Oleh : Hairi Yanti
Selamat bertemu kembali dengan saya, kakamin Author of The Month. Buat teman-teman yang belum tau, kali ini saya kasih tau deh, kalau Author of The Month itu dipilih berdasarkan hasil voting di grup BaW. Jadi bukan ujug-ujug dipilih admin, loh, Kaka. Kecuali ya 3 kandidat yang divote yang dipilih admin.
Nah, untuk Author of The Month pertama di 2014 adalah kakak Adya Pramudita yang baru saja merilis novel perdananya yang berjudul Menjeda. Yuk, kita ngobrol-ngobrol bareng kakak Adya.
Halo, Kakak Adya, selamat ya buat terbitnya novel perdananya. Judulnya unik. Kenapa milih judul unik seperti itu? Darimana ide untuk judul itu? Dari kakak Adya sendiri atau dari yang lain?
Jawab:
Saya termasuk orang yang selalu kesulitan untuk menentukan judul, novel ini pun mengalami pergantian judul beberapa kali hingga akhirnya menemukan kata Menjeda. Awalnya judul naskah ini Segenggam Pasir Sejernih Telaga, tapi berasa jadul banget. Serasa novel-novel tahun 90-an. Saya kembali membaca naskah sampai habis dan bertemulah satu kata yang paling menggambarkan isi naskah ini, yaitu Menjeda. (Menjeda : membuat jeda waktu, untuk menemukan satu cinta yang paling bertalu)
Biasanya kalau Kak Adya menulis, ketemu judul dulu atau selelah cerita selesai baru dikasih judul?
Jawab :
Bermacama-macam, duh kaya novelku sudah banyak aja. Kalau Menjeda naskah dulu, judul belakangan. Bahkan beberapa jam sebelum mengirim ke penerbit. Kalau yang Pramanik, saya temukan dulu judulnya baru membuat naskahnya. Tapi beberapa kali sih ketemu judulnya dulu, meski setelah naskah selesai judul itu serasa tak cocok, ya ganti lagi.
Bisa diceritakan singkat sinopsis Menjeda?
Jawab :
Sinopsis singkatnya, duh saya paling susah untuk menggambarkan isi novel saya secara singkat. Keira dan Radja sudah berteman sejak 15 tahun lalu, awalnya mereka hanya bersahabat namun seiring berjalannya waktu Radja mengharapkan hubungan yang lebih serius. Namun Keira masih sering teringat pada sahabat kecilnya bernama Giras hingga ia tak bisa membuat keputusan apapun. Pada saat itulah Keira dan Radja menjeda hubungan mereka.
Tadi nanya ide buat judul. Sekarang ide dari novel menjeda sendiri dari mana, Kakak? Ceritain dong proses kreatifnya nulis Menjeda.
Jawab :
Ide setting karena ada teman saya pernah tinggal di kota Roma dan menceritakan betapa indah kota itu, meski saya belum mampu menggambarkan kota tersebut dengan maksimal karena khawatir keliru. Tentang ide isi ceritanya, dapat begitu aja sih. Muncul sebuah pertanyaan dalam hati saya waktu itu, “gimana ya kalau udah berteman lama, trus kita jatuh cinta sama teman kita? Gimana ya, kalau sudah terlalu lama bersama lalu mendapatkan hubungan yang terasa hambar? Sepertinya tidak bertemu beberapa lama untuk menguji cinta patut dicoba” kurang lebih begitu.
Mengapa ada adegan tinggal seapartemen dengan pria yg bukan suami nih di novel ini?
Jawab :
Saya tahu bagian ini yang pasti banyak menuai kritikan dari teman teman Baw. Tapi saya tidak menyesal menghadirkan adegan ini. Sebaliknya saya ingin memperlihatkan pada pembaca, betapa kedua tokoh itu meski tinggal dalam apartemen bersama mereka punya wilayah territorial masing-masing. Dan mereka berhasil tidak melakukan apapun yang memang belum boleh mereka lakukan. Silahkan dibaca, tak ada adegan bercinta dan kissing lip. Meski memeluk sejenak tetap ada.
Ketika menulis Menjeda, saya belum berpikir bahwa menulis itu harus menularkan pesan-pesan kebaikan, menulis ya menulis aja. Lagi pula yang saya tulis genrenya jelas, Romance Populer Dewasa, berharap pembacapun mencerna semua isi novel dengan bijak dan ‘dewasa’. Kalau pun ada pesan kebaikan dalam naskah saya, biarkan juga pembaca yang memutuskan yang mana itu.
Baru kesinian, setelah saya banyak berbincang dengan mba Shabrina, bahwa sekecil apapun pesan kebaikan itu harus tetap ada. Maka, saya memperbaiki niat menulis saya yang berpengaruh pada tulisan yang saya buat. Meski tetap saya masih berada pada jalur populer, belum percaya diri untuk menulis yang islami. Bahkan membuat tokoh perempuan saya berkerudung saja saya belum berani. Tapi bagaimanapun saya tetap anti membuat adegan interaksi laki-laki dan perempuan yang terlalu dekat itu, kecuali jika tokohnya Pasutri.
Lagi pula di Baw sudah banyak teman-teman yang menulis fiksi islami, jadi saya yang bagian fiksi popular aja dulu. Jadi satu penulis yang agak nyeleneh di Baw gak apa apa, biar seru he he he …
saya harap pembaca tidak fokus dan membicaraakan tentang adegan satu apartemen itu, karena masih banyak hal lain yang ada dalam novel ini. tapi, saya tahu orang cenderung mengingat dengan lekat bagian yang buruk dibandingkan yang baik
Kalau untuk cover Menjeda, milih sendiri atau langsung jadi dari penerbit?
Jawab :
Awalnya penerbit memberikan sekitar 4 cover, namun tak ada satupun yang menggambarkan isi naskah. Lalu saya cari gambar yang saya suka, diperlihatkan pada editor. Lalu mereka membuat cover yang sekarang jadi itu, dan saya langsung setuju. Covernya bagus kan? He he he … meski banyak orang bilang mirip nover-novel dari satu penerbit lain. Bagaimanapun zaman sekarang ide tak ada yang original, tho?
Bagaimana cara mencari info sehingga hal-hal yang berkaitan dengan informasi di novel ini terasa hidup dan nyata ?
Jawab :
Untuk setting Bogor dan Bandung, ga ada masalah karena saya tinggal dan pernah tinggal di dua kota itu. Untuk kota Roma, saya punya teman yang pernah tinggal di sana, sambil nyari info di internet. Untuk fashion designer, sebelumnya saya bekerja di perusahaan fashion. Untuk olah raga outdoor, saya pernah berarung jeram dan beberapa kali menonton Oom saya berparalayang. Lainnya cari info di internet, lalu coba merasa rasakannya dengan imajinasi.
Kak Adya, gimana sih bisa nulis sepanjang itu? Apa triknya bisa menulis dengan nafas yang panjang. Menulis novel kan butuh nafas panjang. Gimana menjaga semangat supaya bisa rampung dan mengatasi rasa jenuh juga bosan dan kebuntuan?
Jawab:
Nafas saya Enggak panjang juga sih, buktinya saya butuh waktu berbulan bulan untuk menyelesaikan satu naskah. Sejak awal focus saya satu, MENULIS NOVEL SAMPAI SELESAI. Makanya saya gak pernah ikutan antologi manapun, gak pernah ikutan lomba-lomba seperti resensi, Blog dan lain-lain. Bahkan GA teman teman pun saya nyaris tak sempat ikutan. Jenis lomba yang saya ikuti hanya lomba novel, meski sekarang udah enggak lagi, dan lomba-lomba audisi yang biasanya hadiahnya bisa belajar sama penulis terkenal. Tapi lomba seperti itu sangat jarang sekali.
Menjaga semangat supaya bisa rampung ya FOKUS aja sih, enggak tergiur nulis yang lain-lain. Mengatasi rasa jenuh dan mengusir kebuntuan saya biasanya tidur, baca buku tema apa aja, enggak harus sama dengan yang sedang saya tulis. Dan satu yang paling mujarab. Ngegalau di sosmed hahaha … dan berdiskusi dengan orang yang paling bisa menyulut semangat saya. Dan membiarkan naskah beberapa hari untuk nanti dibaca ulang.
Kak Adya juga berhasil lolos di audisi antitesa yang diadakan penulis tenar. Dan bocorannya nih, di sana kak Adya nulis novel sejarah. Bagaimana risetnya buat nulis novel sejarah?
Jawab:
Mengikuti Antitesa itu antara nekad dan tekad. Di Menjeda ada embrio cerita yang saya kembangkan menjadi novel Pramanik.
Risetnya, hmmm hal itu bagian yang paling sulit dari menulis novel. Alhamdulillah, mba Yeni Afifah Afra meminjamkan buku-buku kerennya untuk bahan riset. Ada juga mba Ade Anita dan teh Linda Satibi yang meminjamkan buku-buku fiksi sejarah, Saya baca buku-buku Pramudia Ananta Toer, dan buku-buku klasik yang saya beli di toko buku loak juga.
Kalau dikilo sepertinya 10 kg buku yang menemani saya menulis Pramanik. Saya tenggelam ke dalam diksi dan situasi kejadulan. Tapi saya juga menghindari hal-hal yang belum saya kuasai secara sempurna. Ketika mencoba search di internet, saya menemukan juga beberapa web atau blog yang menceritakan situasi dan kisah-kisah awal abad 19 di Hindia.
Apa Kak Adya kalau nulis harus dalam kondisi khusus, misal saat hening kah, saat tengah malam buta atau bagaimana?
Jawab :
Tentu menulis dalam keheningan lebih membuat nyaman, tapi menemukan kondisi itu buat ibu rumah tangga full seperti saya jarang sekali. Kecuali 3 jam ketika anak yang kecil sekolah atau 2 jam setelah anak anak tidur dan suami belum pulang bekerja.
Jadi, ketika ada ide saya bisa menulis dalam kondisi apapun. Beberapa bab terakhir Pramanik saya tulis dari Hp ketika di angkot, di kereta, ketika rapat orang tua bahkan ketika menghadiri akikah anak tetangga :D
Adakah keingnan untuk mencoba nulis nonfiksi? Genre anak-anak atau lainnya?
Jawab :
Sampai saat ini saya masih berusaha bisa selesai jika memulai membaca buku non fiksi, jadi sepertinya tak mungkin bagi saya menulis non fiksi.
Tapi untuk buku anak, ya impian saya berikutnya adalah menulis buku anak. Saya punya beberapa draf cerita anak, sebagian sudah ditolak penerbit. Sebagian belum PD buat mengirim lagi. Saya masih harus banyak belajar untuk mencuri hati anak-anak dengan cerita saya.
Bagaimana pendapat Kak Adya tentang ebook? Seandainya buku Kak Adya diterbitkan hanya versi ebook-nya aja, piye?
Jawab :
Saya tipe yang tidak bisa membaca ebook lama-lama sih, tapi kalau ada yang mau menerbitkan naskah saya hanya di ebook saya sih enggak masalah asalkan aturan pembelian dan tanpa pembajakannya jelas.
Gimana cara menjaga kekonsistenan karakter tokohnya, biar ngga terkesan plinplan gitu kecuali emang karakternya plinplan?
Jawab :
Karakter Keira memang saya buat agak plin-plan dan bingungan. Alter ego saya keluar ketika menulis Keira.
Saya belum pernah mempraktekan membuat biodata tokoh saya secara lengkap seperti tips tips dari teman teman. Saya merasa paling mudah langsung meletakan satu sosok untuk tokoh saya. Seperti, ketika menggambarkan sosok dan gaya Keira saya menyimpan foto presenter Marisa Anita di computer saya, tinggi tubuhnya, cara bicaranya saya bayangkan seperti dia. Ketika menggambarkan Giras saya bayangkan bucek deep. Coba tebak, ketika saya menggambarkan Radja saya membayangkan siapa? Hehehe...
Hal itu yang saya lakukan setiap saya menggambarkan karakter. Biasanya kalau karakter pratagonis saya cari dari selebritis yang saya suka atau yang menurut saya paling pas, kalau antagonis ya sebaliknya dari sosok orang yang paling nyebelin di mata saya.
Dari sekilas-sekilas membaca status yang melintas atau diskusi sepintas, sepertinya mba Adya Pramudita penulis yang mudah 'tertekan' dalam arti tekanan-tekanan dalam penggarapan naskah, DL dan sejenisnya sehingga memberi kesan pada org awam seperti saya..sepertinya hetic sekali, nah pertanyaannya: apakah Kak Adya menulis atas dasar cinta atau karena passion saja?
Jawab :
Bukannya passion itu harus diiringi dengan cinta? Begitupun sebaliknya? Saya suka menulis setelah saya suka membaca. Dan saya mencintai untuk melakukan itu. Saya selalu mempunyai target waktu untuk setiap menulis novel, jika target itu tidak terpenuhi dengan baik, saya suka kesal sama diri sendiri. Apalagi kalau penyebabnya adalah mood atau ide yang mampet, saya suka uring-uringan sendiri.
Diskusi dan status yang dianggap oleh orang awam hectic itu sebagai pelampiasan aja sih, karena saya ga mungkin curhat sama anak anak dan suami yang enggak tahu apa apa.
Ya, saya akui saya orangnya mudah tertekan. Contoh hal meski bukan berkaitan tulis menulis ketika teman teman membahas mengapa saya setuju mengucapkan selamat natal, dan waktu itu dibahas di grup. Jujur, saya merasa tertekan dan saya deaktif facebook selama beberapa hari.
Jika karena cinta, sejauh apa anda memaknai jadi PENULIS DAN MENULIS?
Jawab:
Ini pertanyaan yang sederhana tapi susah, siapa sih yang buat?
Hahaha.... Hayo ngaku, siapa yang nanya pertanyaan di atas? FYI, pertanyaan-pertanyaan untuk Author Of The Month adalah pertanyaan-pertanyaan yang dikasih sama teman-teman di Grup BaW. Kakakmin cuma bagian mengedit, menambah-nambahi dan juga mengurang-ngurangi. Eh, jawaban pertanyaan di atas apa, Kak Adya?
Jawab :
Buat saya saat ini, menjadi penulis itu menyenangkan karena bisa dilakukan tanpa mandi dan masih bisa menemani anak-anak saya. Mempertemukan saya dengan banyak orang yang kreatif dan dermawan dalam membagi ilmu. Tak mungkin kan pekerjaan seperti itu tidak saya cintai.
Dan menulis itu satu kondisi ketika saya bisa menjadi apa saja, mengatur cerita sekehendak imajinasi saya, menghayalkan dan menuliskannya. Lalu mendapat apresiasi setelah tulisan saya dibaca orang lain. Meski responnya beragam, hal itu tetap menyenangkan.
Apa saja yang sudah Kak Adya lakukan buat promo karya Kak Adya? Supaya bisa best seller, gitu :)
Jawab:
Saya belum berpengalaman sama sekali. Jadi, sejauh ini hanya promo di FB dan Twitter dengan bantuan teman teman menshare materi promo saya. Untuk membuat kuis saja belum saya lakukan karena buku dari penerbit untuk hadiah belum tiba lagi. Mungkin, saya harus berguru pada teman teman yang lebih senior agar bisa promo di media lain.
Sekarang semakin banyak film yang diangkat dari novel. Kalau ada yang tertarik mengangkat novel Kak Adya ke layar lebar, Kak Adya pilih siapa jadi pemeran utama? Mengapa?
Jawab :
Aamiin, he he he
Waduh siapa ya, enggak mungkin kan saya sendiri. Saya enggak terlalu suka artis yang bertampang indo ya, meski Radja itu ada separuh darah Italia. Saya suka pasangan Dian Sastro dan Nicolas Saputra, tapi ketuaan ya. Duh enggak ada ide deh. Kalo Reza Rahadian filmya udah kebanyakan ya? Ya kurang lebih mereka itulah hahah
Kalau ada komentar negatif atau kritik yang sadis terhadap karya Kak Adya, apakah yg akan kak adya lakukan?
Jawab :
Kata Dewi Lestari, tugas penulis itu membaca kritikan lalu menulis lagi.
Sejauh mana kritikan itu membantu karya saya membaik, pasti akan saya pertimbangkan. Tapi kalau berniat menjatuhkan, ya buat apa dipikirin. Tapi paling nangis dan sedih sebentar, habis itu harus move on lagi. Lagi pula, ketika karya kita sudah disebar di pasar karya kita adalah milik pembaca yang bisa diapresiasi dengan beragam respon. Siap menulis dan menerbitkannya, harus siap juga dikritik. (duh ngomong kok gampang banget, smoga prakteknya gampang juga)
Menulis novel roman, sulit buat orang yang hidupnya nggak penuh cinta (ya, nggak sih? hehe). Nah, dari seluruh perjalanan hidupmu, kisah mana yang melimpahi hatimu dengan banyak cinta?
Jawab :
Punya anak, itu satu momen yang membuat saya serasa dihujani cinta. Cinta dari yang Maha Kuasa, cinta dari Suami dan keluarga, dan cinta dari anak saya ketika ia merasa membutuhkan saya.
Tapi, kenapa saya menulis romance karena suami saya enggak romantic sama sekali hehehe … dia cenderung kaku dan apa adanya. Nah, jadi berimajinasi deh dengan kata kata untuk dapat hal-hal romantic itu.
Di keluarga Kak Adya, adakah yang juga suka menulis walaupun belum nerbitin buku?
Jawab :
Tidak ada sama sekali. Penulis bukan profesi yang familier di keluarga saya. Saya orang pertama yang menerbitkan buku di keluarga besar saya.
Selain menulis, seni apa lagi yang biasa digeluti, Kak Adya? Menyanyi, melukis, membatik, memahat, atau lainnya? Soalnya terlihat Kak Adya punya bakat seni yang lumayan oke, terlihat dari cara nulisnya yg ngegelontor meski dalam wkt singkat, terbukti aktif nyetatus dan ngomen, tapi nulisnya jg kelar.
Jawab :
Saya enggak punya keahlian apapun. Benar-benar non skill. Saya hanya pernah sekolah disekolah desain fasyen tapi ternyata passion saya bukan disitu, hanya suka suka sekilas aja. Saya enggak bisa memainkan alat music apapun, meski sangat ingin. Saya hanya suka mendengarkan music, nonton film dan menyukai segala hal yang bersifat kuno. Tulisan saya enggak terlalu menggelontor kok, biasa aja. Biasa banget malah.
Gimana menumbuhkan keberanian untuk ambil setting luar negeri belum pernah ke sana? Supaya tidak takut diprotes oleh orang yang tinggal di sana kalau settingnya tidak sesuai dengan kenyataan?
Jawab:
Karena saya bertemu dengan orang yang pernah tinggal di sana. Mungkin kalau tidak, saya enggak akan berani. Apalagi di novel perdana.
Pertanyaan yang paling sering tapi paling ditunggu-tunggu jawabannya nih, Kakak. Bagaimana caranya mengatur waktu dengan baik? Antara menulis, aktif di sosmed, dan peran sebagai istri juga ibu? Biasanya Kak Adya nulisnya kapan?
Jawab:
Kalau waktu yang ideal itu tadi hanya 3 jam ketika anak yang kecil sekolah, dan sekitar 2 jam ketika menunggu suami pulang kerja sementara anak-anak sudah terlelap. Tapi waktu diantara itu seharian biasanya leptop saya menyala, jadi bisa nulis ketika anak saya tidak terlalu membutuhkan saya dan bersosmed kapan aja. Tapi, kalau lagi ada ide menulis dan harus segera dituangkan, saya dan anak anak bisa berada dalam kondisi rumah yang kacau balau, saya bisa tidak melakukan pekerjaan rumah seharian penuh. Saya ada hanya ketika anak anak butuh saya dan untuk meyiapkan makanan buat mereka. Nyapu, nyuci, nyetrika bisa dilupakan sejenak. Tapi seringkali juga menulis di Hp, jika kondisi tidak memungkinkan.
Pertanyaan pamungkas, apa pesan Kak Adya buat pembaca blog BaW?
Jawab
Jika ingin melakukan sesuatu lakukanlah dengan fokus. dengan fokus seringkali hambatan bisa kita lalui dan perjuangan tak lagi terasa melelahkan.
Okeee.... Makasih Kak Adya sudah meluangkan waktu buat bincang-bincang dengan kita. Sampai jumpa di Author Of The Month selanjutnya, InsyaAllah.
Selamat bertemu kembali dengan saya, kakamin Author of The Month. Buat teman-teman yang belum tau, kali ini saya kasih tau deh, kalau Author of The Month itu dipilih berdasarkan hasil voting di grup BaW. Jadi bukan ujug-ujug dipilih admin, loh, Kaka. Kecuali ya 3 kandidat yang divote yang dipilih admin.
Nah, untuk Author of The Month pertama di 2014 adalah kakak Adya Pramudita yang baru saja merilis novel perdananya yang berjudul Menjeda. Yuk, kita ngobrol-ngobrol bareng kakak Adya.
Halo, Kakak Adya, selamat ya buat terbitnya novel perdananya. Judulnya unik. Kenapa milih judul unik seperti itu? Darimana ide untuk judul itu? Dari kakak Adya sendiri atau dari yang lain?
Jawab:
Saya termasuk orang yang selalu kesulitan untuk menentukan judul, novel ini pun mengalami pergantian judul beberapa kali hingga akhirnya menemukan kata Menjeda. Awalnya judul naskah ini Segenggam Pasir Sejernih Telaga, tapi berasa jadul banget. Serasa novel-novel tahun 90-an. Saya kembali membaca naskah sampai habis dan bertemulah satu kata yang paling menggambarkan isi naskah ini, yaitu Menjeda. (Menjeda : membuat jeda waktu, untuk menemukan satu cinta yang paling bertalu)
Biasanya kalau Kak Adya menulis, ketemu judul dulu atau selelah cerita selesai baru dikasih judul?
Jawab :
Bermacama-macam, duh kaya novelku sudah banyak aja. Kalau Menjeda naskah dulu, judul belakangan. Bahkan beberapa jam sebelum mengirim ke penerbit. Kalau yang Pramanik, saya temukan dulu judulnya baru membuat naskahnya. Tapi beberapa kali sih ketemu judulnya dulu, meski setelah naskah selesai judul itu serasa tak cocok, ya ganti lagi.
Bisa diceritakan singkat sinopsis Menjeda?
Jawab :
Sinopsis singkatnya, duh saya paling susah untuk menggambarkan isi novel saya secara singkat. Keira dan Radja sudah berteman sejak 15 tahun lalu, awalnya mereka hanya bersahabat namun seiring berjalannya waktu Radja mengharapkan hubungan yang lebih serius. Namun Keira masih sering teringat pada sahabat kecilnya bernama Giras hingga ia tak bisa membuat keputusan apapun. Pada saat itulah Keira dan Radja menjeda hubungan mereka.
Tadi nanya ide buat judul. Sekarang ide dari novel menjeda sendiri dari mana, Kakak? Ceritain dong proses kreatifnya nulis Menjeda.
Jawab :
Ide setting karena ada teman saya pernah tinggal di kota Roma dan menceritakan betapa indah kota itu, meski saya belum mampu menggambarkan kota tersebut dengan maksimal karena khawatir keliru. Tentang ide isi ceritanya, dapat begitu aja sih. Muncul sebuah pertanyaan dalam hati saya waktu itu, “gimana ya kalau udah berteman lama, trus kita jatuh cinta sama teman kita? Gimana ya, kalau sudah terlalu lama bersama lalu mendapatkan hubungan yang terasa hambar? Sepertinya tidak bertemu beberapa lama untuk menguji cinta patut dicoba” kurang lebih begitu.
Mengapa ada adegan tinggal seapartemen dengan pria yg bukan suami nih di novel ini?
Jawab :
Saya tahu bagian ini yang pasti banyak menuai kritikan dari teman teman Baw. Tapi saya tidak menyesal menghadirkan adegan ini. Sebaliknya saya ingin memperlihatkan pada pembaca, betapa kedua tokoh itu meski tinggal dalam apartemen bersama mereka punya wilayah territorial masing-masing. Dan mereka berhasil tidak melakukan apapun yang memang belum boleh mereka lakukan. Silahkan dibaca, tak ada adegan bercinta dan kissing lip. Meski memeluk sejenak tetap ada.
Ketika menulis Menjeda, saya belum berpikir bahwa menulis itu harus menularkan pesan-pesan kebaikan, menulis ya menulis aja. Lagi pula yang saya tulis genrenya jelas, Romance Populer Dewasa, berharap pembacapun mencerna semua isi novel dengan bijak dan ‘dewasa’. Kalau pun ada pesan kebaikan dalam naskah saya, biarkan juga pembaca yang memutuskan yang mana itu.
Baru kesinian, setelah saya banyak berbincang dengan mba Shabrina, bahwa sekecil apapun pesan kebaikan itu harus tetap ada. Maka, saya memperbaiki niat menulis saya yang berpengaruh pada tulisan yang saya buat. Meski tetap saya masih berada pada jalur populer, belum percaya diri untuk menulis yang islami. Bahkan membuat tokoh perempuan saya berkerudung saja saya belum berani. Tapi bagaimanapun saya tetap anti membuat adegan interaksi laki-laki dan perempuan yang terlalu dekat itu, kecuali jika tokohnya Pasutri.
Lagi pula di Baw sudah banyak teman-teman yang menulis fiksi islami, jadi saya yang bagian fiksi popular aja dulu. Jadi satu penulis yang agak nyeleneh di Baw gak apa apa, biar seru he he he …
saya harap pembaca tidak fokus dan membicaraakan tentang adegan satu apartemen itu, karena masih banyak hal lain yang ada dalam novel ini. tapi, saya tahu orang cenderung mengingat dengan lekat bagian yang buruk dibandingkan yang baik
Kalau untuk cover Menjeda, milih sendiri atau langsung jadi dari penerbit?
Jawab :
Awalnya penerbit memberikan sekitar 4 cover, namun tak ada satupun yang menggambarkan isi naskah. Lalu saya cari gambar yang saya suka, diperlihatkan pada editor. Lalu mereka membuat cover yang sekarang jadi itu, dan saya langsung setuju. Covernya bagus kan? He he he … meski banyak orang bilang mirip nover-novel dari satu penerbit lain. Bagaimanapun zaman sekarang ide tak ada yang original, tho?
Cover Menjeda. Temukan di toko buku kesayangan anda. |
Bagaimana cara mencari info sehingga hal-hal yang berkaitan dengan informasi di novel ini terasa hidup dan nyata ?
Jawab :
Untuk setting Bogor dan Bandung, ga ada masalah karena saya tinggal dan pernah tinggal di dua kota itu. Untuk kota Roma, saya punya teman yang pernah tinggal di sana, sambil nyari info di internet. Untuk fashion designer, sebelumnya saya bekerja di perusahaan fashion. Untuk olah raga outdoor, saya pernah berarung jeram dan beberapa kali menonton Oom saya berparalayang. Lainnya cari info di internet, lalu coba merasa rasakannya dengan imajinasi.
Kak Adya, gimana sih bisa nulis sepanjang itu? Apa triknya bisa menulis dengan nafas yang panjang. Menulis novel kan butuh nafas panjang. Gimana menjaga semangat supaya bisa rampung dan mengatasi rasa jenuh juga bosan dan kebuntuan?
Jawab:
Nafas saya Enggak panjang juga sih, buktinya saya butuh waktu berbulan bulan untuk menyelesaikan satu naskah. Sejak awal focus saya satu, MENULIS NOVEL SAMPAI SELESAI. Makanya saya gak pernah ikutan antologi manapun, gak pernah ikutan lomba-lomba seperti resensi, Blog dan lain-lain. Bahkan GA teman teman pun saya nyaris tak sempat ikutan. Jenis lomba yang saya ikuti hanya lomba novel, meski sekarang udah enggak lagi, dan lomba-lomba audisi yang biasanya hadiahnya bisa belajar sama penulis terkenal. Tapi lomba seperti itu sangat jarang sekali.
Menjaga semangat supaya bisa rampung ya FOKUS aja sih, enggak tergiur nulis yang lain-lain. Mengatasi rasa jenuh dan mengusir kebuntuan saya biasanya tidur, baca buku tema apa aja, enggak harus sama dengan yang sedang saya tulis. Dan satu yang paling mujarab. Ngegalau di sosmed hahaha … dan berdiskusi dengan orang yang paling bisa menyulut semangat saya. Dan membiarkan naskah beberapa hari untuk nanti dibaca ulang.
Kak Adya juga berhasil lolos di audisi antitesa yang diadakan penulis tenar. Dan bocorannya nih, di sana kak Adya nulis novel sejarah. Bagaimana risetnya buat nulis novel sejarah?
Jawab:
Mengikuti Antitesa itu antara nekad dan tekad. Di Menjeda ada embrio cerita yang saya kembangkan menjadi novel Pramanik.
Risetnya, hmmm hal itu bagian yang paling sulit dari menulis novel. Alhamdulillah, mba Yeni Afifah Afra meminjamkan buku-buku kerennya untuk bahan riset. Ada juga mba Ade Anita dan teh Linda Satibi yang meminjamkan buku-buku fiksi sejarah, Saya baca buku-buku Pramudia Ananta Toer, dan buku-buku klasik yang saya beli di toko buku loak juga.
Kalau dikilo sepertinya 10 kg buku yang menemani saya menulis Pramanik. Saya tenggelam ke dalam diksi dan situasi kejadulan. Tapi saya juga menghindari hal-hal yang belum saya kuasai secara sempurna. Ketika mencoba search di internet, saya menemukan juga beberapa web atau blog yang menceritakan situasi dan kisah-kisah awal abad 19 di Hindia.
Apa Kak Adya kalau nulis harus dalam kondisi khusus, misal saat hening kah, saat tengah malam buta atau bagaimana?
Jawab :
Tentu menulis dalam keheningan lebih membuat nyaman, tapi menemukan kondisi itu buat ibu rumah tangga full seperti saya jarang sekali. Kecuali 3 jam ketika anak yang kecil sekolah atau 2 jam setelah anak anak tidur dan suami belum pulang bekerja.
Jadi, ketika ada ide saya bisa menulis dalam kondisi apapun. Beberapa bab terakhir Pramanik saya tulis dari Hp ketika di angkot, di kereta, ketika rapat orang tua bahkan ketika menghadiri akikah anak tetangga :D
Adakah keingnan untuk mencoba nulis nonfiksi? Genre anak-anak atau lainnya?
Jawab :
Sampai saat ini saya masih berusaha bisa selesai jika memulai membaca buku non fiksi, jadi sepertinya tak mungkin bagi saya menulis non fiksi.
Tapi untuk buku anak, ya impian saya berikutnya adalah menulis buku anak. Saya punya beberapa draf cerita anak, sebagian sudah ditolak penerbit. Sebagian belum PD buat mengirim lagi. Saya masih harus banyak belajar untuk mencuri hati anak-anak dengan cerita saya.
Bagaimana pendapat Kak Adya tentang ebook? Seandainya buku Kak Adya diterbitkan hanya versi ebook-nya aja, piye?
Jawab :
Saya tipe yang tidak bisa membaca ebook lama-lama sih, tapi kalau ada yang mau menerbitkan naskah saya hanya di ebook saya sih enggak masalah asalkan aturan pembelian dan tanpa pembajakannya jelas.
Gimana cara menjaga kekonsistenan karakter tokohnya, biar ngga terkesan plinplan gitu kecuali emang karakternya plinplan?
Jawab :
Karakter Keira memang saya buat agak plin-plan dan bingungan. Alter ego saya keluar ketika menulis Keira.
Saya belum pernah mempraktekan membuat biodata tokoh saya secara lengkap seperti tips tips dari teman teman. Saya merasa paling mudah langsung meletakan satu sosok untuk tokoh saya. Seperti, ketika menggambarkan sosok dan gaya Keira saya menyimpan foto presenter Marisa Anita di computer saya, tinggi tubuhnya, cara bicaranya saya bayangkan seperti dia. Ketika menggambarkan Giras saya bayangkan bucek deep. Coba tebak, ketika saya menggambarkan Radja saya membayangkan siapa? Hehehe...
Hal itu yang saya lakukan setiap saya menggambarkan karakter. Biasanya kalau karakter pratagonis saya cari dari selebritis yang saya suka atau yang menurut saya paling pas, kalau antagonis ya sebaliknya dari sosok orang yang paling nyebelin di mata saya.
Dari sekilas-sekilas membaca status yang melintas atau diskusi sepintas, sepertinya mba Adya Pramudita penulis yang mudah 'tertekan' dalam arti tekanan-tekanan dalam penggarapan naskah, DL dan sejenisnya sehingga memberi kesan pada org awam seperti saya..sepertinya hetic sekali, nah pertanyaannya: apakah Kak Adya menulis atas dasar cinta atau karena passion saja?
Jawab :
Bukannya passion itu harus diiringi dengan cinta? Begitupun sebaliknya? Saya suka menulis setelah saya suka membaca. Dan saya mencintai untuk melakukan itu. Saya selalu mempunyai target waktu untuk setiap menulis novel, jika target itu tidak terpenuhi dengan baik, saya suka kesal sama diri sendiri. Apalagi kalau penyebabnya adalah mood atau ide yang mampet, saya suka uring-uringan sendiri.
Diskusi dan status yang dianggap oleh orang awam hectic itu sebagai pelampiasan aja sih, karena saya ga mungkin curhat sama anak anak dan suami yang enggak tahu apa apa.
Ya, saya akui saya orangnya mudah tertekan. Contoh hal meski bukan berkaitan tulis menulis ketika teman teman membahas mengapa saya setuju mengucapkan selamat natal, dan waktu itu dibahas di grup. Jujur, saya merasa tertekan dan saya deaktif facebook selama beberapa hari.
Jika karena cinta, sejauh apa anda memaknai jadi PENULIS DAN MENULIS?
Jawab:
Ini pertanyaan yang sederhana tapi susah, siapa sih yang buat?
Hahaha.... Hayo ngaku, siapa yang nanya pertanyaan di atas? FYI, pertanyaan-pertanyaan untuk Author Of The Month adalah pertanyaan-pertanyaan yang dikasih sama teman-teman di Grup BaW. Kakakmin cuma bagian mengedit, menambah-nambahi dan juga mengurang-ngurangi. Eh, jawaban pertanyaan di atas apa, Kak Adya?
Jawab :
Buat saya saat ini, menjadi penulis itu menyenangkan karena bisa dilakukan tanpa mandi dan masih bisa menemani anak-anak saya. Mempertemukan saya dengan banyak orang yang kreatif dan dermawan dalam membagi ilmu. Tak mungkin kan pekerjaan seperti itu tidak saya cintai.
Dan menulis itu satu kondisi ketika saya bisa menjadi apa saja, mengatur cerita sekehendak imajinasi saya, menghayalkan dan menuliskannya. Lalu mendapat apresiasi setelah tulisan saya dibaca orang lain. Meski responnya beragam, hal itu tetap menyenangkan.
Apa saja yang sudah Kak Adya lakukan buat promo karya Kak Adya? Supaya bisa best seller, gitu :)
Jawab:
Saya belum berpengalaman sama sekali. Jadi, sejauh ini hanya promo di FB dan Twitter dengan bantuan teman teman menshare materi promo saya. Untuk membuat kuis saja belum saya lakukan karena buku dari penerbit untuk hadiah belum tiba lagi. Mungkin, saya harus berguru pada teman teman yang lebih senior agar bisa promo di media lain.
Sekarang semakin banyak film yang diangkat dari novel. Kalau ada yang tertarik mengangkat novel Kak Adya ke layar lebar, Kak Adya pilih siapa jadi pemeran utama? Mengapa?
Jawab :
Aamiin, he he he
Waduh siapa ya, enggak mungkin kan saya sendiri. Saya enggak terlalu suka artis yang bertampang indo ya, meski Radja itu ada separuh darah Italia. Saya suka pasangan Dian Sastro dan Nicolas Saputra, tapi ketuaan ya. Duh enggak ada ide deh. Kalo Reza Rahadian filmya udah kebanyakan ya? Ya kurang lebih mereka itulah hahah
Kalau ada komentar negatif atau kritik yang sadis terhadap karya Kak Adya, apakah yg akan kak adya lakukan?
Jawab :
Kata Dewi Lestari, tugas penulis itu membaca kritikan lalu menulis lagi.
Sejauh mana kritikan itu membantu karya saya membaik, pasti akan saya pertimbangkan. Tapi kalau berniat menjatuhkan, ya buat apa dipikirin. Tapi paling nangis dan sedih sebentar, habis itu harus move on lagi. Lagi pula, ketika karya kita sudah disebar di pasar karya kita adalah milik pembaca yang bisa diapresiasi dengan beragam respon. Siap menulis dan menerbitkannya, harus siap juga dikritik. (duh ngomong kok gampang banget, smoga prakteknya gampang juga)
Menulis novel roman, sulit buat orang yang hidupnya nggak penuh cinta (ya, nggak sih? hehe). Nah, dari seluruh perjalanan hidupmu, kisah mana yang melimpahi hatimu dengan banyak cinta?
Jawab :
Punya anak, itu satu momen yang membuat saya serasa dihujani cinta. Cinta dari yang Maha Kuasa, cinta dari Suami dan keluarga, dan cinta dari anak saya ketika ia merasa membutuhkan saya.
Tapi, kenapa saya menulis romance karena suami saya enggak romantic sama sekali hehehe … dia cenderung kaku dan apa adanya. Nah, jadi berimajinasi deh dengan kata kata untuk dapat hal-hal romantic itu.
Di keluarga Kak Adya, adakah yang juga suka menulis walaupun belum nerbitin buku?
Jawab :
Tidak ada sama sekali. Penulis bukan profesi yang familier di keluarga saya. Saya orang pertama yang menerbitkan buku di keluarga besar saya.
Selain menulis, seni apa lagi yang biasa digeluti, Kak Adya? Menyanyi, melukis, membatik, memahat, atau lainnya? Soalnya terlihat Kak Adya punya bakat seni yang lumayan oke, terlihat dari cara nulisnya yg ngegelontor meski dalam wkt singkat, terbukti aktif nyetatus dan ngomen, tapi nulisnya jg kelar.
Jawab :
Saya enggak punya keahlian apapun. Benar-benar non skill. Saya hanya pernah sekolah disekolah desain fasyen tapi ternyata passion saya bukan disitu, hanya suka suka sekilas aja. Saya enggak bisa memainkan alat music apapun, meski sangat ingin. Saya hanya suka mendengarkan music, nonton film dan menyukai segala hal yang bersifat kuno. Tulisan saya enggak terlalu menggelontor kok, biasa aja. Biasa banget malah.
Gimana menumbuhkan keberanian untuk ambil setting luar negeri belum pernah ke sana? Supaya tidak takut diprotes oleh orang yang tinggal di sana kalau settingnya tidak sesuai dengan kenyataan?
Jawab:
Karena saya bertemu dengan orang yang pernah tinggal di sana. Mungkin kalau tidak, saya enggak akan berani. Apalagi di novel perdana.
Pertanyaan yang paling sering tapi paling ditunggu-tunggu jawabannya nih, Kakak. Bagaimana caranya mengatur waktu dengan baik? Antara menulis, aktif di sosmed, dan peran sebagai istri juga ibu? Biasanya Kak Adya nulisnya kapan?
Jawab:
Kalau waktu yang ideal itu tadi hanya 3 jam ketika anak yang kecil sekolah, dan sekitar 2 jam ketika menunggu suami pulang kerja sementara anak-anak sudah terlelap. Tapi waktu diantara itu seharian biasanya leptop saya menyala, jadi bisa nulis ketika anak saya tidak terlalu membutuhkan saya dan bersosmed kapan aja. Tapi, kalau lagi ada ide menulis dan harus segera dituangkan, saya dan anak anak bisa berada dalam kondisi rumah yang kacau balau, saya bisa tidak melakukan pekerjaan rumah seharian penuh. Saya ada hanya ketika anak anak butuh saya dan untuk meyiapkan makanan buat mereka. Nyapu, nyuci, nyetrika bisa dilupakan sejenak. Tapi seringkali juga menulis di Hp, jika kondisi tidak memungkinkan.
Pertanyaan pamungkas, apa pesan Kak Adya buat pembaca blog BaW?
Jawab
Jika ingin melakukan sesuatu lakukanlah dengan fokus. dengan fokus seringkali hambatan bisa kita lalui dan perjuangan tak lagi terasa melelahkan.
Kak Adya Pramudita |
Okeee.... Makasih Kak Adya sudah meluangkan waktu buat bincang-bincang dengan kita. Sampai jumpa di Author Of The Month selanjutnya, InsyaAllah.
Buat teman-teman yang mau novel Menjeda karya dari kak Adya Pramudita. Ada 1 buku gratis untuk kamu untuk 1 pemenang.
Syaratnya:
- Follow blog ini.
- Follow twitter @BAWCommunity
- Tweet kalimat ini "Saya mau novel #menjeda karya Adya Pramudita @adya_story dari @BAWCommunity". Jangan lupa di twit kamu tetap sertakan link postingan wawancara ini.
- Komen di kolom komentar postingan ini berupa: nama dan akun twitter.
- Ditunggu sampai tanggal 10 Februari 2014
- Ikuti terus program Author of The Month berikutnya dan dapatkanbuku-buku terbaru dari para penulis BAW.
ahhh senanngnya melihat pertanyaanku dijawab sama mbak Tuti, jadi semangat munculin karakter tokoh, mmmm... membayangkan artis mana yaa??? #pejammata
ReplyDeletejangan ngebayangin reza rahadian, kuota nya udah abis akakkaka
Deletewkwkkwkkwk*tertawa sama pertanyaan: SIAPA SIH YANG BUAT...ehmmmm, kira-kira siapa tuh yang buat pertanyaanya:P
ReplyDeleteSo Selamat mba Tuti, terus menulis dengan cintah
mbak Eni ya? xixixixi
DeleteBismillaah.... semoga dapet bukunya.. aamiin...^^
ReplyDeleteNama: Yulita Widya Ningsih
Twitter: @yulitawidya
aamiin
DeleteSelamat buat jwng Tuti, akhirnya bertelor juga. Aku udah baca bukunya. Sebagai buku debutan pertama bisa dibilang bagus. Ceritanya manis, nggak bikin mumet ^^
ReplyDeleteterimakasih mba Ika, smoga sempat bikin reviewnya ya :)
DeletePengen deh baca bukunya, sip aq catet mbak, fokus, aih tapi saya sering tergoda :(
ReplyDeleteIkutan kuisnya juga yah
Nama: Esti Sulistyawan
Twitter: @estisulistyawan
yesss just FOKUS, enggak susah kok.
DeleteSetuju: cover keren, judul keren.
ReplyDeleteSetuju dengan cara membahasakan hubungan laki2 dan perempuan. Semoga semakin banyak penulis seperti mbak Tuti dan teman2 BaW :)
terimakasih mba niar
DeleteSelamaaatt yaa..
ReplyDeleteaiih.. gimana rasanya Nti, menghadapi banyak pertanyaan kayak gitu? serasa jumpa fans yak.. ? haha..
Tambah sukses yaa.. nanti Pramanik dan adik2nya yg lain..
ketawa ketawa aja, kaya mimpi. aiiih siapa gue gitu lhooo ditanya tanya, tapi seruuu.
Deleteaamiiin untuk doanya. nuhuuun teteh
Selamat ya Tuti... covernya kereeennn
ReplyDeleteterimakasih banyak mba ade
Deletehihi sukses jawab smua pertanyaannya.. lega ya :)
ReplyDeleteikut ah kuisnya siapa tau dewa fortuna mau memelukku hehe..
semoga menang ya
Deleteoh ya syarat kuis..
ReplyDeletenama : Aris Sayyidatul Ilmi
akun twitter : @bintaalmamba
kovenya maniiisss....barakallah mb tuti atas kelahiran novel perrdananya moga terus mlahirkan karya yg semakin berkah ke depannya
ReplyDeleteaamiin terimakasih doanya mba sarah
DeleteKak aku ikut berpartisipasi ya.
ReplyDeleteNama anik
Twitter @anik_nuraeni
terimakasih :)
Deleteyang ngebuat menarik itu covernya :D apalagi desain sendiri :D
ReplyDeletepenasaran penggambaran ROMA :D
sukses ya Kak <3 sukses juga unttuk BAW Indonesia
Nama : Nyi PenengahD
twit @NyiPeDe
nyi nyi aku ga bikin desain kaver sendiri, hanya dikasih kesempatan milih sama ngeliatin gambar yg aku suka aja.
Deletemakasih ya. sukses buatmu juga :)
Semoga membawa kebaikan dan menyusul adik-adik Menjeda.:)
ReplyDeleteaamiiin, terimakasih, mba
DeleteSelamat ya kakak Adya.... smg sukses di menjeda ini dan juga pramanik nya.
ReplyDelete"keep focus...." ok..noted!!
aamiiin terimakasih banyak mba
DeleteSelamat ya kakak Adya.... smg sukses di menjeda ini dan juga pramanik nya.
ReplyDelete"keep focus...." ok..noted!!
udah ikutan kuisnya horeeeyyy..pertama kali ikutan kis dari baw heheheh...
ReplyDeletenama : Nur Aliah Saparida
twitter : @widhie_ndutty
Selamat ya Mbak Adya, saya suka covernya...:)
ReplyDeleteEh iya, saya mau ikutan kuisnya.
Nama : Nurin Ainistikmalia
Twitter: @Istikmalia
Akhirnya, lahiran juga. Tahniah, tahniah...
ReplyDeleteMoga jadi anak sholehah ya, kak Adya #eeh :)
Ikut kuisnya, ah.
Neida Camelia
@JustNeida
Eh iya, saya mau ikutan kuisnya.
ReplyDeleteNama : eni martini
Twitter: @duniaeni
ikutan kuisnya
ReplyDeleteNama: Khairiah
Twitter:@HarieKhairiah
ini kaya baca wawancara di bobo sm kak seto... wakakakakakaka
ReplyDeletehuah covernya emang menggoda untuk dicicipi :v
ReplyDeleteudah ikutan ya mbak
Nama: Amelia Aura
Twitter: @meliarawr
ikut yaaa
ReplyDeletenama: kanianingsih
Twitter: @kanianingsih
Saya ikuuuut juga kuisnya :D :D
ReplyDeleteNama : Hairi Yanti
twitter : @yant165
Bismillah, ikutan kuis nya juga ya mbak....:)
ReplyDeleteAsliii, tergoda dari judul, cover dan cuplikan isi nya
Nama : Siti Sofiah
twitter : @mbokeanak2
Keren, selamat mbak Tuti! Keep writing, btw ikut meramaikan quiz-nya yaa
ReplyDeletenama : Vsdini
akun twitter : @vsdini
keren mba :)
ReplyDeletekeren sis
ReplyDeletebagus sekali mba :)
ReplyDeleteKeren infonya :)
ReplyDelete