Monday, November 25, 2013

Buku Pilihan Admin: Temui Aku di Surga

Kata Pengantar yang manis dari Ella Sofa :-)
Oleh: Leyla Hana

Hollaa. akhirnya Bundamin selesai membaca satu buku lagi karya anggota Be a Writer (BAW), kali ini  novel berjudul "Temui Aku di Surga" karya Ella Sofa. Resensinya bisa dibaca di sini ya. Novel berbalut intrik politik kelas pedesaan ini cukup menegangkan, terutama memasuki konflik pemilihan Kepala Desa. Waduh, baru mau jadi Kepala Desa saja sudah banyak intriknya, apalagi jadi Presiden. Tak heran elit politik di negeri ini kelihatan bertengkar terus, saling memfitnah, sangat mengerikan! 

Menjadi menarik ketika Bunda Ella Sofa menulis novel ini disertai survei langsung ke pihak-pihak yang terkait dalam pemilihan Kepala Desa. Jadi, walaupun ini novel fiksi, kejadian-kejadian di dalamnya diambil dari kisah nyata dengan penambahan-penambahan ya (makanya disebut fiksi). Intinya sih, kejadian-kejadian yang tertulis di novel ini sangat mungkin terjadi di dunia nyata. Betapa seorang calon Kepala Desa sanggup melakukan apa saja untuk mendapatkan jabatan itu, dari memakai dukun sampai membunuh. 

Bundamin mewawancarai Bunda Ella Sofa seputar penulisan novelnya ini, siapa  tahu bisa menginspirasi kamu untuk meneruskan proyek novelmu yang tertunda lama. 

Tanya: Halo, Bunda Ella. Bundamin mau tanya ya. Novel "Temui Aku di Surga" ini novel Bunda yang ke berapa? Ide nulisnya dari mana? Apakah pengalaman pribadi atau cerita orang lain? Boleh dong diceritain.

Jawab: Ini novel ke dua, Mbak. Ide nulis dari kisah yang dialami adik ipar saya, dalam hal ini ia menjadi tokoh Malik seta sahabatnya yang menjadi tokoh Yudho. Tapi dalam penulisan novel ceritaya tidak sama persis, ada modifikasi di beberapa bagian. Lalu untuk intrik-intrik yang muncul sepeti tokoh Solikin yang dendam, proses pemilihan kepala desa, konflik-konflik dan ending dari saya dengan melihat bebagai fakta di lapangan, survei pada beberapa kepala desa, juga imajinasi saya.

Tanya: Itu kan tokohnya laki-laki. Bagaimana Bunda bisa melebur ke dalam karakter tokoh-tokohnya?

Jawab: Membayangkan jadi adik ipar or sahabatnya tersebut. Mengandaikan saya adalah lelaki.

Tanya: Ceritain dong pengalaman surveinya itu? Pasti menarik sekali. Jadi bener ya apa yang tertulis di novel tentang intrik-intrik pemilihan kepala desa?

Jawab: Kebetulan bapak saya sendiri pernah dua kali menjabat kepala desa, jadi selain tahu sendiri gimana suasana pilihan kepala desa jua saya wawancara sama abah tentang hal-hal yang berkaitan, seperti uang amplopan, ada calon yang main dukun (insyaallah bukan abah saya), main suap (serangan fajar sebelum pelmilihan dimulai, nyerangnya pakai uang tentunya), dan di desa dan memang ada juga yang main ancam dengan menyuruh kelompok abangan dari sebuah desa tertentu. itu tak hanya saat pilihan kades tapi juga saat pemilu pernah juga. Bahkan pas pemilihan kades yang baru marak malah lebih jor-joran, jadi novel saya tak separah keadaan sekarang, terutama berkaitan dengan uang amplopan. Entah dari mana mereka dapat duitnya... hehe. Oya, survey juga pada kepala desa lain seperti sahabat adik ipar saya yang jadi kepala desa, dan teman-teman yang tahu seluk beluk pemerintahan desa. Saat wawancara sebenernya pada heran ngapain sih tiap kali main nanya pilihan kades melulu? Ya dengan pede bilang, aku sedang garap novel tentang pilihan kades. Agak ketar ketir kalau nggak bisa terbit sih, kan malu. alhamdulillah akhirnya novelnya diterbitkan juga.

Tanya: Berapa lama proses penulisan dan penerbitan novel ini? Pernah mandeg ga waktu nulisnya?

Jawab: Nulis itu kayaknya akhir tahun 2011, nulis sekitar 50 halaman, mandeg, terus ada lomba, pengen ngejar, nulis lagi, lalu gak kekejar, mandeg. Terus desember 2012 selesai, kukirim ke GIP. Empat bulan kemudian dapat penolakan. Mandeg agak lama, aku nulis cerpen dan baca-baca novel lain. Akhirnya kucoba rombak, ngilangin beberapa tokoh, bikin tokoh baru, alur berubah, membuang beberapa bab, dan menjadi novel yang berbeda dari sebelumnya. Maret kukirim ke Bu Linda, diacc disuruh revisi, ngilangin dua bab awal, hadeeeh hehe. Ending disuruh ganti biar gak mudah ditebak. Dan alhamdulillah 17 juni beredar di toko buku. Oya... tentang jas ontokusumo itu, dulu aku pernah tahu pas pilihan kades, dipakai sama lawannya Abah. Juga pakai keris... kalau tentang kronologis pembelian suara, aku ngarang hehe, tapi di lapangan kalau beli surat suara ada, yaitu surat yg harus dibawa saat mau milih, nah itu dulu pada dibeli sama sabetan dari pihak lawan, tapi ini gak ada di novel.

Tanya: Pemilihan judul siapa yang milihin Bun? Nulisnya mengalir saja sebagaimana ide berkembang?

Jawab: Judul dari saya sendiri. Saat itu sedang merenungi para sahabat yang entah nanti bisa ketemu apa tidak di dunia ini. Lalu tercitta larik-larik kalimat yang membentuk puisi di hal awal, dan diberi judul "Temui Aku di Surga". Nha, kok kayaknya mathuk ama novelku, ya nekat aja menjadikan puisi dan judul itu sebagai bagian dari novel. Proses nulis: pertama bikin kerangka dulu semacam outline. Baru nulis. Tapi, setelah ditolak GIP, baru mikir plot, bahwa dalam novel, harus ada benang merah dari awal cerita hingga akhir. Akhirnya alur pun berubah total. Jadi, waktu bikin revisian seakan bikin novel baru dengan membayangkan sedang bikin skenario film. Jadi adegan dari awal hingga akhir bagi saya seperti urutan scene demi scene dalam film. Jadi ide ngalir aja waktu revisi ini. Sambil nulis, juga nyari formula yang gres saat ngerjain tugas rumah, ntar malam baru formula itu diwujudkan dalam tulisan.

Tanya: Bagaimana Bunda menyeimbangkan karir menulis di tengah pekerjaan utama sebagai IRT? Ada pesan untuk para penulis pemula agar mereka semangat menulis?

Jawab: Saya beruntung aja punya suami yang mengerti kebutuhan istrinya. Kebutuhan berkembang termasuk menulis tsb. Saya pikir sepandai pandai kita bagi waktu kalau pasangan gak ngedukung, jadinya malah gak baik. Jadi, ya selain harus pintar cari waktu sela, juga harus pintar ngerayu suami supaya ikhlas kita menulis. Kalau saya biasanya tengah malam waktu anak-anak suami tidur. Pesan buat penulis yang ibu erte, jangan putus asa. Tetaplah menulis tanpa meninggalkan kewajiban, dan sebisa mungkin ada pesan kebaikan dalam tulisan kita. Jangan menyerah, asalkan niat menulis kita baik, insyaallah ada jalan. Gitu aja deh.

Makasih, ya, Bundaa.. Semoga karir menulisnya sukses selalu dan buku-bukunya bermanfaat :-)




7 comments:

  1. Kereeeennnn.... terus berkarya bunda ellaaaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih yaa. Rosa jg keren, taktunggu novelmu

      Delete
  2. Barokallah Mbk, dukungan suami itu emang penting banget, tapi lebih penting adalah jangan putus asa hehhe

    ReplyDelete
  3. makasi mbak naqi, masih ingat dikau yg ikut mendukung saya, dulu meloloskan naskah melahirkan. Iya, pantang menyerah emang amunisi yg utama, mengalahkan segala rintang. Yg penting niat n tujuan bener ya mbak. Makasi udah nyimak mbak..

    ReplyDelete
  4. Wah nggak boleh patah semangat ya, mbak ella hebat, ditolak GIP malah semangat merombaknya, bener2 masukan yg berarti buatku.. sukses terus ya mbaakk..

    ReplyDelete
  5. wah ada nyebut abangan juga ya mbak, cukup berani nih, mengingat abangan di tempatku begitu mengerikan .... bisa menghantar nyawa gratis. mudah2an novelnya bisa diterima semua kalangan.

    ReplyDelete
  6. aku benar-benar jadi ngiri dan termotivasi buat menulis setelah membaca artikel yang dan reviev buku serta novel yang ada di blog yang luarbiasa ini..... salam ;-)

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)