Thursday, November 13, 2014

Blog Tour Gerbang Trinil : Hari Keempat


Oleh : Hairi Yanti

Kembali bertemu dengan saya di blog tour hari keempat. Wah, sisa satu hari lagi besok. Dan besok adalah giveaway berhadiah novel Gerbang Trinil. Hari keempat saatnya saya nge-review novel cakep dan kece ini.

Apa yang menjadi ketertarikan kalian saat remaja? Kalau saya yang ditanya, dulu saya tertarik dengan atlet-atlet. Dari atlet bulutangkis, basket sampai sepakbola. Trus saya juga waktu remaja doyan baca novel puteri-puterian dari negeri Tiongkok. 


Sedangkan Areta, tokoh dalam novel Gerbang Trinil ini malah tertarik sekali dengan pelajaran sejarah terutama yang berkaitan dengan manusia purba Pithecanthropus Eractus. Segala hal yang berhubungan dengan Pithecanthropus Eractus selalu menarik perhatian Areta. Dia meminjam dan membaca buku tebal terkait manusia purba itu.Areta juga menjalin persabatan maya dengan Harry Dubois yang ternyata masih merupakan keturanan Eugene Dubois. Peneliti yang menemukan fosil Pithecanthropus Eractus di Trinil.
 

       Trinil juga bukan daerah yang asing buat Areta karena neneknya tinggal di sana. Keinginan Areta buat ke rumah neneknya selalu dihalangi oleh orang tuanya yang sibuk dengan sederet kegiatan. Papanya baru mengizinkan Areta buat ke Trinil saat Areta menyerahkan surat pemberitahuan dari sekolah bahwa dia mendapat tugas membuat makalah tentang sejarah Museum Trinil, yang nantinya akan diikutsertakan dalam perlombaan karya tulis ilmiah bidang sejarah.


      Di Trinil, Areta mengunjungi Museum Trinil. Pada kunjungannya ke museum untuk kedua kalinya Areta mendapati ada penghuni baru di museum tersebut. Di sana dia bertemu dengan satu fosil yang baru ditemukan yang diduga merupakan bayi dari Pithecanthropos karena ukuran tengkoraknya lebih kecil dari fosil Pithecanthropus Eractus yang ada. Dan Areta juga menemukan fosil yang sama di rumah neneknya. 


“Dia bibimu. Bibi Tyar,” kata neneknya begitu mengetahui Areta menjumpai tengkorak bayi tersebut.


Penemuan Areta di rumah neneknya itu pun membuka tabir yang selama ini menjadi misteri buat Areta kenapa ayah dan ibunya selalu menolak datang ke rumah neneknya di Trinil. Namun, Areta tidak berhenti begitu saja, dia kembali ke rumah neneknya karena mendengar Harry Dubois juga akan berkunjung ke Trinil. Pada suatu malam Areta melihat cahaya dari belakang rumah neneknya. Cahaya yang kemudian mempertemukan dia dengan Raja Pithe. Ternyata manusia purba itu belum punah. Areta pun dibawa oleh manusia purba tersebut. 


Areta kemudian sampai pada satu tempat di mana Pithe berkumpul. Di sana juga Areta menemui banyak wanita dari ras manusia yang ternyata diambil Pithe sebagai inang untuk keberlangsungan hidup Pithe agar tidak punah. Karena Pithe hanya punya satu wanita yaitu sang ratu yang sudah lemah tak berdaya. Bangsa Pithe ini tidak hanya mengambil wanita dari bumi untuk dijadikan inang tapi juga mereka ingin menguasai bumi. Areta berjuang untuk mrnggagalkan hal tersebut.


Gerbang Trinil adalah sebuah novel dengan label science fiction. Ketika memegang novel Gerbang Trinil ini sebenarnya saya dilanda sebuah kecemasan. Kecemasan jangan-jangan saya tidak sanggup untuk menyelesaikan menbacanya karena genre Sci-Fi bukan genre favorit saya. Tapi ternyata kecemasan saya tidak terjadi. Saya bisa mengalir lancar membacanya dan dibuat penasaran apa yang terjadi dan apa yang dilakukan Areta selanjutnya. 


Perkenalan pada tokoh Areta di awal novel sangat membantu saya bisa masuk ke dalam ceritanya. Di awal kita akan diceritakan bagaimana ketertarikan Areta dengan sejarah terutama Pithecanthropus Eractus, juga bagaimana hubungan Areta dengan orangtua dan teman-temannya. Penggambaran setting yang detail dengan bahasa yang mudah dipahami membuat Gerbang Trinil nyaman buat saya nikmati.


Mengambil setting Trinil dengan Pithecanthropus Eractus  sebagai latar dan tema cerita juga membuat saya teringat lagi akan pelajaran sejarah saat masih sekolah dulu. Tentang Pithecanthropus Eractus , tentang Trinil juga Eugene Dubois yang dulu bisa jadi pernah keluar dalam ujian sekolah. Inilah novel science fiction dengan cita rasa lokal yang begitu kental.

Oke, demikian ulasan singkat saya tentang Gerbang Trinil. Sampai jumpa besok di hari kelima blog tour Gerbang Trinil.



Judul               : Gerbang Trinil

Penulis             : Riawani Elyta & Syila Fatar

Penyunting      : Dyah Utamu

Penerbit           : Moka Media

Tahun Terbit    : 2014



15 comments:

  1. Wah, tambah penasaran kok bisa di rumah nenek ada fosil yg mirip dengan di museum, dan nenek juga bilang itu bibinya areta?

    ReplyDelete
  2. Neneknya nyimpan banyak misteri jangan-jangan bibi areta salah satu manusia yang diculik oleh pithec neh bikin penasaran aja.

    ReplyDelete
  3. Makin menarik, makin tertarik untuk dapat membaca. Saya suka cover-nya, biru dan ilustrasi menggambarkan isi.
    Saya saja yang di Jawa Timur belum pernah ke Trinil :D beneran masih ada kan ya sampai sekarang hihi.. abaikan saja

    Saya pribadi kurang tertarik dengan sejarah, akibat pengajaran sekolah yang monoton. Malah mulai minat itu semenjak baca novel-novel sejarah. Jadi, siapa bilang novel nggak bisa menginspirasi? Itu pendapat saya loh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Melanie, sama belum pernah ke Trinil juga.
      Kalau aku dulu suka sejarah karena gurunya asyik, tapi minat tetep ke eksak :D

      Delete
  4. Namun, Areta tidak berhenti begitu saja, dia kembali ke rumah neneknya karena mendengar Harry Dubois juga akan berkunjung ke Trinil.

    Itu teh Dubois yg menemukan fosil Pithe zaman dahulu kala itu? wuih.. tambah penasaraan sama novel ini.. fantasi tanpa batas kayaknya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harry itu cicitnya Eugene Dubois yang nemu fosil Trinil tempo dulu itu, Mbak :D

      Delete
  5. Apakah bibi areta juga pithecantropus? Wah jadi penasaran. Bisa jadi bahan bacaan seru plus buat pelajar gampang belajar sejarah dengan asyik nih..

    ReplyDelete
  6. ngitung duit di kantong[*ngelirik review novel ini* ugh..bikin penasaran kalo ngomongin sejarah...

    ReplyDelete
  7. Pithe yg manusia purba ternyata juga mahkhluk luar angkasa?.. wuidiih...takjub saya, kok bisa2nya ketemu ide kyk gini. Ajiiib...

    ReplyDelete
  8. Hei, aku juga hobi bulutangkis lho! :D bahkan sampai sekarang masih menggilai bulutangkis, hehe. Eh, aduh, maaf ya jadi OOT deh. :p

    Nampaknya novel ini memang benar-benar akan membawa saya bernostalgia ke jaman SMP dan SMA dulu. Masa-masa dimana otak saya ngejelimet ngafalin nama-nama urutan zaman manusia purba yang berujung us-us itu, hahaha. But it was fun! ;)

    Berarti novel ini nggak hanya memberi fantasi pada pembaca, tapi pastinya ada terselip ilmu yg tersirat kan ya? Apalagi kalo ini bisa dibaca oleh semua umur. Mantap deh. Bisa belajar lewat cerita begini biasanya lebih mudah diserap oleh anak-anak.

    Ditambah pemaparan di review ini jadi tambah lope-lope deh mau bacanya. Konsep sci-fi yang kental dengan nuansa Indonesia itu sip banget, hehe. Teruslah berkarya dengan sci-fi nya yaaa mbak-mbak, biar makin jadi trend ke depannya. :)

    ReplyDelete
  9. penasaran dengan tokoh areta dan pengalamannya di novel ini

    ReplyDelete
  10. Review ini bikin aku tambah penasaran sama novelnya dan ditambah penasarannya dengan fosil yang sama di museum trinil terus sama dirumah neneknya Areta dan bilang itu bibinya, itu ceritanya gimana?
    Dan ini sci-finya kental abis ya di Indonesia. Dan juga pengetahuannya bakal banyak banget nih. Jadi inget pelajaran sejarah lagi haduh.

    ReplyDelete
  11. Dari review-nya aja udah kelihatan kalau novel ini berkualitas. Kenapa saya bilang berkualitas ?

    Alasannya simple, karena penulis mampu mengangkat sejarah Pithecanthropus Eractus yang jarang dilakukan oleh penulis lainnya dan secara tidak langsung ikut memberikan wawasan baru bagi para pembacanya.

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)