Sunday, July 21, 2013

[Cerpen] Katak dalam Tempurung

Katak Dalam Tempurung

Shabrina Ws


 “Aku akan membungkus matahari!” Teriak Katak suatu hari.


Lalu kabar tentang Katak yang ingin membungkus matahari pun segera tersebar ke seluruh hutan Talakona.




“Bagaimana mungkin Katak bisa membungkus matahari?” tanya Tikus yang baru saja menaruh bungkil-bungkil kacang sebagai cadangan makanan.


“Oh, kau ketinggalan berita Tikus tanah kecil. Tentu saja itu bisa terjadi. Karena
telah bertahun-tahun katak bertapa dalam tempurung,” ucap Kerbau yang sesekali
terlihat mengunyah.


“Tapi…dengan apa dia membungkusnya?” seekor Rayap terlihat bingung.

“Tentu saja itu mudah. Bukankah dengan bertapa bertahun-tahun di dalam tempurung Katak akan menjadi sakti?” ujar kerbau, dia mengeluarkan akar ilalang yang dikunyahnya.


“Sakti? Ha ha ha ha…” Suara tawa panjang Beruang membuat mereka terkejut.

“Hei, Beruang, apa kau tidak punya sopan santun, tertawa tanpa menutup mulut?” Kelinci yang terkenal sopan menegur beruang.

“Oh, maaf kelinci baik hati. Terima kasih telah menegurku. Tapi sejak tadi, aku
merasa geli dan tak bisa menahan tawaku,” sahut Beruang sambil bersandar di
pohon akasia.

“Memangnya kenapa Tuan Beruang?” tanya tikus tanah.

“Lihatlah, sebagian penduduk Talakona telah terpengaruh oleh teriakan si Katak. Ha ha ha ha…ups, maaf…,” Beruang buru-buru menutup mulutnya.

“Hei, jangan sembarangan menertawakan Katak. Ilmu kesaktiaannya bisa mendengarkan siapa saja yang menjelek-jelekkan dia?” sahut Kerbau lagi.

“Aduh, aduh…Kerbau yang baik. Jarak pendengaran itu terbatas. Kenapa kau begitu percaya dengan kata-kata Katak. Dia itu hanya nyaring suaranya saja. Sebentar lagi musim hujan dan suaranya pasti bertambah nyaring,” kata beruang.

“Maaf Tuan Beruang, aku tidak mengerti maksudmu.” Tikus tanah  mendekat.

“Besok sore, aku akan mengundang seluruh penghuni hutan Talakona ke pantai di sebelah barat hutan ini. Aku akan mengadu kesaktian dengan Katak,” ucap  Beruang sebelum pergi.

“Waaaw!”


Maka kabar yang lebih heboh segera tersebar. Besok sore adalah saatnya membuktikan sejauh mana kesaktian Katak. Apakah dia benar-benar bisa membungkus matahari? Dan apa yang akan dilakukan Beruang yang selama ini selalu berkeliling dengan
setumpuk buku-buku bacaan.


Keesokan harinya, seluruh penduduk Talakona berbondong-bondong pergi ke pantai Talakona, di barat hutan Talakona. Acara dimulai. Beruang maju ke depan. Sesekali kakinya disentuh ombak pantai. Sementara sang katak melompat dengan senyum bangga.


“Hai penduduk Talakona, saksikanlah. Bahwa suatu hari aku akan membungkus matahari!” teriak Katak. Semua yang hadir bertepuk tangan.

“Hei Beruang kacamata, kesaktian apa yang akan kau tunjukkan padaku?” tanya Katak dengan lantang.

“Katak yang baik hati. Kau boleh saja mengaku sakti dan ingin membungkus matahari. Namun, sebentar lagi, kita akan bersama-sama menyaksikan matahari tenggelam ke dalam lautan!” kata Beruang.

“Hahahahaha…itu tidak mungkin! Aku tidak percaya kalau kesaktianmu bisa menenggelamkan matahari!”


Dan, seluruh yang hadir diam. Semua memandang matahari yang semakin lama berubah jingga kekuningan. Sinarnya tak lagi panas. Matahari itu  terlihat lebih besar. Air laut berwarna jingga kemerahan. Dan seperti kata beruang, matahari itu pelan-pelan tenggelam ke dalam lautan. Dan suasana menjadi temaram lalu benar-benar gelap.


“Apa-apaan ini, Beruang! Kau curang! Kau menggunakan sihirmu!” teriak kata.

“Wahai Tuan Katak yang baik. Sesungguhnya, aku tak punya kesaktian apa-apa. apalagi menenggelamkan matahari ke dalam lautan. Karena, di pantai ini memang begitulah yang terjadi tiap sore. Matahari tenggelam dengan indah. Kau saja yang selama ini tak pernah keluar dari tempurung. Padahal di luar banyak hal yang bisa kita lihat.”


Katak terlihat sedih menahan malu. Maka, semua yang hadir tahu, kalau ternyata katak tak punya kesaktian apa-apa. Dan sejak hari itu, setiap kali ada  yang banyak bicara tapi malas belajar dan bekerja, mereka selalu mengingatkan “Jangan seperti katak dalam tempurung! Keluarlah, belajarlah dan bekerjalah!”


Gadingkirana
24911

2 comments:

  1. Cerpen anak yg apik..
    sukaa banget.. :)

    ReplyDelete
  2. cerita-cerita seperti ini yang paling dibutuhkan anak Indonesia sekarang

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)