Tweet |
Oleh: Anik Nuraeni
Bagaimana bila test kepribadian kita saat telah mencapai usia kedewasaan yang telah ditentukan, justru menjadi sebuah pengkotakan manusia? Bukan sekedar alat bantu pemahaman diri menjadi manusia yang lebih baik? Dan saat menjadi manusia multi talenta adalah sesuatu yang haram karena akan menghancurkan “sistem kotak-kotak” tersebut? Dengan latar inilah film Divergent dibangun.
Berlatar kota Chicago pada masa setelah perang besar, dengan alasan perdamaian, manusia dikotak-kotakkan. Mereka terbagi pada 5 golongan (faksi).
Abnegation, manusia-manusia dengan hati yang baik tanpa keinganan atau ambisi berlebih dan suka menolong. Mereka diangkat sebagai pemimpin karena sifat mereka melayani masyarakat.
Erudite, manusia-manusia cerdas pemikir. Ilmuwan.
Dauntless, manusia pemberani, tak mengenal rasa takut. Mereka bertindak sebagai penjaga keamanan.
Amity, manusia-manusia cinta damai. Mereka berprofesi sebagai petani peternak.
Candor, manusia-manusia jujur dan apa adanya. Mereka menjunjung tinggi kebenaran. Berada pada posisi penjaga keadilan bekerja di peradilan.
Tapi diluar golongan/faksi itu, mereka adalah manusia terbuang. Hidup seperti gelandangan pada masa sekarang. Tak mampu tergolong pada salah faksi. Tapi bila seseorang memiliki banyak talenta, maka dia bisa memilih menjadi salah satunya yang paling dia sukai. Mereka disebut sebagai manusia Divergent.
Tapi tak selamanya menjadi manusia Divergent menyenangkan. Saat golongan Erudite diam-diam merasa bahwa merekalah yang seharusnya jadi pemimpin. Mereka golongan cerdas, tapi penuh tipu daya. Mereka merasa terancam dengan adanya manusia Divergent yang multi talenta. Karena golongan Divergent bukan hanya cerdas, mereka juga kuat dan baik. Kemampuan mereka itu dianggap sebuah ancaman bagi Erudite yang ingin mengambil alih kekuasaan kaum Abnegation.
Kisah Beatrice Prior (diperankan oleh Shailene Woodley) seorang anak dari golongan Abnegation. Bahkan orangtuanya ada anggota dewan (kalo nggak salah.hehehe..). Hasil test dia ternyata adalah seorang Divergent. Dia disarankan oleh pembimbing testnya agar menyimpan rahasia itu dari siapapun juga. Karena akan membahayakan dirinya. Si pembimbing berbaik hati karena adiknya yang seorang Divergent meninggal di bunuh entah oleh siapa setelah diketahui hasil testnya. Si pembimbing memanupulasi hasil tes Tris (nama panggilan Beatrice selanjutnya).
Di kemudian hari, Tris ternyata memilih menjadi seorang Dauntless. Golongan pemberani penjaga keamanan. Tak mudah juga memilih Dauntless. Mereka benar-benar dituntut menjadi seorang pemberani. Mereka harus melawan rasa takutnya. Ada test-test setiap mereka menyelesaikan satu pelatihan. Juga test psikologi melalui sebuah simulasi halusinasi. Bila mereka tidak lolos test, maka mereka harus keluar dari golongan Dauntless. Tapi mereka tak bisa kembali pada keluarga mereka. Mereka masuk ke golongan terbuang. Dan manusia Divergent yang terdeteksi pada test simulasi halusinasi, mereka akan dibunuh diam-diam. Tapi beruntung lagi Tris. Dia mendapat pembimbing lain yang juga berbaik hati padanya. Four namanya (diperankan oleh Theo James) yang belakangan ketahuan dia juga divergent.
Kejadian- demi kejadian mulai terlihat jelas betapa kaum Erudite memanfaatkan kaum Dauntless untuk makar. Disinilah peran Tris dan Four berjuang. Bagaimana kelanjutan cerita, silakan nonton sendiri.
Film bergenre Science-Fiction-Action ini asik buat di tonton. Ada selipan romansanya, dan tentu saja banyak aksi-aksi beladiri. Sepertinya sekarang lagi musimnya film semacam ini di Hollywood sana. Hamper serupa dengan film “the Ender Game”, “tetralogy The Hunger Game” atau “Trilogy the Maze Runner”. Cerita berbeda tapi dengan “rasa” yang hampir serupa. Post apocalyptic, masa depan, no where, sisi kemanusiaan yang menipis, penindasan, system terstruktur yang dikuasai golongan tertentu, pemberontakan kaum muda. Meski dengan “rasa” yang hampir serupa, tapi saya sebagai penggemar film action maupun sci-fic menikmati ramuan masing-masing filmnya. Lumayan tegang, tapi gak setegang nonton film horror yang melibatkan anak kecil dan bayi. I hate the horror movie that involve children and babies. Hihihi… dasar emak-emak.
O,iya. Tambahan dikit. Film ini cucok buat remaja diatas 17 kalo menurutku. Kalo lebih kecil, jangan deh. Banyak kekerasan dan ada adegan kissing. Adegan ranjangnya gak jelas soale tau-tau mereka udah bangun seranjang doang. Kalo gak salah.hohoho… iya. Saya skip pas kissing2 itu. Suami lagi kerja.huakakak.. abaikan. Film ini dilansir pertama tahun 2014, kalo gak salah tepatnya bulan maret. Disutradarai oleh Neil Burger. Diproduseri Douglas Wick dkk. Udah lalu sih dari bioskop. Tapi masih bisa nonton lewat online atau DVD. Hehehe…
|
|
Oleh: Anik Nuraeni
Bagaimana bila test kepribadian kita saat telah mencapai usia kedewasaan yang telah ditentukan, justru menjadi sebuah pengkotakan manusia? Bukan sekedar alat bantu pemahaman diri menjadi manusia yang lebih baik? Dan saat menjadi manusia multi talenta adalah sesuatu yang haram karena akan menghancurkan “sistem kotak-kotak” tersebut? Dengan latar inilah film Divergent dibangun.
Berlatar kota Chicago pada masa setelah perang besar, dengan alasan perdamaian, manusia dikotak-kotakkan. Mereka terbagi pada 5 golongan (faksi).
Abnegation, manusia-manusia dengan hati yang baik tanpa keinganan atau ambisi berlebih dan suka menolong. Mereka diangkat sebagai pemimpin karena sifat mereka melayani masyarakat.
Erudite, manusia-manusia cerdas pemikir. Ilmuwan.
Dauntless, manusia pemberani, tak mengenal rasa takut. Mereka bertindak sebagai penjaga keamanan.
Amity, manusia-manusia cinta damai. Mereka berprofesi sebagai petani peternak.
Candor, manusia-manusia jujur dan apa adanya. Mereka menjunjung tinggi kebenaran. Berada pada posisi penjaga keadilan bekerja di peradilan.
Tapi diluar golongan/faksi itu, mereka adalah manusia terbuang. Hidup seperti gelandangan pada masa sekarang. Tak mampu tergolong pada salah faksi. Tapi bila seseorang memiliki banyak talenta, maka dia bisa memilih menjadi salah satunya yang paling dia sukai. Mereka disebut sebagai manusia Divergent.
Tapi tak selamanya menjadi manusia Divergent menyenangkan. Saat golongan Erudite diam-diam merasa bahwa merekalah yang seharusnya jadi pemimpin. Mereka golongan cerdas, tapi penuh tipu daya. Mereka merasa terancam dengan adanya manusia Divergent yang multi talenta. Karena golongan Divergent bukan hanya cerdas, mereka juga kuat dan baik. Kemampuan mereka itu dianggap sebuah ancaman bagi Erudite yang ingin mengambil alih kekuasaan kaum Abnegation.
Kisah Beatrice Prior (diperankan oleh Shailene Woodley) seorang anak dari golongan Abnegation. Bahkan orangtuanya ada anggota dewan (kalo nggak salah.hehehe..). Hasil test dia ternyata adalah seorang Divergent. Dia disarankan oleh pembimbing testnya agar menyimpan rahasia itu dari siapapun juga. Karena akan membahayakan dirinya. Si pembimbing berbaik hati karena adiknya yang seorang Divergent meninggal di bunuh entah oleh siapa setelah diketahui hasil testnya. Si pembimbing memanupulasi hasil tes Tris (nama panggilan Beatrice selanjutnya).
Di kemudian hari, Tris ternyata memilih menjadi seorang Dauntless. Golongan pemberani penjaga keamanan. Tak mudah juga memilih Dauntless. Mereka benar-benar dituntut menjadi seorang pemberani. Mereka harus melawan rasa takutnya. Ada test-test setiap mereka menyelesaikan satu pelatihan. Juga test psikologi melalui sebuah simulasi halusinasi. Bila mereka tidak lolos test, maka mereka harus keluar dari golongan Dauntless. Tapi mereka tak bisa kembali pada keluarga mereka. Mereka masuk ke golongan terbuang. Dan manusia Divergent yang terdeteksi pada test simulasi halusinasi, mereka akan dibunuh diam-diam. Tapi beruntung lagi Tris. Dia mendapat pembimbing lain yang juga berbaik hati padanya. Four namanya (diperankan oleh Theo James) yang belakangan ketahuan dia juga divergent.
Kejadian- demi kejadian mulai terlihat jelas betapa kaum Erudite memanfaatkan kaum Dauntless untuk makar. Disinilah peran Tris dan Four berjuang. Bagaimana kelanjutan cerita, silakan nonton sendiri.
Film bergenre Science-Fiction-Action ini asik buat di tonton. Ada selipan romansanya, dan tentu saja banyak aksi-aksi beladiri. Sepertinya sekarang lagi musimnya film semacam ini di Hollywood sana. Hamper serupa dengan film “the Ender Game”, “tetralogy The Hunger Game” atau “Trilogy the Maze Runner”. Cerita berbeda tapi dengan “rasa” yang hampir serupa. Post apocalyptic, masa depan, no where, sisi kemanusiaan yang menipis, penindasan, system terstruktur yang dikuasai golongan tertentu, pemberontakan kaum muda. Meski dengan “rasa” yang hampir serupa, tapi saya sebagai penggemar film action maupun sci-fic menikmati ramuan masing-masing filmnya. Lumayan tegang, tapi gak setegang nonton film horror yang melibatkan anak kecil dan bayi. I hate the horror movie that involve children and babies. Hihihi… dasar emak-emak.
O,iya. Tambahan dikit. Film ini cucok buat remaja diatas 17 kalo menurutku. Kalo lebih kecil, jangan deh. Banyak kekerasan dan ada adegan kissing. Adegan ranjangnya gak jelas soale tau-tau mereka udah bangun seranjang doang. Kalo gak salah.hohoho… iya. Saya skip pas kissing2 itu. Suami lagi kerja.huakakak.. abaikan. Film ini dilansir pertama tahun 2014, kalo gak salah tepatnya bulan maret. Disutradarai oleh Neil Burger. Diproduseri Douglas Wick dkk. Udah lalu sih dari bioskop. Tapi masih bisa nonton lewat online atau DVD. Hehehe…
aku dah nonton tapi kurang sip filmnya kataku....
ReplyDeletekami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T
Deletedan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
berikan 4 angka 4180 alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi AKI SOLEH,,di no (((082-313-336-747)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 275
juta, wassalam.
dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....
Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
Solusi yang tepat jangan anda putus asah....AKI SOLEH akan membantu
anda semua dengan Angka ritwal/GHOIB:
butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: AKI SOLEH DI NO: (((082-313-336-747)))
atau klik langsung di KLIK DSINI BOCORAN TOGEL
angka GHOIB: singapur 2D/3D/4D/
angka GHOIB: hongkong 2D/3D/4D/
angka GHOIB; malaysia
angka GHOIB; toto magnum 4D/5D/6D/
angka GHOIB; laos
very interesting information thank you for sharing information may be useful Nutrisi daya tahan tubuh
ReplyDeleteLumayan nih film
ReplyDeleteaku udah nonton filmnya dan menurutku film ini super keren klo dianalisis sama sosiologi, hukum dan psikologi. Klo buat nonton untuk cuma sekedar hiburan kayanya gak cocok, karena film ini emang banyak pesannya. Klo ditinjau secara kemasyarakatan sebenernya film ini ngebahas masalah kekinian. Di satu sisi bila ditinjau dari hukum (masalah mempertahankan kekuasaan dan makar) kayanya seru buat para pengajar/ dosen buat intermezo di kelas, memberikan gambaran tentang sebuah konspirasi. Klo masalah psikologi film ini bisa membahas masalah anak berkebutuhan khusus yang sulit terjun ke masyarakat karena kemultitalentaannya juga tentang orang bipolar dan indigo yang sifatnya terkadang cenderung tidak bisa berpihak pada sebuah isme tertentu. Ya, menggambarkan kehidupan kita yang memang terkotak-kotakkan bahwa yang disebut cerdas itu orang yang berIQ tinggi, bergelar banyak, dan memiliki kemampuan hebat dalam suatu bidang, padahal seorang juga bisa cerdas meski IQnya tidak tinggi, mereka bisa cerdas dalam berbagai hal yang lain cerdas gambar, cerdas kinestetik dsb.
ReplyDelete