Friday, April 19, 2013

[Resensi Buku] Anak Semua Bangsa



Judul Novel : Anak Semua Bangsa
Penulis : Pramudia Ananta Toer

Buku setebal 535 halaman ini mengambil pov ‘aku’ sebagai Raden Mas Minke. Dia salah satu pemuda pribumi yang terpelajar dan menulis dalam bahasa Belanda tentang upaya-upaya masyarakat dalam melawan kolonial, tentang kebangkitan di masa peralihan dari abad 19 menuju abad 20 yang dimuat di surat kabar pada masa itu. dengan setting kota Soerabia.

Meski ditulis dengan pov ‘aku’ buku ini mengisahkan banyak peristiwa yang tidak dialami si tokoh Minke. Seperti ada cerita di dalam cerita. Yang dikisahkan melalui orang ke tiga, atau dikisahkan oleh orang ke tiga. Atau sebagai bahan tulisan Minke sendiri, dari wawancara-wawancaranya. – sedikit tips : tehnik seperti ini bisa kita gunakan dalam tulisan kita supaya tulisan tidak terlalu monoton dan kaku, sedikitnya itu stuktur yang saya dapat.

Minke harus kehilangan Annelies istrinya, wanita peranankan Belanda yang harus dipulangkan ke Belanda karena masalah perwalian. Dan Annelies wafat di negara asal para penjajah tersebut. Minke tinggal bersama ibu mertuanya bernama Nyai Ontosoroh, seorang pengusaha wanita yang akan kehilangan perusahaannya karena diambil alih oleh anak tirinya. Sebelumnya Nyai Ontosoroh adalah istri/ gundik dari Robert Melema, seorang pejabat pabrik gula. Bukan karena ia istri pejabat gubermen yang membuatnya jadi wanita pengusaha yang tangguh. Tapi karena keuletan dan kegigihannya sendiri dalam membangun usaha tersebut. Kisah tentang Ontosoroh sendiri menjadi daya tarik utama dalam novel ini. di mana dahulu ia dijual oleh ayahnya sendiri pada totok Belanda yang menjadi suaminya.

Sejarah berulang, kemenakan Nyai Ontosoroh yang bernama Surati hendak dijadikan gundik oleh administratur pabrik gula dengan sebutan Plikemboh, yang tampang dan perangainya amat menjijikan. Namun Surati melawan dengan caranya. Sebelum ia menemui lelaki yang menginginkan dirinya, ia datangi sebuah kampung yang sedang di serang wabah cacar, kampung yang akan dimusnahkan beserta korban-korban cacar yang bergelimpangan. (seperti di film Ebola, sebuah kota yang akan dibumihanguskan karena virus Ebola).  Surati mebiarkan tubuhnya dijangkiti Cacar, kemudian ia mendatangi  Plikemboh dan menularkan penyakit cacar kepada pria tersebut.  Surati  kehilangan kecantikannya, tubuhnya bopeng-bopeng terkena cacar demi menumpas pria yang menjadi ketakutan bagi dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.

Juga kisah tentang petani gula yang lahannya disewa paksa oleh pabrik gula, juga tentang kerja rodi rakyat yang tidak memilik lahan. –cerita-cerita tragis dan mengiris-

Minke sendiri dikisahkan mengalami krisis dalam dirinya, dimana ia merasa berjuang untuk bangsa dengan menulis dalam Belanda namun ternyata itu tidak cukup. Hingga seorang temannya meminta ia untuk menulis dalam Melayu dan menuduh Minke tidak mengenal bangsa dan negaranya dengan baik. Ketika melakukan perjalanan bersama ibu mertuanya itulah Minke mengenal bangsanya lebih dekat. Mengetahui nestapa demi nestapa yang dialami bangsanya akibat keberadaan kolonial Belanda di Indonesia.

Minke digambarkan sebagai pria yang berbudi baik pada sesama ataupun pada orang-orang dengan strata lebih rendah dengannya. Di mana pada masa itu pembagian golongan sangatlah kentara. Seperti biasa Pramudia menggunakan diksi-diksi yang unik, jarang kita jumpai. Yang kadang bikin saya ketawa sendiri saking anehnya atau berdecak kagum karena luar biasa indahnya.

Katanya sih ini termasuk salah satu roman sejarah, tapi bahasanya enggak mendayu-dayu. Pas sesuai dengan keadaan, diksi-diksi yang menunjang pada setiap adegan. Sekian dulu ya, nanti disambung lagi kalau bukunya sudah selesai saya baca....he he he. Selamat malam.. ^_^

10 comments:

  1. eh jadi belum selesai baca? tapi pemaparannya sudah lengkap, seperti telah menyelesaikan bukunya. tetapi menurut saya, lebih baik untuk bagian awal diulas dulu tentang sinopsi, baru kesan pembaca ^^

    ReplyDelete
  2. biar g dinikahin sampe buat badan kena cacar... wanita. buku dg halaman sgitu bnyknya mupeng deh bacanya, semanga!

    ReplyDelete
    Replies
    1. buku ini tetralogi jadi masih banyak cerita miris lainnya. wajah bangsa kita dalam rupa yang mengenaskan :(

      Delete
  3. serial ini udah langka banget ya! padahal aku penasaran setengah mati pengen baca >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih ada kok mba, di gramedia juga ada. sudah jadi buku klasik. tapi memang harganya cukup menguras kantong he he ... tips aja kalau di Bandung ada yang namanya pertokoan buku buku Palasari di sana bisa dapat diskon sampe 30 persen

      Delete
  4. aku baru baca yg bumi manusia, belum nemu yg selanjutnya :(
    kaget bgt baca kalimat terakhir hehe... pemaparan oke seperti udah baca semua halaman :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. setiap buku dari Pramudia punya greget tersendiri. terimakasih

      Delete
  5. baru baca yang Bumi Manusia,, makin penasaran mau lanjtu yang berikutnya,, tapi kok mati ya si cantik Annelies.. :-(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba, Annelies begitu rapuh. Pramudia sukses membuat karakter yang bertolak belakang antara anelis dan ibunya :)

      Delete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)