Oleh: Verlit Ivana
Sudah lama aku bercita-cita membuat novel, atau buku sendiri. Tapi belum kesampaian. Klasik ya? Hahaha. Maaf, maaf. Tapi inilah yang terjadi, keinginan itu spertinya memang hanya keinginan, tidak benar-benar menjadi sesuatu yang begitu menggemaskan untuk dipenuhi. Meskipun keinginan itu ada.
Keinginanku menyelesaikan sebuah buku biasanya timbul ketika melihat karya-karya keren terpajang di rak bookstore. Baik buku-buku di deret fiksi maupun di pojok arsitektur, karena yang sering kuhinggapi... ya dua corner itu. Rasanya suka gemetaran dan berdebar-debar tidak karuan ketika melihat buku-buku bagus, apalagi jika yang dipajang adalah karya orang yang dikenal ataupun sekedar pernah tahu. Teman-teman yang mempromosikan karya baru mereka pun cukup berhasil membuatku merasa iri dan kesal. Kesal karena aku tidak juga menyelesaikan bukuku sendiri. Meski sudah ditagih sana-sani.
Peyakit lainnya yang muncul setelah keinginan agak menguat, yaitu… lelah. Yup. Tubuh dan pikiran yang telah menjalani kegiatan seputar pekerjaan kantor dan rumah sudah mengalami low-bat ketika malam tiba. Akhirnya… meskipun masih terjaga dan sudah duduk manis di depan laptop, tetap saja… tidak produktif. Huft!
Strategi yang kulakukan bila keinginan sedang on-fire adalah menulis di memo ponsel, ataupun notes sos-med. Tapi… hanya bisa beberapa kalimat saja. Dan kemudian terlupakan lalu berganti dengan tulisan bertema baru. Haduh! Gimana bisa jadi buku… jadi cerpen saja tidak!
Bila tubuh sedang fit dan pikiran fresh, sebuah cerpen atau beberapa paragraf calon novel bisa rampung, dan sayangnya… kembali mandek ketika proses editing, sering merasa kurang sana-sani dan akhirnya tidak disentuh lagi. Huah… bagaimana bisa bikin buku sendiri kalau terus begini….
Lain halnya dengan beberapa teman yang penulis produktif. Tidak berselang waktu lama, ada… saja naskah mereka yang terpampang di media, bahkan sering melahirkan buku dan novel. Entah apa yang membuat mereka atau mungkin teman-temanku para penulis produktif, begitu ‘rajin’ manghasilkan karya. Ada teman yang pernah mengatakan bila menulis adalah mata pencahariannya, bila tidak menulis maka tidak ada pemasukan materi. Mungkin itu yang membuat dia selalu berusaha berkarya. Sementara aku? Aku masih harus mencari dan menyelidiki diriku sediri, untuk menemukan cara agar diriku bisa menghasilkan buku.
Akuuu bangeettt itu mbak T.T
ReplyDelete