” dalam tulisan tersebut, hanya sekadar ikut-ikutan. Sejauh ini saya tidak mengikuti tren, tetap menulis sesuai panggilan hati.  Misalnya, Novel “Surga yang Terlarang” yang tidak mengikuti tren sekarang. Kalau dipikir-pikir kan, wah sulit nih dapat penerbitnya. Alhamdulillah, bisa juga diterbitkan. 

Selain Leyla Hana, mbak Leyla juga pernah saya kenal dengan nama Leyla Imtichanah. Yang mana nama asli dan yang mana nama pena, Mbak? Menurut Mbak, apa setiap penulis perlu nama pena?
Jawab : Nama asli Leyla Imtichanah. Nama Leyla Hana supaya lebih mudah diingat saja. Kalau namanya sudah unik dan mudah disebut, gak perlu nama pena lagi. 

Bagaimana menyiasati waktu menulis di tengah hecticnya jadi ibu rumah tangga? Apalagi Mbak Leyla kan punya tiga anak cowok. Gimana tuh nulisnya? Apa sambil gendong bayi, atau bayinya diboboin dulu baru nulis? Eh, sekarang yang bungsu (sementara) usia berapa sih, Mbak?
Jawab : Nulis setelah bayi tidur (siang) atau malam hari setelah semua tidur. Nulis sambil gendong bayi juga pernah. Si bungsu sudah 1,2 tahun, masih suka gangguin.

Sebagai seorang penulis kan juga butuh input dengan cara membaca, kapan waktu Mbak Leyla membaca dan menulis?
Jawab : Membaca buku sebelum tidur, sambil mengawasi anak-anak main, sambil ngelonin bayi, dalam perjalanan liburan keluarga, di waktu-waktu sengganglah. 

Bagaimana cara ngerawat anak biar sehat selalu? Nggak sering sakit. Kalau anak sehat kan nggak ada perasaan bersalah ketika ditinggal menulis.
Jawab : Saya bukan ibu yang sempurna dan cenderung cuek, tsaaah (jangan dicontoh). Saya tipe ibu yang santai kali ya. Gak langsung panik kalo anak sakit. Kalo baru panas-panas dikit, ya biasa aja. Gak langsung kasih obat atau cemas-cemas. Perlakuannya sama aja kayak anak yg sehat. Nanti kalo udah parah, baru deh bawa ke rumah sakit, hehe…. Mungkin karena begitu, anak-anak Alhamdulillah jarang sakit. Mau main di mana aja, apa aja, terserah, tapi saya tetap awasi. Misal, main hujan, tanah becek, pegang cacing, injek kecoa, saya gak khawatir. Saya rasa, dengan sugesti tersebut (bahwa anak-anak gak kenapa-kenapa), anak-anak juga baik-baik saja. Yang penting saya banyak berdoa sama Allah supaya Allah menjaga anak-anak. Kalau gak gitu, mungkin dari dulu anak-anak udah kenapa-kenapa, karena beberapa kali sempat nyaris kejadian kayak jatuh dari teve (naik-naik ke teve), berantem pakai rantai besi buat gembok pagar, dan nyaris-nyaris lainnya, tapi Allah lindungi. Dulu waktu baru dua anak, saya taruh anak-anak di sofa sebelah komputer. Saya ngetik sambil nemenin mereka nonton kartun dan cerita-cerita. Jadi, saya bisa membagi perhatian: ngetik sambil cerita ke anak-anak. Kok bisa ya? Mungkin karena saya sudah sering ngetik cepat, jadi kata-kata itu keluar aja lancar, walau otak dibagi dua. Setelah anak tiga, saya hanya mengetik di malam hari setelah anak-anak tidur. Atau kalau yang bayi bisa tidur siang, saya ngetik. Tapi itu jarang sekali, karena seringnya saya ikut tidur siang bareng bayi :D Intinya sih, anak sehat tergantung sugesti ibunya. Kalau ibu berpikir anaknya sakit-sakitan, ya anak-anaknya sering sakit. Saya berpikir bahwa anak saya baik-baik saja, seringnya malah suami yg sadar misal si kakak lagi panas. Ibunya tenang-tenang saja, kalau baru panas sih :D

Frankfurt to Jakarta adalah novel Mbak Leyla yang duet dengan Mbak Annisah Rassbell, suka duka menulis duet apa sih, Mbak? Lebih nyaman mana, menulis solo atau duet?
Jawab : Gak ada dukanya, malah enak banget bisa cepat selesai.  Tentu kalau dapat partner yang mendukung. Selain sama Icha, saya juga beberapa kali mengajak penulis junior untuk duet, tapi karena mereka tidak  bisa mengimbangi kecepatan saya, akhirnya gagal. Baru si Icha aja nih yang bisa sama cepatnya walaupun sibuk. 

Mbak Leyla dengan Frankfurt to Jakarta

Ada rencana bikin novel duet lagi nggak, Mbak?
Jawab : Ada, lagi nulis duet sama mba Eni Martini. 

Sekarang sedang menulis apa nih, Mbak? Dan selanjutnya buku Mbak Leyla apa lagi yang akan terbit?  
Jawab : Nulis banyak, novel, blog, dan sebagainya yang menghasilkan :D Buku yang akan terbit, Mitsaqan Ghaliza, novel pernikahan. 

Tentang grup Be A Writer (BaW), kenapa terpikir buat mendirikan komunitas BaW, Mbak? Banyak komunitas kepenulisan yang terbentuk, menurut Mbak Leyla apa ciri khas dari BaW yang membedakan dengan komunitas kepenulisan yang lain?
Jawab : Ada permintaan dari penulis junior supaya saya membuat grup belajar nulis online, soalnya kalau grup nulis lain isinya kebanyakan ngobrol-ngobrol aja. Begitu minta diajari, harus bayar atau beli buku pementornya. Ciri khasnya: ada jadwal belajar teratur, gratis, ada ancaman remove untuk yg tidak aktif,  ada personal branding untuk penulis pemula, ada dukungan dari para mentor.

Banyak yang pengin masuk BaW, apa ada syarat khusus buat bisa bergabung di BaW?
Jawab : Syaratnya harus aktif dan bersemangat. 

Terakhir, seperti biasa, hehehe, apa pesan Mbak Leyla buat para pembaca blog BaW?
Jawab : Hidup adalah proses pembelajaran tanpa henti. Jangan menyerah bila naskah kita masih tertolak atau tidak menang lomba menulis. Teruslah menulis dan belajar. 

Demikianlah hasil wawancara kita dengan Mbak Leyla Hana. Seru, kan? Semoga bermanfaat buat kita semua ya. Nantikan interview selanjutnya di blog BaW, dengan author of the month atau special guest yang bisa hadir di waktu-waktu tak terduga ;)

15 comments:

  1. Yeah, bu kepsek akhirnya narsis juga ^^

    Keren mbak leyla ya, nggak perlu buku pendamping pas nulis novel. Daku yang ikutan lomba aja larak lirik sana sini mulu

    ReplyDelete
  2. heummmm....memang ya bu kepsek ini,jagooo banget..baru aja terbit dan masih di rak buku lanjut keluar lagi,terbit lagi buku baru hehehe..

    baarokallaoh mbk,semoga bukunya berkah aminnn^^

    ReplyDelete
  3. aku suka tulisan yg punya misi, gak melulu ngejar best seller.
    salut buat mba Ela, terus berjarya ya mba. moga kian barokah...

    ReplyDelete
  4. lanjut mbak leyla.. 2x baca bukunya.. eh 3 ding.. cinderella syndrom,, frankfurt sm surga terlarang... sy dapat nangkap ciri khasnya. jadi pengen jg bs baca karya selanjutnya.. smoga dilancarkan rejeki bs punya buku mbk leyla lg.. amiin :)

    ReplyDelete
  5. Anak bungsunya sepantaran anakku, tapi aku sering jadikan anak alasan ga bisa nulis. Haduuuh, ternyata aku ibu yang tidak bijak :'(
    Makasi ilmunya mbak, aku noleh nyontek kan?

    ReplyDelete
  6. kereeeeen...
    emang hebat bunda yang satu ini b^^

    ReplyDelete
  7. Wah, aktivis rohis nulis tema rohis pantes mengalir ya. sukses, Mbk.

    ReplyDelete
  8. Wow hebat sekali ya... seminggu jd satu novel. Kereen. Skrg jg keren, anak laki2 3 masih aja bs nyelesaikan novel2....double thumbs up

    ReplyDelete
  9. Wow hebat sekali ya... seminggu jd satu novel. Kereen. Skrg jg keren, anak laki2 3 masih aja bs nyelesaikan novel2....double thumbs up

    ReplyDelete
  10. Super keren! WOOW! Baca sambil ketawa ketiwi, diikuti anggukan kepala. Mba Leyla Hana keren!

    ReplyDelete
  11. aiiih maak aku kok baru baca yaaa ... kereeen deh

    ReplyDelete
  12. mba bagaimana cara menjadi anggota BAW

    ReplyDelete
  13. sbhaanalllaah...menginspirasi dan penuh makna dari kata yang keluar ketika ditanya....Jazaakilah khair...moga aku bisa cepat nulis...aamiin

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)