google.com |
Kawan menyukai film senyap?
Itu lho, film yang di dalamnya seluruh tokohnya tidak bersuara. Tidak? Yakin?
Bagaimana dengan Mr. Bean? Film yang sepanjang pemutarannya tidak pernah kita
mendengar si pemilik wajah lucu itu berbicara jelas kecuali gumam-gumam
entah-apanya. Namun anehnya sepanjang waktu kita selalu memahami apa yang
terjadi, bahkan tertawa terbahak nyaris di setiap detiknya. Eh, Mr. Bean
terkategori film senyap, kan ya?
The Artist. Saya tergoda
menyaksikannya gara-gara di keterangan tertulis sebagai salah satu pemenang
Oscar. Andai tidak ada iming-iming Oscar, mungkin, mungkin lho ya, saya akan
buru-buru mematikan saja televisi itu dan beranjak tidur. Bagaimana tidak, The
Artist ini mengambil setting waktu sekitar tahun 1920-an, lengkap dengan
tampilan gambarnya yang ala televisi jadul, no colour. Dan, yap, nggak ada
suara selain alunan melodi sebagai latar belakang saja! Bayangkan!
Tersebutlah tokoh utamanya, George
Valentin, seorang actor paling terkenal di tahun 1920-an, rajanya film saat
itu. Saking laris film-filmnya, film senyap tentu saja, George diceritakan kaya
raya, punya rumah mewah, istri cantik, seorang ajudan tua yang setia, dan
seekor anjing kecil yang super duper lucu dan pintar, yang kalau saya ceritakan
bisa jadi satu tulisan tersendiri kayaknya haha (eh, mbak shabrina pasti jatuh
cinta sama si anjing ini :D).
Sebagai pengantar konflik, pada satu
kesempatan, di sebuah acara jumpa fans, di mana situasinya sangat ramai, para
penggemar (yang tentu saja hampir seluruhnya wanita) dan wartawan
mengelilinginya, terjadilah sebuah insiden kecil. Salah satu gadis, ketika
mengambil buku tanda tangannya yang terjatuh, tanpa sengaja terdorong kerumunan
dan terpental di dekat sang aktor pujaan. Suasana menjadi hening, padahal
dari tadi juga filmya tak bersuara :D, semua mata tertuju pada sang gadis
dan sang actor, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan rupanya, George
menganggap kejadian tersebut lucu. Ia tertawa geli, yang kemudian diikuti
seluruh penggemar dan para pemburu berita yang ada di sana. Hingga akhirnya
mereka pun malah menyuruh si gadis untuk berpose bersama George. Jeprat jepret,
para wartawan sibuk mengabadikan momen langka tersebut. Si gadis tentunya
kesenangan, mengambil kesempatan tersebut untuk narsis abis bersama sang idola.
Hingga akhirnya para juru foto meneriakkan kepada sang gadis untuk mengecup
George. Dan lalu, cup!, blitz, tercetaklah foto George dicium cewek pada
surat kabar keesokan harinya dengan headline berjudul “WHO’S THAT GIRL?”
Ya, who’s that girl? Yang membuat
istri George di rumah misuh-misuh namun George tak terlalu mengambil pusing
karena baginya pada saat itu si gadis memang hanyalah fans yang beruntung.
Tanpa diduga, si gadis “who’s that girl” yang bernama Peppy Miller, rupanya
mengikuti audisi untuk pemeran figuran dalam film terbaru George. Yes, she got
it, sebagai penari tepatnya, dengan scene pertamanya adalah sekejap berdansa
dengan George. Sampai di sini pasti bisa ditebak, ada sinyal-sinyal asmara di
antara mereka. Tapi tak perlu khawatir, nggak ada kisah affair kok dalam film
ini hehehe.
Waktu terus berjalan, beberapa tahun
berlalu, George masih bersinar sebagai bintang dan sementara itu Peppy pun
karirnya semakin menanjak berkat dukungan George. Hingga akhirnya tibalah saat
titik balik itu, produser George tak ingin lagi memproduksi film-film senyap.
Mengikuti perkembangan teknologi, mulai saat itu ia ingin menciptakan film yang
berbicara. Dan George tak bisa menerima, baginya film adalah senyap, hingga
akhirnya ia memilih keluar dari PH tempatnya bernaung selama ini.
Jadi untuk tetap eksis George
memutuskan untuk membuat film sendiri. Ia bertindak sebagai produser, sutradara
sekaligus actor pada saat yang bersamaan. Hingga tiba saatnya launching film
produksinya, yang sialnya rupanya bertepatan pula dengan pemutaran perdana film
bersuara yang dibintangi oleh Peppy. Kontras. Teater tempat film George diputar
sepi penonton, berbanding terbalik dengan film Peppy yang pengunjungnya membludak.
Idola baru telah lahir, atau lebih tepatnya sebuah era baru industri perfilman
mulai bangkit.
Gara-gara keegoisannya yang tak bisa
menerima perkembangan zaman, akhirnya George bangkrut. Hartanya habis dan sang
istri pergi meninggalkannya. Tinggal ajudannya, Clifton, dan anjingnya yang
super duper lucu sajalah yang tetap setia menemani George di rumah barunya yang
sederhana. Bahkan saking setianya, Clifton, meski sudah tidak digaji setahun
namun tetap saja ia selalu melayani George seperti saat di masa jayanya. Hingga
akhirnya George menyadari situasi tersebut dan memecatnya. Yang membuat haru,
bahkan meski telah dipecat, Clifton tetap saja setia menunggui George di
jalanan depan rumah untuk berjaga-jaga siapa tahu ia masih dibutuhkan untuk
mengantarnya kemana-mana. So, touchy…
Lalu selanjutnya bagaimana? Well,
sepertinya sebaiknya kalian tonton sendiri sajalah filmnya. Karena kalau harus
saya ceritakan sepertinya akan jadi semakin panjang review ini. Yang pasti,
meski senyap film ini memesona. Saya pernah nonton film gara-gara kupikir bagus
karena memenangi Oscar (lupa judulnya) namun toh ternyata mengecewakan. Namun
tidak dengan The Artist ini. Dalam kesenyapannya film ini sungguh menawan.
Ceritanya unik, plotnya keren, karakternya kuat, dan endingnya wow, memuaskan
(setidaknya versi saya, yaitu meski saya yakin happy ending namun tetap saja
saya diliputi kecemasan benarkah akan happy ending? Bikin geregetan, begitu
ketemu ending kita benar-benar ketawa puas gitu loh :D)! Dan juga satu hal yang
membuat saya appreciate, film ini nggak ada adegan fisiknya, Cuma sekali doang
pas George dikecup Peppy, itu pun cuma di pipi. Jadi modal kebagusannya
benar-benar acting para pemerannya, apalagi mengingat ini film senyap,
Saudara-saudara!
Dan yang cukup konyol, tadinya saya
kira Oscar yang dimenangi film ini adalah Oscar tahun 2013 ini, eehh rupanya
saya salah, karena pas gugling ternyata film ini produksi tahun 2011 hehehe…
Baiklah, cukup sekian. Sampai jumpa
di review saya selanjutnya :D
pantas jadi pemenang >.< aktingnya OK punya. pasti mimik muka luar biasa ...
ReplyDeletepasti nunjukin ekspesi tanpa suara itu keringetan luar biasa. dulu pas main teater, ngomong aja sering g lucu, lha ini film senyappp
ReplyDeletekalo film senyap dulu banget, jadul pas jaman kapan ya, pas kecil. skrg udah jarang atau udha ga ada kali ya, mba :D
ReplyDeletefilm senyap yaa... jadi inget serial Shaun The Sheep :p
ReplyDeleteFilm ini awalnya juga bikin saya tertarik karena PEmenang Oscar tahun 2011, tetapi pas download, kok gambarnya hitam putih, gak ada dialog... dan ujung2nya masih jadi arsip di laptop sampai sekarang karena belum ditonton sampai abis. Tapi, baca resensi ini justru malah pengen nonton.. dan moga-moga bukan jenis film yang menyebabkan ngantuk di pertengahan cerita... :D
ReplyDeletehabis baca jadi ngiler pengen nonton nih~~~
ReplyDelete