Sunday, July 21, 2013

[Diary Day] Menepati Janji

3 Ramadhan 1434 H

MENEPATI JANJI

Yup. Satu agenda dari rerentetan agenda hari ini. Janji yang ku tunggu-tunggu sejak dua hari lalu akhirnya terjadi juga. Bukankah salah satu ciri orang munafiq adalah jika berjanji tidak menepatinya. Nah, aku tidak ingin divonis sebagai orang munafiq. So, bagaimana caranya harus bisa menepati janji ini.

Demi sebuah perubahan besar yang telah ku janjikan beberapa waktu lalu. Sebuah tugas yang teramat besar beban yang tertanggung di pundak. Apapun caranya harus segera diusahakan.


Tatapan tertuju pada sekumpulan gas yang setiap saat menyelimuti bumi, melindungi dari terik mentari. Sedikit gelap diantara putih. Dalam hati sempat terpikir, akankah mutiara akan berjatuhan pagi ini. Ah, tidakkah itu ada yang telah mengaturnya. Seperti apa yang terjadi pada setiap makhluk. Hidup, mati, rizki, dan jodoh semua telah tertulis rapi dalam kitab Lauh mahfuz.

Seperti halnya menepati janji pagi ini. Manusia hanya bisa berusaha, karena waktu sejatinya adalah milik Allah semata.

Tatapan pun sedikit bergeser pada Legenda kesayanganku yang lebih dari 3 bulan belum sempat ku mandikan, hanya sesekali mandi dengan mutiara dari langit. Bannya pun sudah mulai menipis, sebab keseringan bergelut dengan aspal. Tapi, aku sangat bersyukur kepada Allah, tanpa Legenda mungkin semua aktivitas dan kegiatanku akan terkendala luar biasa. Dia sudah mengantarkan ku selama 10 tahun terakhir. Jika legenda itu diberi nikmat oleh Allah bisa bicara, merasakan, dan lain sebagainya seperti manusia. Mungkin dia akan marah, nangis, atau mogok jalan, dan ingin segera pensiun dini. Yup. Luar biasa jasanya hampir tiap hari tidak pernah istirahat, kecuali saat aku diam tidak beraktivitas.

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan? Teringat ayat yang sering di ungkapkan oleh salah seorang sahabat tercinta. Yang kini sedang mengarungi bahtera kehidupan bersama suami tercinta di sebuah kota, yang berada diujung utara jawa tengah. Semarang. Setiap mimpi dia tuliskan, dan seiring dengan keyakinannya, usaha serta tawakal pada Allah, terkabullah hampir setiap mimpi yang ia torehkan.

Janji pagi ini terasa berbeda. Lama nian kaki ini tidak menginjak bumi solo. Tanah yang hampir dalam 3 tahun terakhir ini menjadi labuhan dalam setiap kegiatan. Kini semua telah tampak berbeda. Persahabatan yang dulu menghiasai setiap perjalanan, sedikit banyak telah membentangkan jarak yang luar bisa lebar. Bukan karena ego tiap orang, namun karena tanggung jawab tiap orang untuk memenuhi kebutuhan seiring kedewasaannya. Bukankah semakin dewasa seseorang maka tanggungjawab yang dipikulnya akan mengiringinya.

Aku masih ingat, kata mutiara seoarang sahabat yang ku kenal Oktober 2010 lalu, dalam sebuah  perjalanan sehari ke Jogja. enam orang yang  pagi itu baru saja berkenalan, luar biasa ketika dalam sehari bekerjasama menyelesaikan sebuah misi. Kata-kata mutiara itu adalah, “Kalian itu sudah punya ilmu, bukan saatnya lagi belajar, tapi menerapkan ilmu dan mengajarkannya pada orang lain.”

Yup, itulah yang kemudian memunculkan bentang diantara kami. Namun, bukan bentang yang akan menjadikan hancur persahabatan, tapi persahabatan akan tetap ada. Karena jarak adalah kecepatan berbanding lurus dengan waktu (S = V x t). Maka jika ada nikmat waktu luang dan ada sebuah keinginan besar (Usaha) untuk bertemu, maka jarak bukanlah hal yang akan menghancurkan persahabatan.

08.30, RSDM. Aku selalu berusaha datang lebih awal dari janji yang sudah disepakati. Masih ada satu jam, dan bisa mempersiapkan apa yang akan didiskusikan. Agama islam mengatur semua hal yang telah ada. Bahkan dalam hal kedisiplinan. Luar biasa sekali, ketika disiplin menjadi hal yang setiap saat dilaksanakan oleh setiap umat muslim. Sholat pun tidak akan ditunda-tunda sampai akhir waktu. Jika ingin mengajarkan disiplin pada orang lain, maka jadikan dirimu disiplin lebih dahulu.

Orang yang senantiasa berdedikasi untuk selalu disiplin maka ia akan sukses dan tidak akan amburadul dalam menjalani setiap aktivitasnya. Mengenai hal ini, ustad di majelis yang biasa ku ikuti setiap pekan sekali, selalu mengingatkan tentang kedisiplinan dalam pribadi setiap muslim.

Apalagi seorang guru atau ustad atau pengajar anak-anak, bagaimana anak-anak didiknya akan disiplin (tepat waktu) jika gurunya saja sering datang terlambat. Nah, jika tidak kita mulai sekarang, kapan lagi? Kata Aa Gym dalam sebuah bait syairnya, “mulailah dari hal kecil dan mulailah dari sekarang juga.” Waktu kemarin dan yang akan datang bukan milik kita, tapi waktu sekarang yang harus benar-benar kita manfaatkan, sebelum Allah menggambil kita kapan saja.

09.00 Laboratorium Mikrobiologi RSDM. 30 menit dari waktu yang telah dijanjikan. Aku coba ambil HP yang ada di saku celana. Menuliskan beberapa kata, “aku sudah di depan Lab. Mikro.” Send…

Beberapa menit kemudian ada balasan singkat. “Ya, ditunggu saja, insyaallah sampai jam 9.45.”

Alhamdulillah, tepat pukul 09.45 kita bertemu. Alhamdulillah membuahkan hasil yang luar biasa dalam diskusi kali ini. Semoga menjadi awal yang baik karena sebuah kedisiplinan.

Klaten, 3 Ramadhan 1434 H   (Harjanto dc)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)