Tweet |
Penulis : Prof Yohanes Surya bersama Ellen Conny & Sylvia Lim Penerbit : PT Kandel Terbit : Cetakan I, 2012 Jumlah Halaman : XXIII + 353 hlm ISBN : 978-602-7505-17-9 Bagaimana rasanya menjadi anak seorang ilmuwan Fisika peraih Nobel? Merasa tidak bebas dan selalu terbayang-bayang oleh nama besar ayahnya dan itulah yang dirasakan oleh Tofi, seorang pelajar kelas kepler (kelas II), ilmuwan merangkap pemain basket yang sangat populer di Odyssa College. Selain itu Tofi juga terkenal baik hati dan cerdas meskipun sebagai remaja pada umumnya, emosinya belum terkendali dengan baik, masih suka membuat ledakan dalam eksperimen Fisika, serta gampang marah jika berhubungan dengan Jupiter, pesaing terbesarnya untuk menjabat sebagai ketua klub Fosfor. Konflik semakin menyulut semenjak kehadiran Miranda, seorang murid pindahan yang misterius dan pemilik bola mata paling indah sejagad raya itu telah menarik perhatian Tofi dan Jupiter sejak pertama kali bertemu. Demi melepaskan kekuasaan Jupiter selaku dewan Newtonian (kelompok elit Odyssa College) dari klub Fosfor yang diketuai oleh Miranda, Tofi dan teman-temannya mengikuti perlombaan Science To Generation. Ternyata lomba yang mengambil setting di Bandung itu menyimpan konspirasi misterius. Mulai dari kejadian aneh seputar hantu, teka-teki Perburuan Bintang Sirius, terjebak dalam laboratorium horor, sampai urusan sindikat mafia paling berbahaya di dunia. Di lomba ini semuanya serba abu-abu, siapa lawan dan kawan silih berganti tidak ditebak dari awal, terlebih sindikat mafia itu ternyata mengenal Ayah Tofi. (in fact, saya baru selesai membaca sampai kejadian aneh seputar hantu yang dialami oleh Tofi dan teman-temannya di sebuah penginapan jaman dulu selama lomba STG berlangsung. Karena memang bukunya terpecah jadi 2. Hiks penasaran sama kelanjutannyaaa, dan bukunya habis di toko buku langganan saya. kyaaa *okay, stop curcol*) Jujur, saya surprise ketika mendengar kabar bahwa novel ini adalah buatan dari Pak Yohanes Surya. ya, meskipun telat.haha.. Dengan background saya yang sama-sama Fisika ternyata banyak hal remeh temeh yang saya dapatkan dari novel ini. Misalnya beberapa kisah para ilmuwan yang selama ini kurang terekspos publik. Tentang Newton yang ternyata anak seorang petani miskin dan memiliki misteri cinta pertama, Einstein yang pernah galau menentukan cita-cita antara menjadi teknisi air atau pengusaha kelontong. Atau tentang para ilmuwan yang ternyata juga menjadi pembela bagi negara mereka, sebut saja Archimedes yang berjuang membela kotanya Syracusa dari serangan Romawi atau Marie Currie yang sangat mencintai Polandia, tanah airnya. Ada juga tentang permusuhan abadi antara Newton dan Robert Hooke, sang penemu pegas itu. dan lain sebagainya tentang kehidupan normal para ilmuwan yang selama ini dianggap anomali. Setting di novel ini pun tidak biasa, mengambil setting fiksi pulau kencana yang terletak di Indonesia dan dihuni oleh sekumpulan keluarga ilmuwan, dengan teknologi nano yang nyaris mendominasi peralatan canggih mereka. Setting yang menjadi kekuatan sekaligus kelemahan, misalnya bisa menimbulkan pertanyaan di benak saya, kenapa hanya di pulau kencana teknologi nano yang wah itu bisa diterapkan? kenapa tidak bisa merata ke seluruh Negara yang sudah terlampau tertinggal ini? hehe atau pertanyaan sederhana, apakah bisa teknologi yang sedemikian canggihnya tidak merusak sedikitpun ekosistem yang ada, bahkan bisa hidup berdampingan dengan baik dan itu terjadi hanya di pulau Kencana, salah satu pulau di Indonesia. :D Dan jangan ditanya soal nama-nama 'ajaib' yang bertengger di sepanjang novel. Semuanya beraroma science, entah itu dicaplok dari istilah-istilah Fisika semisal Volta, Kirchoff, Ray hingga jejeran benda langit semisal Jupiter dan Miranda (Satelit terbesar planet Uranus). Saya sangat menikmati pemberian nama yang unik ini, kecuali tentu pengenalan masing-masing karakter di prolog yang justru membuat saya pusing, bolak-balik mengingat siapa ini siapa itu, karena memang karakternya cukup banyak. Begitu pun dengan ungkapan-ungkapan yang tidak kalah ajaib. Beberapa di antaranya adalah favorit saya. "Jupiter dianggapnya hanya gesekan udara yang berusaha menghambat jatuhnya sebuah batu besar dari atas bukit, sesuatu yang bisa diabaikan" hal 68 "Pluto menghela napas getir ketika dia mengeluarkan barang-barangnya dari loker. Planet-planet lain dapat berbicara apa saja. Ilmuwan bisa menganggapnya apa saja. Terlalu kecil.. Terlalu jauh.. Terlalu aneh. Tapi apa mereka tahu bagaimana rasanya bertahan sendirian di ujung tata surya?" hal -96 (cerita selingan yang menjadi favorit saya. tentang planet Pluto yang terbuang dari jejeran planet, sedihhhhhh) "Ketika kita memandang ke langit malam, sebenarnya kita sedang menatap ke masa lalu" hal 163 "Tofi, jika benar katamu cinta bukanlah besaran Fisika, bukankah kita tidak perlu membuktikan keberadaanya? dan tidak akan pernah ada yang mampu mengukurnya?" Hal 176 "Seperti Newton, engkau mungkin tak pernah tahu kemana langka kecil pertama akan membawamu. Tapi sekalipun kau hanya meraba-raba, tak tahu pasti, percayalah pada akhirnya, langkah-langkah selanjutnya akan membuatmu sampai di tempat yang hebat" hal 185 "Letakkan tanganmu di tungku panas selama semenit, rasanya seperti satu jam, duduklah besama dengan gadis pujaanmu selama satu jam, rasanya seperti semenit, itulah makna relativitas" hal 148 Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat ajaib lainnya. Over all saya sangat menikmati ketika membaca buku ini, bisa sekaligus refreshing dan kembali mempelajari Fisika, astronomi, dan sedikit Kimia dengan bahasa yang lebih sederhana dan jauh dari terkesan menggurui. Dan yang saya tidak sangka juga bahwa seorang Prof Yohanes Surya bisa menulis fiksi sebagus ini, lengkap dengan kenakalan dan banyolan khas anak remaja. (ya kali An pak Yohanes nggak pernah muda.. hihi *ditimpuk pakai rumus Fisika*) Sekian review perdana saya, benar-benar perdana, haha. Jadi maaf kalau tulisannya lompat ke sana ke mari (lagi belajar bikin review).. :D |
|
Judul : TOFI Perburuan Bintang Sirius (Bagian 1)
Penulis : Prof Yohanes Surya bersama Ellen Conny & Sylvia Lim
Penerbit : PT Kandel
Terbit : Cetakan I, 2012
Jumlah Halaman : XXIII + 353 hlm
ISBN : 978-602-7505-17-9
Bagaimana rasanya menjadi anak seorang ilmuwan Fisika peraih Nobel?
Merasa tidak bebas dan selalu terbayang-bayang oleh nama besar ayahnya
dan itulah yang dirasakan oleh Tofi, seorang pelajar kelas kepler (kelas
II), ilmuwan merangkap pemain basket yang sangat populer di Odyssa
College. Selain itu Tofi juga terkenal baik hati dan cerdas meskipun
sebagai remaja pada umumnya, emosinya belum terkendali dengan baik,
masih suka membuat ledakan dalam eksperimen Fisika, serta gampang marah
jika berhubungan dengan Jupiter, pesaing terbesarnya untuk menjabat
sebagai ketua klub Fosfor.
Konflik semakin menyulut semenjak
kehadiran Miranda, seorang murid pindahan yang misterius dan pemilik
bola mata paling indah sejagad raya itu telah menarik perhatian Tofi dan
Jupiter sejak pertama kali bertemu.
Demi melepaskan kekuasaan
Jupiter selaku dewan Newtonian (kelompok elit Odyssa College) dari klub
Fosfor yang diketuai oleh Miranda, Tofi dan teman-temannya mengikuti
perlombaan Science To Generation. Ternyata lomba yang mengambil setting
di Bandung itu menyimpan konspirasi misterius. Mulai dari kejadian aneh
seputar hantu, teka-teki Perburuan Bintang Sirius, terjebak dalam
laboratorium horor, sampai urusan sindikat mafia paling berbahaya di
dunia. Di lomba ini semuanya serba abu-abu, siapa lawan dan kawan silih
berganti tidak ditebak dari awal, terlebih sindikat mafia itu ternyata
mengenal Ayah Tofi.
(in fact, saya baru selesai membaca sampai
kejadian aneh seputar hantu yang dialami oleh Tofi dan teman-temannya di
sebuah penginapan jaman dulu selama lomba STG berlangsung. Karena
memang bukunya terpecah jadi 2. Hiks penasaran sama kelanjutannyaaa, dan
bukunya habis di toko buku langganan saya. kyaaa *okay, stop curcol*)
Jujur, saya surprise ketika mendengar kabar bahwa novel ini adalah
buatan dari Pak Yohanes Surya. ya, meskipun telat.haha.. Dengan
background saya yang sama-sama Fisika ternyata banyak hal remeh temeh
yang saya dapatkan dari novel ini. Misalnya beberapa kisah para ilmuwan
yang selama ini kurang terekspos publik.
Tentang Newton yang
ternyata anak seorang petani miskin dan memiliki misteri cinta pertama,
Einstein yang pernah galau menentukan cita-cita antara menjadi teknisi
air atau pengusaha kelontong. Atau tentang para ilmuwan yang ternyata
juga menjadi pembela bagi negara mereka, sebut saja Archimedes yang
berjuang membela kotanya Syracusa dari serangan Romawi atau Marie Currie
yang sangat mencintai Polandia, tanah airnya. Ada juga tentang
permusuhan abadi antara Newton dan Robert Hooke, sang penemu pegas itu.
dan lain sebagainya tentang kehidupan normal para ilmuwan yang selama
ini dianggap anomali.
Setting di novel ini pun tidak biasa,
mengambil setting fiksi pulau kencana yang terletak di Indonesia dan
dihuni oleh sekumpulan keluarga ilmuwan, dengan teknologi nano yang
nyaris mendominasi peralatan canggih mereka. Setting yang menjadi
kekuatan sekaligus kelemahan, misalnya bisa menimbulkan pertanyaan di
benak saya, kenapa hanya di pulau kencana teknologi nano yang wah itu
bisa diterapkan? kenapa tidak bisa merata ke seluruh Negara yang sudah
terlampau tertinggal ini? hehe atau pertanyaan sederhana, apakah bisa
teknologi yang sedemikian canggihnya tidak merusak sedikitpun ekosistem
yang ada, bahkan bisa hidup berdampingan dengan baik dan itu terjadi
hanya di pulau Kencana, salah satu pulau di Indonesia. :D
Dan
jangan ditanya soal nama-nama 'ajaib' yang bertengger di sepanjang
novel. Semuanya beraroma science, entah itu dicaplok dari
istilah-istilah Fisika semisal Volta, Kirchoff, Ray hingga jejeran benda
langit semisal Jupiter dan Miranda (Satelit terbesar planet Uranus).
Saya sangat menikmati pemberian nama yang unik ini, kecuali tentu
pengenalan masing-masing karakter di prolog yang justru membuat saya
pusing, bolak-balik mengingat siapa ini siapa itu, karena memang
karakternya cukup banyak.
Begitu pun dengan ungkapan-ungkapan yang tidak kalah ajaib. Beberapa di antaranya adalah favorit saya.
"Jupiter dianggapnya hanya gesekan udara yang berusaha menghambat
jatuhnya sebuah batu besar dari atas bukit, sesuatu yang bisa diabaikan"
hal 68
"Pluto menghela napas getir ketika dia mengeluarkan
barang-barangnya dari loker. Planet-planet lain dapat berbicara apa
saja. Ilmuwan bisa menganggapnya apa saja. Terlalu kecil.. Terlalu
jauh.. Terlalu aneh. Tapi apa mereka tahu bagaimana rasanya bertahan
sendirian di ujung tata surya?" hal -96 (cerita selingan yang menjadi
favorit saya. tentang planet Pluto yang terbuang dari jejeran planet,
sedihhhhhh)
"Ketika kita memandang ke langit malam, sebenarnya kita sedang menatap ke masa lalu" hal 163
"Tofi, jika benar katamu cinta bukanlah besaran Fisika, bukankah kita
tidak perlu membuktikan keberadaanya? dan tidak akan pernah ada yang
mampu mengukurnya?" Hal 176
"Seperti Newton, engkau mungkin tak
pernah tahu kemana langka kecil pertama akan membawamu. Tapi sekalipun
kau hanya meraba-raba, tak tahu pasti, percayalah pada akhirnya,
langkah-langkah selanjutnya akan membuatmu sampai di tempat yang hebat"
hal 185
"Letakkan tanganmu di tungku panas selama semenit,
rasanya seperti satu jam, duduklah besama dengan gadis pujaanmu selama
satu jam, rasanya seperti semenit, itulah makna relativitas" hal 148
Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat ajaib lainnya.
Over all saya sangat menikmati ketika membaca buku ini, bisa sekaligus
refreshing dan kembali mempelajari Fisika, astronomi, dan sedikit Kimia
dengan bahasa yang lebih sederhana dan jauh dari terkesan menggurui. Dan
yang saya tidak sangka juga bahwa seorang Prof Yohanes Surya bisa
menulis fiksi sebagus ini, lengkap dengan kenakalan dan banyolan khas
anak remaja. (ya kali An pak Yohanes nggak pernah muda.. hihi *ditimpuk
pakai rumus Fisika*)
Sekian review perdana saya, benar-benar
perdana, haha. Jadi maaf kalau tulisannya lompat ke sana ke mari (lagi
belajar bikin review).. :D
Penulis : Prof Yohanes Surya bersama Ellen Conny & Sylvia Lim
Penerbit : PT Kandel
Terbit : Cetakan I, 2012
Jumlah Halaman : XXIII + 353 hlm
ISBN : 978-602-7505-17-9
Bagaimana rasanya menjadi anak seorang ilmuwan Fisika peraih Nobel? Merasa tidak bebas dan selalu terbayang-bayang oleh nama besar ayahnya dan itulah yang dirasakan oleh Tofi, seorang pelajar kelas kepler (kelas II), ilmuwan merangkap pemain basket yang sangat populer di Odyssa College. Selain itu Tofi juga terkenal baik hati dan cerdas meskipun sebagai remaja pada umumnya, emosinya belum terkendali dengan baik, masih suka membuat ledakan dalam eksperimen Fisika, serta gampang marah jika berhubungan dengan Jupiter, pesaing terbesarnya untuk menjabat sebagai ketua klub Fosfor.
Konflik semakin menyulut semenjak kehadiran Miranda, seorang murid pindahan yang misterius dan pemilik bola mata paling indah sejagad raya itu telah menarik perhatian Tofi dan Jupiter sejak pertama kali bertemu.
Demi melepaskan kekuasaan Jupiter selaku dewan Newtonian (kelompok elit Odyssa College) dari klub Fosfor yang diketuai oleh Miranda, Tofi dan teman-temannya mengikuti perlombaan Science To Generation. Ternyata lomba yang mengambil setting di Bandung itu menyimpan konspirasi misterius. Mulai dari kejadian aneh seputar hantu, teka-teki Perburuan Bintang Sirius, terjebak dalam laboratorium horor, sampai urusan sindikat mafia paling berbahaya di dunia. Di lomba ini semuanya serba abu-abu, siapa lawan dan kawan silih berganti tidak ditebak dari awal, terlebih sindikat mafia itu ternyata mengenal Ayah Tofi.
(in fact, saya baru selesai membaca sampai kejadian aneh seputar hantu yang dialami oleh Tofi dan teman-temannya di sebuah penginapan jaman dulu selama lomba STG berlangsung. Karena memang bukunya terpecah jadi 2. Hiks penasaran sama kelanjutannyaaa, dan bukunya habis di toko buku langganan saya. kyaaa *okay, stop curcol*)
Jujur, saya surprise ketika mendengar kabar bahwa novel ini adalah buatan dari Pak Yohanes Surya. ya, meskipun telat.haha.. Dengan background saya yang sama-sama Fisika ternyata banyak hal remeh temeh yang saya dapatkan dari novel ini. Misalnya beberapa kisah para ilmuwan yang selama ini kurang terekspos publik.
Tentang Newton yang ternyata anak seorang petani miskin dan memiliki misteri cinta pertama, Einstein yang pernah galau menentukan cita-cita antara menjadi teknisi air atau pengusaha kelontong. Atau tentang para ilmuwan yang ternyata juga menjadi pembela bagi negara mereka, sebut saja Archimedes yang berjuang membela kotanya Syracusa dari serangan Romawi atau Marie Currie yang sangat mencintai Polandia, tanah airnya. Ada juga tentang permusuhan abadi antara Newton dan Robert Hooke, sang penemu pegas itu. dan lain sebagainya tentang kehidupan normal para ilmuwan yang selama ini dianggap anomali.
Setting di novel ini pun tidak biasa, mengambil setting fiksi pulau kencana yang terletak di Indonesia dan dihuni oleh sekumpulan keluarga ilmuwan, dengan teknologi nano yang nyaris mendominasi peralatan canggih mereka. Setting yang menjadi kekuatan sekaligus kelemahan, misalnya bisa menimbulkan pertanyaan di benak saya, kenapa hanya di pulau kencana teknologi nano yang wah itu bisa diterapkan? kenapa tidak bisa merata ke seluruh Negara yang sudah terlampau tertinggal ini? hehe atau pertanyaan sederhana, apakah bisa teknologi yang sedemikian canggihnya tidak merusak sedikitpun ekosistem yang ada, bahkan bisa hidup berdampingan dengan baik dan itu terjadi hanya di pulau Kencana, salah satu pulau di Indonesia. :D
Dan jangan ditanya soal nama-nama 'ajaib' yang bertengger di sepanjang novel. Semuanya beraroma science, entah itu dicaplok dari istilah-istilah Fisika semisal Volta, Kirchoff, Ray hingga jejeran benda langit semisal Jupiter dan Miranda (Satelit terbesar planet Uranus). Saya sangat menikmati pemberian nama yang unik ini, kecuali tentu pengenalan masing-masing karakter di prolog yang justru membuat saya pusing, bolak-balik mengingat siapa ini siapa itu, karena memang karakternya cukup banyak.
Begitu pun dengan ungkapan-ungkapan yang tidak kalah ajaib. Beberapa di antaranya adalah favorit saya.
"Jupiter dianggapnya hanya gesekan udara yang berusaha menghambat jatuhnya sebuah batu besar dari atas bukit, sesuatu yang bisa diabaikan" hal 68
"Pluto menghela napas getir ketika dia mengeluarkan barang-barangnya dari loker. Planet-planet lain dapat berbicara apa saja. Ilmuwan bisa menganggapnya apa saja. Terlalu kecil.. Terlalu jauh.. Terlalu aneh. Tapi apa mereka tahu bagaimana rasanya bertahan sendirian di ujung tata surya?" hal -96 (cerita selingan yang menjadi favorit saya. tentang planet Pluto yang terbuang dari jejeran planet, sedihhhhhh)
"Ketika kita memandang ke langit malam, sebenarnya kita sedang menatap ke masa lalu" hal 163
"Tofi, jika benar katamu cinta bukanlah besaran Fisika, bukankah kita tidak perlu membuktikan keberadaanya? dan tidak akan pernah ada yang mampu mengukurnya?" Hal 176
"Seperti Newton, engkau mungkin tak pernah tahu kemana langka kecil pertama akan membawamu. Tapi sekalipun kau hanya meraba-raba, tak tahu pasti, percayalah pada akhirnya, langkah-langkah selanjutnya akan membuatmu sampai di tempat yang hebat" hal 185
"Letakkan tanganmu di tungku panas selama semenit, rasanya seperti satu jam, duduklah besama dengan gadis pujaanmu selama satu jam, rasanya seperti semenit, itulah makna relativitas" hal 148
Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat ajaib lainnya.
Over all saya sangat menikmati ketika membaca buku ini, bisa sekaligus refreshing dan kembali mempelajari Fisika, astronomi, dan sedikit Kimia dengan bahasa yang lebih sederhana dan jauh dari terkesan menggurui. Dan yang saya tidak sangka juga bahwa seorang Prof Yohanes Surya bisa menulis fiksi sebagus ini, lengkap dengan kenakalan dan banyolan khas anak remaja. (ya kali An pak Yohanes nggak pernah muda.. hihi *ditimpuk pakai rumus Fisika*)
Sekian review perdana saya, benar-benar perdana, haha. Jadi maaf kalau tulisannya lompat ke sana ke mari (lagi belajar bikin review).. :D
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)