Monday, November 18, 2013

[Share Day] Ingin Menulis Apa, Sih?

Oleh: Kaka Akin

Beberapa waktu yang lalu aku pernah menuliskan judul yang sama di blogku. Sekarang kutulis lagi, karena isinya juga masih tetap sama, yaitu tentang kegalauanku. Mau nulis apa sih?

Ceritanya beberapa waktu yang lalu aku ikutan menghadiri acara sharing seorang penulis di kotaku, sebut saja dia Mbak W. Saat ini dia lebih fokus untuk ke produksi televisi, yaitu sinetron atau FTV. Sementara ini dia baru berkisar pada pembuatan sinopsis dan sudah ada beberapa sinopsisnya yang dibuat FTV. Bagiku, ini adalah kali pertama aku ikut mendengarkan sharing yang berkaitan dengan dunia sinematografi. Mungkin banyak di antara teman-teman BaW yang sudah pernah hadir pada acara serupa, atau malah mungkin pernah ikutan pelatihannya.

Kaitan antara sebuah film/ sinetron dengan pekerjaan penulis adalah pada bagian penulisan sinopsis dan skenario. Sebuah produksi film, tak lepas dari peranan skenario sebagai rancangan membuat film. Salah satu tahapan yang harus dilakukan sebelum melangkah ke pembuatan skenario adalah membuat sinopsis. 
Terdapat perbedaan besar antara sinopsis dan novel/cerpen. Bahasa yang digunakan singkat dan menggambarkan adegan.

Contoh penggalan sinopsis:
Tya melompat ke atas perahu. Dia hampir jatuh karena perahu oleng. Rico menangkap tangan Tya dan mengajaknya duduk di dalam perahu. Rico memandang Tya sambil tersenyum. Dalam hati Tya bersyukur atas kehadiran Rico.

Contoh penggalan cerpen/Novel:
Air sungai tampak bergelombang. Tya melompat perlahan ke atas perahu yang tertambat di dermaga. Ukuran perahu itu cukup besar dan bisa menampung belasan orang. Meskipun Tya menggelari dirinya ‘Anak Mahakam’, sudah bertahun-tahun dia tidak naik perahu. Saat kedua kakinya menjejak ke atas perahu, dia hampir jatuh karena gelombang semakin menggoyangkan perahu. Tya terkejut bercampur senang, saat sebuah tangan kokoh menangkap tangannya. Rico adalah pemilik tangan itu ...(dst).

Saat membandingkan kedua contoh di atas, rasanya cerpen/novel itu agak lebay ya. Hehe .... Bahasa yang digunakan seolah dipanjang-panjangkan, ada yang bilang seperti bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jumlah kata atau halaman. Sedangkan bahasa film itu singkat, lugas dan langsung menggambarkan adegan yang terjadi. Panjang halaman untuk sebuah sinopsis FTV adalah sekitar 2-3 halaman.

Tak ayal, sharing dari Mbak W membuatku tertarik. Sepertinya menulis sinopsis tidak susah. Tidak sampai berpanjang-panjang. Tidak perlu memikirkan apakah kata yang kita gunakan baku atau tidak. Terlebih lagi reward untuk sebuah sinopsis yang lolos sekitar Rp 500 ribu. Bila sinopsis kita sudah sering lolos, maka kita bisa dipercaya untuk menjadi penulis skenario. Tahapannya haruslah menulis sinopsis dulu, baru skenario.

Pada sharing itu, Mbak W juga sekaligus ingin mejaring, apakah ada di antara audiens yang hadir berminat untuk menulis sinopsis sinetron. Dia ingin mengajak rekan penulis yang berasal dari kota kami untuk terlibat pada sebuah proyek yang diperolehnya dari sebuah Production House besar di Jakarta. Sebuah ide awal cerita sinetron striping bergenre cerita komedi anak digelontorkannya untuk kami baca. Sinetron itu rencananya akan tayang di MNCTV. Mbak W meminta kami untuk menuliskan sebuah sinopsis yang kemudian akan diseleksinya untuk memilih siapa yang dapat bergabung dalam proyeknya.

Aku tertarik. Tetapi ... aku sama sekali tidak membuat sinopsis seperti yang diminta Mbak W, karena saat kucoba, ternyata membuat sinopsis itu tidak mudah bagiku. Membuat tulisan untuk film itu membutuhkan imajinasi yang lebih besar lagi. Saat menulis kita harus bisa memvisualisasikan ide kita itu dalam bentuk adegan-adegan film.

Aku sempat cerita ke emak tentang proyek Mbak W. Beliau sangat mendukung, tetapi beliau juga menyarankan agar aku menaruh nilai-nilai yang baik dalam cerita, jangan sampai menyebarkan kebodohan pada anak-anak. Wah ... bahkan ini lebih berat lagi.

Beberapa pekan pun telah lewat. Akhirnya, ide cerita Mbak W belum tuntas kubaca, sinopsis juga belum terbuat. Yang lebih parah lagi, bahkan menulis fiksi dalam bentuk lain juga tidak kulakukan akhir-akhir ini.

Ah, ternyata aku sedang terserang sindrom M alias malas. :(

1 comment:

  1. waa.. berarti harus lihai terlebih dahulu sebelum membuat skenario, yaa...

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)