Dimuat
di Lampost, boleh di publish di blog ;)
Persahabatan Pingo dan Woli
Oleh : Izzah Annisa*)
Di sebuah hamparan es di kutub selatan, hiduplah seekor pinguin bernama Pingo. Pingo tinggal bergerombol bersama pinguin lainnya. Pingo hidup bahagia. Hari-harinya ia habiskan dengan berenang, mencari ikan, berjemur, atau meluncur bersama teman-temannya di atas es.
Pagi ini, matahari bersinar cukup hangat. Di kejauhan, tampak Pingo dan teman-temannya sedang berjalan beriringan. Mereka akan berburu ikan di laut. Pingo dan teman-temannya terjun ke bawah laut melalui lubang-lubang es yang menganga. Di dalam laut, mereka berenang dengan cepat mengejar ikan-ikan, kemudian menangkapnya dengan cekatan menggunakan paruh mereka.
Setelah perut kenyang dan masing-masing telah mendapatkan seekor ikan hasil buruan, Pingo dan kawan-kawannya pun beranjak pulang. Pingo berada di barisan belakang dengan membawa seekor ikan di paruhnya. Saat itulah, serombongan burung layang terbang melintas. Salah satu dari burung-burung itu kemudian terbang rendah dan hinggap di atas es yang berada tak jauh dari Pingo.. Burung layang itu kemudian berseru pada Pingo.
“Hei, namaku Woli. Kau sedang apa?”
Pingo meletakkan ikan hasil buruannya di permukaan es.
“Namaku Pingo. Aku baru saja berburu ikan di laut. Sekarang, aku dan teman-temanku akan membawanya pulang.”
“Hah?! Berburu ikan?” Woli memicingkan matanya ke arah Pingo.
“Bagaimana caranya? Apa kau memancingnya?”
“Tidak. Aku berenang. Mengejar ikan, kemudian menangkapnya dengan paruhku”
“Apaaa? Kau berenang? Hahaha…”
Pingo tersinggung melihat Woli menertawakannya.
“Kurasa tidak ada yang pantas kau tertawakan!” bentaknya.
“Habis, benar-benar aneh. Kau itu kan burung. Setahuku, keahlian bangsa burung adalah terbang, bukan berenang! Hahaha, uhuk uhuk!” Woli tertawa hingga terbatuk-batuk.
Pingo mendengus.
“Huh, terserah kau mau bilang apa!”
Pingo lalu pergi meninggalkan Woli dan tidak memedulikan suara tawanya.
“Hahaha, Pingo tak bisa teerbang, Pingo tak bisa teeerbang! Yeyeyeye, ” Woli melompat-lompat di atas es sambil terus berteriak mengejek Pingo. Tapi tiba-tiba...
Krrrrkk….
Oh, tidak! Tanpa diduga, es yang diinjak Woli merekah dan amblas ke dalam air. Kejadiannya begitu cepat sehingga Woli tidak sempat mengepakkan sayapnya. Woli tercebur!
“Pingoooo, toloooong! Blubub, blubub…!” teriak Woli sambil berusaha mengepak-ngepakkan sayapnya. Tapi bulu Woli yang basah malah membuat tubuhnya semakin tenggelam!
“Woli?!” Pingo menoleh cepat dan mencari-cari di mana gerangan Woli berada. Tapi Woli sudah tidak ada lagi di tempatnya. Sebagai gantinya, kini terlihat sebuah lubang es yang menganga di bekas tempat Woli berpijak.
“Ya tuhan, Woli tenggelam!” teriak Pingo panik. Teman-teman Pingo pun menghentikan langkah mereka.
“Pingo, cepat! Kau harus menolongnya atau kau akan kehilangan teman barumu itu!” teriak salah satu teman Pingo. Tanpa menunggu lama, Pingo meluncur dan menceburkan diri ke dalam lubang es di mana Woli tenggelam. Dengan bantuan kedua sayapnya, Pingo berenang dengan cepat di dalam air.
Oh, Woli, dimana kau? Bisik Pingo dalam hati. Air laut tampak gelap karena cahaya matahari terhalang es yang menutupi permukaannya. Untung lah, mata Pingo sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu. Beberapa saat kemudian, mata Pingo berhasil melihat sesosok hitam yang terseret arus di dalam air.
Woli!
Pingo sangat gembira menyadari bahwa sosok itu adalah Woli. Pingo lalu mengejar tubuh Woli, memagutnya dengan paruh, kemudian membawanya ke permukaan laut secepat mungkin.
Dengan hati-hati, Pingo membaringkan tubuh Woli di atas es.
“Apa dia masih hidup?” teman-teman Pingo berkerumun mengelilingi sosok Woli yang membiru.
“Entahlah. Sepertinya dia terlalu banyak menelan air,” jawab Pingo sambil menekan-nekan dada Woli dengan sayapnya.
Beberapa saat kemudian, Woli terlihat menggeliat, kemudian batuk-batuk, lalu memuntahkan banyak air dari perutnya.
“Woli! Syukurlah kau sudah sadar.”
Perlahan-lahan, Woli pun membuka matanya.
“Pi….ngooo…?” Woli berujar lirih ketika melihat sosok Pingo di hadapannya.
Woli sangat berterima kasih karena Pingo telah menyelamatkannya. Woli juga meminta maaf kepada Pingo karena telah mengejek Pingo sebelumnya. Sejak saat itu, Pingo dan Woli menjadi sahabat dekat.
“Kau tahu, Pingo, meski tak bisa terbang, tapi kau adalah perenang yang sangat hebat! Dan itu adalah sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh burung mana pun!” Demikian kalimat yang selalu diucapkan Woli saat dia dan Pingo bermain bersama.
Persahabatan Pingo dan Woli
Oleh : Izzah Annisa*)
Di sebuah hamparan es di kutub selatan, hiduplah seekor pinguin bernama Pingo. Pingo tinggal bergerombol bersama pinguin lainnya. Pingo hidup bahagia. Hari-harinya ia habiskan dengan berenang, mencari ikan, berjemur, atau meluncur bersama teman-temannya di atas es.
Pagi ini, matahari bersinar cukup hangat. Di kejauhan, tampak Pingo dan teman-temannya sedang berjalan beriringan. Mereka akan berburu ikan di laut. Pingo dan teman-temannya terjun ke bawah laut melalui lubang-lubang es yang menganga. Di dalam laut, mereka berenang dengan cepat mengejar ikan-ikan, kemudian menangkapnya dengan cekatan menggunakan paruh mereka.
Setelah perut kenyang dan masing-masing telah mendapatkan seekor ikan hasil buruan, Pingo dan kawan-kawannya pun beranjak pulang. Pingo berada di barisan belakang dengan membawa seekor ikan di paruhnya. Saat itulah, serombongan burung layang terbang melintas. Salah satu dari burung-burung itu kemudian terbang rendah dan hinggap di atas es yang berada tak jauh dari Pingo.. Burung layang itu kemudian berseru pada Pingo.
“Hei, namaku Woli. Kau sedang apa?”
Pingo meletakkan ikan hasil buruannya di permukaan es.
“Namaku Pingo. Aku baru saja berburu ikan di laut. Sekarang, aku dan teman-temanku akan membawanya pulang.”
“Hah?! Berburu ikan?” Woli memicingkan matanya ke arah Pingo.
“Bagaimana caranya? Apa kau memancingnya?”
“Tidak. Aku berenang. Mengejar ikan, kemudian menangkapnya dengan paruhku”
“Apaaa? Kau berenang? Hahaha…”
Pingo tersinggung melihat Woli menertawakannya.
“Kurasa tidak ada yang pantas kau tertawakan!” bentaknya.
“Habis, benar-benar aneh. Kau itu kan burung. Setahuku, keahlian bangsa burung adalah terbang, bukan berenang! Hahaha, uhuk uhuk!” Woli tertawa hingga terbatuk-batuk.
Pingo mendengus.
“Huh, terserah kau mau bilang apa!”
Pingo lalu pergi meninggalkan Woli dan tidak memedulikan suara tawanya.
“Hahaha, Pingo tak bisa teerbang, Pingo tak bisa teeerbang! Yeyeyeye, ” Woli melompat-lompat di atas es sambil terus berteriak mengejek Pingo. Tapi tiba-tiba...
Krrrrkk….
Oh, tidak! Tanpa diduga, es yang diinjak Woli merekah dan amblas ke dalam air. Kejadiannya begitu cepat sehingga Woli tidak sempat mengepakkan sayapnya. Woli tercebur!
“Pingoooo, toloooong! Blubub, blubub…!” teriak Woli sambil berusaha mengepak-ngepakkan sayapnya. Tapi bulu Woli yang basah malah membuat tubuhnya semakin tenggelam!
“Woli?!” Pingo menoleh cepat dan mencari-cari di mana gerangan Woli berada. Tapi Woli sudah tidak ada lagi di tempatnya. Sebagai gantinya, kini terlihat sebuah lubang es yang menganga di bekas tempat Woli berpijak.
“Ya tuhan, Woli tenggelam!” teriak Pingo panik. Teman-teman Pingo pun menghentikan langkah mereka.
“Pingo, cepat! Kau harus menolongnya atau kau akan kehilangan teman barumu itu!” teriak salah satu teman Pingo. Tanpa menunggu lama, Pingo meluncur dan menceburkan diri ke dalam lubang es di mana Woli tenggelam. Dengan bantuan kedua sayapnya, Pingo berenang dengan cepat di dalam air.
Oh, Woli, dimana kau? Bisik Pingo dalam hati. Air laut tampak gelap karena cahaya matahari terhalang es yang menutupi permukaannya. Untung lah, mata Pingo sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu. Beberapa saat kemudian, mata Pingo berhasil melihat sesosok hitam yang terseret arus di dalam air.
Woli!
Pingo sangat gembira menyadari bahwa sosok itu adalah Woli. Pingo lalu mengejar tubuh Woli, memagutnya dengan paruh, kemudian membawanya ke permukaan laut secepat mungkin.
Dengan hati-hati, Pingo membaringkan tubuh Woli di atas es.
“Apa dia masih hidup?” teman-teman Pingo berkerumun mengelilingi sosok Woli yang membiru.
“Entahlah. Sepertinya dia terlalu banyak menelan air,” jawab Pingo sambil menekan-nekan dada Woli dengan sayapnya.
Beberapa saat kemudian, Woli terlihat menggeliat, kemudian batuk-batuk, lalu memuntahkan banyak air dari perutnya.
“Woli! Syukurlah kau sudah sadar.”
Perlahan-lahan, Woli pun membuka matanya.
“Pi….ngooo…?” Woli berujar lirih ketika melihat sosok Pingo di hadapannya.
Woli sangat berterima kasih karena Pingo telah menyelamatkannya. Woli juga meminta maaf kepada Pingo karena telah mengejek Pingo sebelumnya. Sejak saat itu, Pingo dan Woli menjadi sahabat dekat.
“Kau tahu, Pingo, meski tak bisa terbang, tapi kau adalah perenang yang sangat hebat! Dan itu adalah sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh burung mana pun!” Demikian kalimat yang selalu diucapkan Woli saat dia dan Pingo bermain bersama.
ceritanya bagus, anak2 pasti suka membacanya :)
ReplyDelete