Monday, April 29, 2013

[Diary Day] Kenangan Macam Apa yang Akan Kita Wariskan?

By: Mugniar Marakama
Sumber: dakwatuna.com
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.Tentu itulah yang pertama kali kita ucapkan saat mendengar kabar Uje (ustadz Jefri) meninggal dua hari yang lalu. Selanjutnya saya tahu, semua stasiun TV pasti menayangkan serba-serbi Uje. Saya sendiri jarang nonton TV, karena satu dan lain hal. Amat jarang malah.Banyak status facebook yang turut mendo’akan Uje dan menuliskan bermacam hal terkait berita kematiannya. Di BB juga, konon membincangkan Uje. Beberapa blogger juga menulis tentangnya, setidaknya mengingatkan diri pemilik blog sendiri dan pembacanya tentang kematian yang bisa saja datang secara mengejutkan.
Si sulung Affiq dan papanya shalat Jum’at di masjid al Markaz al Islami. Affiq heran, di masjid yang bisa menghimpun ribuan jama’ah itu, orang shalat jenazah sesudah shalat Jum’at. “Mana mayatnya?” ia bertanya-tanya. Shalat ghaib, Nak. Itu untuk jenazah yang jauh. Masya Allah, di sini saya tercenung. Bukan hanya di tempat Uje disemayamkan saja ia dishalati, tetapi juga di sebuah masjid besar di kota ini.


Sumber: http://showbiz.liputan6.com/
Insya Allah ada banyak kemulian buat Uje. Begitu banyak orang yang mendo’akannya!Tadi malam melalui siaran TV, di acara tahlilan. Dan tadi pagi, saya sempat melihat Pipik – istri Uje diwawancarai. Kembali saya tercenung dan terharu. Uje mewariskan begitu banyak kesan dan kenangan manis nan mendalam kepada istri tercintanya.Umi bangga bersuamikan Abi. Itu salah satu kalimat Pipik di hadapan jenazah suaminya.

Kalau Abi masuk surga terus di dalam surga tidak ada orangtua Abi. Abi akan keluar, bertanya sama Allah, “Mana orangtuaku ya Allah? Kenapa tidak ada di sini?” Dan Abi akan mencari orangtua Abi, di mana mereka berada. Abi tidak mau masuk surga kalau tidak ada orangtua Abi.Kalau Abi masuk surga terus di dalam surga tidak ada anak-anak Abi. Abi akan keluar, bertanya sama Allah, “Mana anak-anakku ya Allah? Kenapa tidak ada di sini?” Dan Abi akan mencari anak-anak Abi, di mana mereka berada. Abi tidak mau masuk surga kalau tidak ada anak-anak Abi.Kalau Abi masuk surga terus di dalam surga tidak ada istri Abi. Abi akan keluar, bertanya sama Allah, “Mana istriku ya Allah? Kenapa tidak ada di sini?” Dan Abi akan mencari istri Abi, di mana ia berada. Abi tidak mau masuk surga kalau tidak ada istri Abi.Itu kata-kata yang masih amat membekas di hati Pipik. “Beliau orang yang mementingkan orang lain. Tidak mementingkan dirinya sendiri,” kenangnya.



Uje mewariskan kenangan indah seumur hidup kepada istri tercinta
Sumber: foto.inilah.com
Seperti pula Rasulullah. Menjelang kematiannya Rasulullah memikirkan ummatnya, akan bagaimanakah setelah kepergiannya.Beragam “tanda” dijejakkan Uje menjelang kepergiannya, baru disadari oleh Pipik. Termasuk bahwa Pipik harus bisa membesarkan anak-anak mereka tanpa suami karena para lelaki dari garis keturunan Uje meninggal di usia muda. Bermacam kenangan manis begitu melekat pada hati Pipik. Tiga belas tahun amat cukup baginya untuk mengatakan Uje adalah suami yang baik, suami yang shalih.Uje mewariskan kenangan indah pada istrinya dan tentu juga pada anak-anaknya. Warisan yang pasti membuat para ahli warisnya itu mendo’akannya dengan teramat tulus. Masya Allah, amal jariyah yang amat besar bagi Uje.Saya masih ingat melihat Uje di layar kaca. Sudah lama, sepertinya waktu itu Athifah belum lahir (Athifah lahir September 2006). Ketika itu ia belum akrab dengan sebutan Uje pun belum kondang sebagai ustadz. Sebuah pengakuan dosa dituturkan Uje. Rentetan dosa yang pernah dilakukannya, diucapkannya dengan amat jujur dalam tangis penyesalannya. Diiringi dengan harapan untuk menjadi orang yang lebih baik. Saya terkesiap. Butuh jiwa yang amat besar untuk bertobat dari dosa-dosa besar itu, apa lagi untuk mengakuinya di depan kamera televisi.
Hari ini, ada banyak cerita tentang Uje. Ada banyak kesan tentang Uje. Tapi yang amat membekas bagi saya dan membuat saya merenung adalah bila maut menjemput kita seperti dia menjemput Uje, kenangan macam apakah yang kelak akan kita wariskan pada pasangan hidup kita?Kepada orang yang kelak persaksiannya pasti besar pengaruhnya dalam menentukan surga atau neraka bagi kita? Apakah ia pasangan dunia-akhirat (surga) kita atau hanya pasangan di dunia? Apakah ia akan terus menceritakan kebaikan-kebaikan kita ataukah menolak bicara tentang kita?
Lalu, bila maut menjemput kita seperti dia menjemput Uje, kenangan macam apakah yang kelak akan kita wariskan pada anak-anak kita? Kepada mereka yang do’a-do’anya akan menolong kita dalam masa penantian panjang di alam kubur? Apakah kita menimbulkan kesan mendalam nan indah di hati mereka ataukah kebencian yang tak terperi?
Makassar, 28 April 2013


4 comments:

  1. Subahanallah.. sangat membekas di hati.

    Semoga orang mengingat kita dalam kebaikan.. Amin ^^

    ReplyDelete
  2. org baik itu cpt sekali meninggalnya, lalu kita golongan apa?

    ReplyDelete
  3. org baik itu cpt sekali meninggalnya, lalu kita golongan apa?

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)