Friday, October 11, 2013

[Review Day] Surga yang Terlarang



Judul Buku                :  Surga yang Terlarang
Penulis                        :  Leyla Hana
Penerbit                      :  PT Penerbitan Pelangi Indonesia
Terbit                         :  Cetakan I, September 2013
Tebal Buku                :  viii + 376 halaman
ISBN                           :  9786027800854
Harga                         : Rp 60.000
Peresensi                    : Linda Satibi

Kayak sinetron deh, serba kebetulan. Ungkapan itu kerap terucap sebagai bentuk keraguan terhadap sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Senyatanya, kebetulan memang mewarnai kehidupan, entah sebagai tragedi atau bikin happy.






Novel “Surga yang Terlarang” mengisahkan kebetulan yang cukup mengenaskan. Ini kisah sepasang muda yang saling jatuh cinta, tak terucap lewat kata, saling mencintai dalam diam. Dalam perjalanan waktu, mereka kemudian terpisah oleh jarak yang panjang membentang. Masing-masing saling tak mengetahui kabar. Si gadis merasa tak mungkin lagi berharap. Ia pun menerima pinangan seorang lelaki melalui ‘perjodohan’ yang dicomblangi oleh guru mengajinya.

Saat hari ‘H’ pernikahan yang dinanti, serasa sepucuk sembilu menyayat hati. Si gadis terperangah melihat rombongan keluarga suami, tepatnya adik semata wayang suami, ternyata adalah pemuda yang didamba selama ini. Demikian pun sang adik ipar, terbelalak menatap wanita pendamping kakaknya adalah wanita yang tak pernah beranjak dari hatinya.

Menyesakkan, bukan? Leyla Hana, cukup apik merangkai peristiwa kebetulan ini menjadi kisah yang manis. Dengan kalimat-kalimat sederhana, kisah ini terbangun tanpa kesan didramatisir.

Bagian awal novel ini membawa pada nostalgi suasana kegiatan rohis di kampus. Aktivitas ikhwan-akhwat yang terjaga rapat dari percik-percik asmara, saling menundukkan pandangan, hijab yang kukuh ditegakkan, dan semacamnya. Tapi tak ayal, tetap saja ada kasus ‘kecolongan’. Bahkan menimpa petinggi organisasi rohis tersebut. Sang Ketua dan Sekretaris.

Peristiwa semacam itu, sangat mungkin terjadi di dunia nyata. Leyla Hana menggambarkannya secara alami. Betapa cinta datang tanpa diundang.  Ia menelusup perlahan, menyebar ke segenap penjuru hati, lalu mencengkeram kuat. Begitu cara cinta bekerja. Maka, berhati-hatilah, pada saat itu bisikan syaithan dapat mengaburkan segala. Karenanya, Islam menerapkan aturan yang jelas. Pembaca digiring halus pada kesadaran itu.

Kemudian melangkah ke jenjang pernikahan, bagaimanakah niat yang seharusnya melatari? Proses yang dilalui Nazma dalam mengarungi biduk rumah tangga bersama Furqon, menunjukkan bahwa ketika langkah suci yang menggenapkan separuh dien ini, diawali niat atas dasar ibadah kepadaNya, maka Allah akan menuntun pada jalan cinta. Setelah terikat ijab dan qabul, Allah tumbuhkan perasaan cinta yang indah pada sepasang sejoli ini.

Bagaimanakah rasa yang dulu pernah menghinggapi Nazma dan Faisal? Mampukah mereka bersikap wajar selayaknya saudara ipar? Masihkah getar-getar cinta bercokol dalam hati mereka? Penulis menuturkannya dalam simponi yang tenang, nyaris tanpa kejutan yang meletup-letup. Namun mendekati bagian akhir, pembaca mulai dibawa pada suasana yang membuat penasaran, karena dimunculkan konflik yang tak bisa diduga ujungnya akan seperti apa.

Novel ini direkomendasikan untuk dibaca oleh lajang yang bergerak usianya menuju jenjang pernikahan. Bagaimana berproses sesuai syariat, bagaimana menata hati dan berserah pada garis takdir akan jodoh yang telah ditetapkanNya, termasuk pula di dalamnya terdapat bagaimana langkah syar’i pada malam pertama sepasang pengantin baru. Bagi para suami dan istri, baik pula membaca novel ini, untuk berkaca dan evaluasi diri, lalu memperbaharui niat dalam mengarungi biduk rumah tangga yang islami.

Bicara setting, deskripsi yang disuguhkan penulis tidak mengecewakan. Suasana KRL, kota Bogor, budaya Betawi, adalah hal-hal yang berhubungan erat dengan penulis, maka pemaparannya cukup memenuhi standar. Demikian pula setting Malaysia dan Palestina, lumayan baik pengolahan hasil googlingnya. Sedang untuk deskripsi perasaan, tak akan dijumpai diksi yang menyentuh dan menawan kalbu. Namun pembaca dapat merasakan emosi yang dibangun, meski pilihan kalimatnya sangat biasa.

Sebagai novel islami, “Surga yang Terlarang” sangat memenuhi syarat. Di dalamnya bertabur nilai-nilai islami yang menambah wawasan pembaca, semisal tentang ekonomi syariah.  Juga menginspirasi untuk menjalani hari sebagai muslim yang tidak hanya sekedar. Maka membaca novel ini, bukan saja memenuhi kesenangan emosi, namun ia pun mengayakan ruhani.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)