Tentang surat BAW aku
tak tahu harus menuliskan tentang apa dan untuk siapa. Saking bingungnya, atau
saking tak punya daya keakraban kuat? Kalau akrab tentu saja ada yang akrab.
Kalau bingung tentu saja bingung. Karena kuantiti laki-laki di sini sangat
terbatas dan mungkin sangat mahal--lebih tepatnya jual mahal. Yang akan saya
sebut tak jauh-jauh apa yang sudah dikatakan dan ditulis oleh tante-tante
sebelumnya. Atau aku tak usah menyebutnya? Ah, tak usahlah. Aku cari titik
aman, bisa-bisa saya nanti disomasi karena melakukkan pembunuhan karakter
terhadap tokoh-tokoh pembesar di sini. Dimejahijaukan atau diKUAkan? Ok, yang
terakhir abaikan dan anggap saja iklan sosis atau pidatonya pak ARB yang
panjang dan nggak penting.
Di sini adalah forum
dilarang diam. Cerewet adalah syarat mutlak untuk menjadi siswa BAW, School of
Writing Tresno Jalaran Soko Kulino. Kalau kamu ibu-ibu rumah tangga yang
pendiam dilarang diam, namun kalau punya niat kuat untuk menulis silakan
berlatih cerewet atau silakan rajin memantau dan komentar, jangan hanya
meninggalkan jempol karena bisa jadi jempolmu tak steril. Silakan cerewet asal
tak melanggar norma agama dan melanggar UUD 1945. Cerewet di sini bukan dari
mulutmu namun dari jemari tanganmu agar terbiasa berpikir dan peka terhadap
sekitar. Misal, ketika hape suamimu ketinggalan dan ada orang Singapore nelpon
dan nggak berani ngangkat, kamu boleh menuliskannya. Siapa tahu jadi ide untuk
menulis cerpen dengan judul "Ketika Panggilan Menyapa dalam Klik".
Mari cerewet dan lihatlah sekitar atau kalau kata Aa Gym, tips menghadapi
masalah adalah: Hadapi, Hayati dan Nikmati. Nah, karena kamu calon penulis,
tolong tambahkan satu lagi: Tulis dalam Diary.
Di atas aku sering
menyebut kata ibu-ibu rumah tangga karena mayoritas di sini adalah IRT. Ada
juga para calon ibu. Aku laki-laki dan masih ada...beberapa laki-laki di sini.
Ada Andrie Husein yang asik dengan dunia Galileo Galilei, Arul Candra alias
Muhammad (terusannya aku lupa, aku sedikit ilfeel dengan nama lanjutannya yang
perpaduan bahasa suku maya dan suku nyata seperti luwing yang diikat dengan
ranting bambu untuk lepet) yang sudah mencipta novel dengan ketebalan
halamannya seperti bantal dikosanku. Mas LaksamanaYudha Citra Handika yang jago
statistik (terang saja, ia jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang tak jauh
dari terminal Kampung Melayu), Arya Aditya yang menghilang ditelan pernikahan,
Mas Cowie (yang masih kukira dia dulu adalah perempuan) siapa lagi, tolong
tambahkan.
Di sini kamu akan
mengalami kebosanan. Bosan karena tak jua segera move on. Tak segera mencipta
karya jika hanya melongo saja. Di sini updatenya cepat sekali. Kadang akan
dibuat kelimpungan, baca yang mana dulu, yang dimention atau yang menarik hati.
Abaikan saja, nunggu suasana hati datang. Habis itu, silakan dihabiskan.
Sampai saat ini, aku
belum pernah ketemu siapapun orang-orang di sini. Waktu kopdar bisa saja hadir,
namun di sana aku tak mau jadi pusat perhatian atau paling sadis akan menjadi
pangeran yang membawa belanjaan ibu-ibu.
Dari BAW, yang
kudapatkan adalah kelas yang komunikatif dan informatif, ini bisa menaikkan
elektabilitasku sebagai seorang penulis. Kekadang tak bersahabat sama diri
sendiri karena belum bertelur. Hanya puyuh-puyuh kecil berupa cerpen dan essai.
Hingga dapat tamparan dari kakak alumni: wajah novelis kok nulisnya fiksi mini!
Muhammad Sholich Mubarok (Fb)
November 20, 2012 at 1:20am
:) bahasanya renyah!
ReplyDelete