Friday, April 19, 2013

[Resensi Buku] Da Conspiração (De Winst #3)

by: An Maharani Bluepen

Judul : Da Conspiracao
Penulis : Afifah Afra
Penerbit : Afra Publishing
Tahun : November 2012
Halaman : 632 hlm; 20 cm

Dari novel, pembaca bisa memetik pesan/ hikmah yang tersirat. Entah dari perjalanan tokohnya ataupun skema cerita yang dibangun oleh penulis, pembaca mungkin akan bertanya-tanya apa makna dari novel yang dibacanya. Pertama kali membaca novel Da Conspiracao, trilogi dari De Winst, lantas membuat saya tertegun. Begitu lihainya mbak Yeni Mulati (nama asli Afifah Afra) dalam memadukan konflik dengan sudut pandang cerita dari dua tokoh utama. Saya sengaja membaca novel ketiga dari De Winst tanpa membaca dua edisi sebelumnya; De Winst dan De Liefde. Bukan didasarkan alasan edisi terbaru dan paling tebal, namun tertarik dengan judul dan latar belakang cover yang biru kegelapan. Akhir-akhir ini banyak berita yang membawa nama konspirasi. Saya semakin tergugah dan memahami apa makna konspirasi itu sendiri lewat membaca novel ini.
Novel ini terdiri dari prolog dan epilog yang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Lalu penulis, mencampurkan sudut pandang orang pertama, dengan bahasa ‘aku’ dalam 51 episode cerita. Semula memang bingung dan belum memahami konflik awal cerita. Lama-lama semakin terhanyut oleh kisah tokoh utama, Raden Mas Rangga Puruhitadan Tan Sun Nio. Dua lawan jenis yang berasal dari latar belakang berbeda yang sama-sama diasingkan di pulau Ende, Flores.

RM Rangga Puruhita seorang pangeran ningrat Surakarta merupakan sosok terpelajar, santun, kalem, berwibawa, serta mudah bersimpati terhadap wanita. Alumnus Universitas Leiden ini diasingkan ke Ende karena dianggap sebagai pemberontak kekuasaan Belanda di tanah Jawa. Meskipun berstatus sebagai tawanan, ia ingin memperjuangkan kesejahteraan penduduk di pulau terpencil itu. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Tan Sun Nio, gadis Tiong Ha yang jelita yang dianggap sebagai lintah darat oleh penduduk desa.

Cinta tak mengenal logika. Kupu-kupu terasa terbang di perut Tan Sun Nio atas segala pesona Rangga. Meski ia mengetahui bahwa Rangga telah beristri, Tan Sun Nio tak ingin cintanya kandas kedua kali. Di balik ambisi gadis terkaya di Flores ini, ada penjagaan hati yang kuat oleh sang Pangeran. Bagi saya, pesan religi dan moral dari novel ini cukup kuat. Ada salah satu percakapan yang membekas hati saya, mengenai makna cinta.

“Salah satu tabiat dari cinta adalah kerinduan. Begitu, bukan? Dan kerinduan akan mampu terobati saat kita bersua dengan sosok yang kita cinta itu. Oleh karenanya, banyak orang yang kemudian mengidentikkan cinta dengan bersatu dengan sosok yang kita cintai. Padahal, cinta itu sendiri sesuatu yang amat suci, dan justru bahkan akan terkotori jika dipertemukan dengan keinginan.”

“Jadi,menurut Anda, cinta itu tak harus memiliki?”

“Cinta ibarat emas 24 karat, Nona. Sementara, keinginan atau nafsu manusia itu ibarat pencampur. Kian banyak pencampur, kadar emas menjadi tak murni lagi. Kadang begitu banyak pencampur, membuat sesuatu terlihat berkilau selayaknya emas,namun sebenarnya hanyalah imitasi belaka.”

Aih, novel ini tak selalu membicarakan soal cinta. Tapi juga menerangkan tentang makna perjuangan, kegigihan, dan kepercayaan dalam memegang sebuah amanah. Ada episode kedukaan dan kekecewaan yang muncul saat peran tokoh yang diidamkan tak sesuai dengan kenyataan. Adapun sikap kejengkelan terhadap konspirasi perdagangan candu dan pertikaian antara gerombolan bajak laut bersama oknum kolonial semakin memanas.

Dari novel berketebalan 632 halaman ini, saya sekaligus belajar sejarah, yakni perpindahan kekuasaan Portugis ke Belanda di Flores. Tentunya dalam menulis novel heroik ini, mbak Yeni menelusuri riset tentang pulau Flores secara mendalam. Judul novel diambil dari bahasa Portugis, ‘Da Conspiracao’ yang berarti ‘Sebuah Konspirasi’. 

Berdasarkan informasi dari penulis, ada beberapa fakta yang membantu terciptanya plot utama di novel ini. Pertama, untuk kasus Mari Longa memang benar-benar ada. Dia melakukan perlawanan sampai terbunuh. Tapi, Mari Nusa, hanya fiktif belaka. Kedua, kekacauan politik di Flores di masa transisi, termasuk raja-raja kecil/ mosalaki yang saling bertikai satu sama lain. Ketiga, dari kajian geologis, diprediksi bumi NTT memang mengandung emas, termasuk juga Timor. Apakah hal ini yg mendorong mereka lepas dari NKRI? Keempat, bisnis candu saat itu memang marak, dan ada persaingan antar tionghoa melawan Belanda. Sampai akhir novel, saya masih menyimpan tanda tanya tentang akhir penantian cinta dari Tan Sun Nio serta pembebasan Rangga Puruhita.

Trilogi De Winst (doc.An

Karena ini novel bersambung, maka ceritanya belum lengkap jika belum membaca dua edisi sebelumnya. Yap. Saya memutuskan untuk membaca De Winst dan De Liefde untuk mengetahui masa lalu Rangga Puruhita. Tampak jelas ada perbedaan dalam suguhan cerita. Dari novel pertama (De Winst), pembaca diperkenalkan background Rangga Puruhita beserta dua gadis jelita yang menghiasi hatinya; Sekar Prembajoen dan Everdine Kareen Spinoza. Selanjutnya untuk novel kedua (De Liefde), pembaca akan menjelajah setting di negara Belanda dan Hindhia Belanda (baca: Indonesia) secara bergantian. Alur konflik dari kedua novel ini terlihat lebih lambat dari Da Conspiracao, dan puzzle-puzzle cerita baru tersusun rapi pada akhir cerita. Namun demikian, di dalam Da Conspiracao tidak diceritakan cerita bersambung dari De Liefde secara gamblang. Hal ini dikarenakan alur waktu cerita yang dibangun terjadi secara bersamaan. Makin penasaran aja, deh, dengan serial keempat. Konsep apalagi yang akan dirancang penulis untuk menggabungkan tokoh yang beragam? ^_^.

8 comments:

  1. wahhh keren >.<
    tuh kan saya semakin kesemsem dengan para penulis di sini ^^
    *semoga lekas 'nular' hebatnyaaa

    ReplyDelete
  2. ada yg ke empat? waw keren... nulis yg berbau sejarah memang butuh bgt riset dan referensi, saya jg sdg berusaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mari berusaha bersama, saya juga masih memperbaiki kualitas tulisan2 saya :-)

      Delete
  3. Covernya mengingatkan saya pada kisah2 si pirate Jack Sparow. Keren, Mbak! Oh, iya, tiap kali menyebut nama Mbak, saya selalu teringat pada Jangan Panggil Aku Josephine. Selalu memesona :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih ya... tapi Josephine kayaknya perlu dipermak lagi, maklum pas nulis saya masih 'unyu-unyu' :-)

      Delete
  4. Terimakasih atas reviewnya, dik Ania :)
    Untuk meluruskan aja, ini bukan novel bersambung, konsepnya dibuat terpisah, tetapi memiliki keterkaitan satu sama lain :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.. tetap saja penasaran cerita selanjutnya, mbak Afifah.. ^^

      Delete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)