BAW-ers di acara launching "Cinta di Tanah Haram" |
Matahari yang menyengat sepertinya
masih betah nangkring di kota jakarta. Membuat suasana siang ini terasa panas
sekali. Tetapi sebuah pesan dari Ibu kepala sekolah BAW di facebook, mengingatkanku untuk bergegas sekarang juga.
“Wat, jangan lupa ya. Ntar sama Mba
Nining perginya!”
Ya,
di siang bolong ini ada undangan spesial dari penasehat kita, ‘Mak Neida’.
Katanya sih bakalan ada launching novel ‘Cinta di Tanah Haram’ oleh Nucke Rachma,
kenalan beliau. Iming-iming dari si Emak Neida, katanya sih yang ngeliput bisa
dapat novelnya gratis. That’s why!
Berharap dapat buku bacaan gratis, jadilah aku ikutan tancap gas ke sana, hehe…
***
Sebuah pesan terkirim dari handphone
bututku. “Mba Nining, di mana?” Mataku mulai menerawang setiap sudut Gramedia
Matraman, tempat launching itu berada. Mencari sosok wanita yang katanya paling
pemalu di komunitas Be A Writer. Aku cari di tangga, ga ada. Aku cari di bawah
laci ga ada. Eh ga tahunya itu orang udah tersenyum manis bin semutan di atas
eskalator gara-gara nungguin aye yang datang kelamaan.
“Wawaaaat. Aku dah datang dari jam
setengah 1 nih. Ayokk!” ujar sosok paling pemalu itu, hihi..
Tak jauh dari situ, lewat pulalah
seorang emak-emak dan dua orang temannya yang kemudian ikutan nyengir ngeliat
kedatanganku. Rupanya salah satunya itu wajah Mak Neida, seseorang sahabat yang
udah lama kenal di FB tapi baru ngeliat wajahnya aslinya di sini.
“Di situ ruangannya. Saya mau ngider
dulu,” ujar Mak Neida sembari memamerkan gigi putihnya nan kinclong.
Mbak Neida dan Mbak Dhani |
Melihat waktu yang sudah mendekati
jam launching di undangan, aku dan Mba Nining pun masuk ke tempat acara
launching. Di sana sudah berkerumun undangan yang datang. Wajah-wajah arab-indo mewarnai
setiap sudut tempat launching. Bahkan
ada beberapa anak berbaju putih dengan gamelannya berbaris rapi duduk di
bangku-bangku belakang. Ya, sepertinya bakalan ada marawis nanti di sini, hehe ….
Tak beberapa lama kemudian, dua orang Bawers pun muncul. Ya, siapa lagi kalau
bukan pasangan Mba Dhani dan Mba Santi. Dua sohib yang kemana-mana duet terus
kalau lagi jalan. Membuat suasana ruangan itu semakin rame dengan gelak tawa
kopi darat kami.
Terhibur oleh tampilan gamelan |
***
Acara launching pun akhirnya dimulai
jam dua siang lebih. Benar-benar molor dari waktu di undangan yang
kuperkirakan. Sebuah gamelan dari kumpulan anak berbaju putih membuka acara
launching. Benar-benar sukses membuat kekecewaanku sedikit berkurang. Bahkan
Mba Dhani, sosok Bawers yang paling kritis, sampai nge-fans banget ama penyanyi
marawisnya. Seorang anak kecil berbadan gendut yang ternyata anak kandung dari
sang penulis novel.
Selesai pembukaan hiburan oleh
marawis tadi, aku mengira sang novelis yang wajahnya terpampang lebar di layar
akan datang. Ternyata bukan. Seorang wanita berwajah arab maju ke atas
panggung. Membuka sebuah lembaran di tangannya. Kemudian bersama dua pria yang
masih juga berwajah arab membaca beberapa potongan adegan yang tertulis di
dalam novel. Beberapa adegan perselingkuhan, asmara yang membara tampil
mewarnai drama itu. Aku bener-benar rada bete waktu ini. Andai saja bukan cuma
sekedar membaca biasa. Mungkin bisa seperti drama. Pasti akan lebih manis
pertunjukkannya.
Ada mawar-mawar di langit-langit |
Waktu pun terus berputar. Hingga
acara pun masuk ke acara inti. Seorang wanita berjilbab merah dengan anggun
naik ke atas panggung. Kemudian tersenyum ramah ke para penonton. Ternyata
beliau adalah penulis novel ‘Cinta di Tanah Haram’ yang akan di-launching sekarang. Nucke Rahma.
Selidik
demi selidik ternyata sang penulis ini juga seorang penulis skenario handal.
Beberapa karyanya seperti sinetron ‘Pernikahan Dini’, dan beberapa film layar
lebar sudah melanglang buana. Dan kini, sang penulis skenario berusaha mencoba
dunia baru. Dunia Novel. Bahkan sang suami dari sang penulis berkata, “Menurut
saya, seorang penulis itu belum bisa menjadi penulis seutuhnya jika belum
menerbitkan novel. Maka, novel yang ditulis istri saya sejak tahun 2008 ini sangat
berarti bagi istri saya.” Sang penulis juga menambahkan bahwa novel yang dituliskannya
ini bukan sekedar novel. Karena ber-setting-kan
tanah haram, kota Makkah, maka novel ini penuh dengan pengalaman-pengalaman dan
tips seputar haji. Membuat para pembacanya belajar lebih jauh tentang proses
ibadah haji dengan bahasa yang lebih dengan bahasa yang lebih ringan.
Selesai
peresmian launching novel ‘Cinta di Tanah Haram’, semua Bawers yang hadir
(saya, Mba nining, Mak Neida, Mbak Santi, Mba Dhani) tak lupa berfoto-foto ria
bersama sang penulis, Nucke Rahma. “Ya, do’akan kami bisa nyusul launching buku solo juga ya Mba,” ujar
Mba Santi ketika bersalaman dengan Mba Nucke. Membuat suasana hangat sore itu
semakin manis.
Setiap peserta dapat novel gratis |
Mungkin kurang persiapan kalo ditampilkan drama, mba. :D
ReplyDeleteTapi jadi penasaran sama novelnya. Apalagi settingnya di tanah haraam.
hemm sukses terus yah
ReplyDelete