[Resensi Buku] Unforgettable

Tweet

Novel yang bercerita tentang sepasang pria dan wanita yang bertemu di kedai wine milik keluarga si wanita. Keduanya memiliki sisi masa lalu yang menyimpan luka dan saling membaginya dalam pertemuan2 mereka itu karena merasa nyaman satu sama lain. Ini kira2 sinopsis sederhananya. Novel yang pertama selesai saya baca tahun ini,setelah memulai lembar pertamanya hampir setahun lalu:-) lamanya waktu saya perlukan untuk menyelesaikan novel ini, bukan karena novel ini tidak bagus, tetapi karena novel ini memang tidak memiliki konflik yang klimaks juga penuturannya agak membosankan sehingga saya juga tak merasa penasaran untuk langsung menuntaskannya dalam sekali duduk. Meski begitu, saya tak ragu memberi 4 bintang di goodread untuk novel ini walau ketika itu belum tamat membacanya. Ini memang penilaian subjektif. Pertama, karena saya memang klik dengan cara penulisnya bercerita dan bertutur hingga hampir semua novelnya saya baca, meski tak berarti saya sepakat dengan kultur yang mewarnai novel2nya. Kedua, karena novel ini berani menampilkan experimen penulis untuk melawan pakem romance pada umumnya, yaitu ketiadaan tanda petik pada semua dialog, cerita yang fokus hanya pada pertemuan dan percakapan kedua tokoh utama, tidak menyajikan happy ending, nyaris tak ada klimaks konflik, namun yang patut diapresiasi adalah pilihan diksi yang tak sekadar indah, tapi juga bermakna dalam dan sangat bernyawa. Novel ini tidak saya anjurkan untuk penyuka novel2 thriller karena boleh jadi anda keburu bosan membacanya, tapi buat anda yang ingin melihat bagaimana kata dan kalimat bisa menyatukan keindahan dan makna tersirat yang dalam, novel ini layak dibaca. Riawani Elyta

Novel yang bercerita tentang sepasang pria dan wanita yang bertemu di kedai wine milik keluarga si wanita. Keduanya memiliki sisi masa lalu yang menyimpan luka dan saling membaginya dalam pertemuan2 mereka itu karena merasa nyaman satu sama lain.


Ini kira2 sinopsis sederhananya. Novel yang pertama selesai saya baca tahun ini,setelah memulai lembar pertamanya hampir setahun lalu:-) lamanya waktu saya perlukan untuk menyelesaikan novel ini, bukan karena novel ini tidak bagus, tetapi karena novel ini memang tidak memiliki konflik yang klimaks juga penuturannya agak membosankan sehingga saya juga tak merasa penasaran untuk langsung menuntaskannya dalam sekali duduk.

Meski begitu, saya tak ragu memberi 4 bintang di goodread untuk novel ini walau ketika itu belum tamat membacanya. Ini memang penilaian subjektif. Pertama, karena saya memang klik dengan cara penulisnya bercerita dan bertutur hingga hampir semua novelnya saya baca, meski tak berarti saya sepakat dengan kultur yang mewarnai novel2nya.

Kedua, karena novel ini berani menampilkan experimen penulis untuk melawan pakem romance pada umumnya, yaitu ketiadaan tanda petik pada semua dialog, cerita yang fokus hanya pada pertemuan dan percakapan kedua tokoh utama, tidak menyajikan happy ending, nyaris tak ada klimaks konflik, namun yang patut diapresiasi adalah pilihan diksi yang tak sekadar indah, tapi juga bermakna dalam dan sangat bernyawa.

Novel ini tidak saya anjurkan untuk penyuka novel2 thriller karena boleh jadi anda keburu bosan membacanya, tapi buat anda yang ingin melihat bagaimana kata dan kalimat bisa menyatukan keindahan dan makna tersirat yang dalam, novel ini layak dibaca.

Riawani Elyta