Oleh: Yunwe
Judul Buku : Sedetik di Mata, Selamanya di Jiwa
Genre : Diary
Penulis : Fathimatul Azizah
Editor : M. Badawi
Penerbit : Aulia Press Solo
Cetakan Pertama : Rabiul Tsani 1430/ Maret 2009
ISBN : 978-979-15666-5-8
Catatan Harian Seorang Ukhty
‘Menulis adalah terapi bagi jiwa’ itulah yang terasakan saat merangkai kata-kata untuk mendiskripsikan pada suatu ketika apa yang tengah kita alami. Memang hanya sekilas masa, namun momen yang terasa saat itu sungguh berbeda bila kelak kembali membacanya. Seperti menyelusuri lorong waktu.
Mengenang kembali masa lalu melalui tulisan tak ubahnya meneropong cermin bagi diri. Hikmah itu terungkap seiring pemahaman kita pada pengajaran hidup lewat apa yang tengah kita alami dan masa yang telah kita lalui.
Mbak Fathim, penulis ‘Sedetik di Mata Selamanya di Jiwa’ mengajak pembacanya menyelami dunia yang dilaluinya. Rasa-rasa yang membutuhkan jeda untuk beristirah, mengumpulkan semangat untuk kembali bangkit baik jiwa maupun raga. Ada kalanya keterpurukan mematikan langkah, namun kesadaran diri bahwa insan membutuhkan Penciptanya maka sebelum asa itu berhenti sama sekali Sang Khaliq pun Memberi jalan keluar dari kebuntuan. Bahwa ALLAH tidak akan meninggalkan hamba_NYA yang berserah diri kepada_NYA. Bahkan hanya dengan kiriman sms dari seorang sahabat mampu memantik kembali ghirah yang hampir padam.
“Kla jenuh menerpa&jubah mujahadah tlah lusuh t’kulai using. Mk biarkan Azzam m’jejak langkah m’napak syukur&sabar dalam keikhlasan-NYA, Krn qta hanyalah jiwa yg lahir dr secuil masa”
Senandung nasyid yang sedang didengarkan terutama genre haroky semisal Arruhul Jadiid. katanya bisa memberi semangat? Padahal, awal telinga ini mendengar music tersebut serasa dikilik-kilik, menggelitik, aneh! Tapi, setelah beberapa waktu menyesuaikan, memang bener mengetuk-ngetuk hati agar termotivasi.
#.. ALLAH Cinta para Mujahid
ALLAH Cinta para Mujahid..#
Malah bisa jadi dengan bertemu seseorang yang mengingatkan pada masa lampau dan tentang sesuatu hal yang terlupakan untuk dilakukan. Salah satunya bersillaturakhim kepada kerabat.
Dan, ternyata berada dalam lingkungan tarbiyah seseorang mampu mengalami kondisi terpuruk. Saat situasi tidak sesuai dengan yang diinginkan serupa mendung yang menutupi indahnya kerlip bintang. Bagaimana menasihati diri sendiri kala berada pada titik jenuh tersebut? Akankah menghindar, menyepi bahkan menghilang dari peredaran dapat menjadi jalan menemukan kepribadian diri? Agaknya penulis punya pengalaman sendiri untuk menitinya. Hal yang sayang bila tidak menjadikannya sebagai pembelajaran ^_^
Semoga bisa dicetak ulang, ya…
Quote from book:
You are everything that is,
Your thought, your life, your dreams come true
You are everything you chose to be
Be proud yourself, if Islam is your way of life [ majalah Karima]
NB:
• catatan dari halaman 115-116 tentang pergantian tahun Hijriyah, kan dimulai saat adzan maghrib berkumandang. Bertepatan dengan terbenamnya matahari dan terbitnya rembulan. Bukan pukul 00.00 pada penanggalan Masehi.
• Halaman 145-147 mengenai penyebutan merk-merk ternama yang jelas-jelas branding, terlalu riskan ditulis vulgar pada sebuah tulisan yang dicetak.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)