by: Elita Duatnofa
Selamat pagi, pemirsa setia BAW. Kali ini Anda semua ditemani oleh saya, Elita Duatnofa. Baiklah, ngomong-ngomong soal BAW….
Selamat pagi, pemirsa setia BAW. Kali ini Anda semua ditemani oleh saya, Elita Duatnofa. Baiklah, ngomong-ngomong soal BAW….
Pertama kali bergabung di BAW, Mbak Ley sendirilah yang
memasukkan saya ke grup yang penuh warna dan aroma ini. Tapi tentu saja, saya
yang memintanya. Heheh.
Mbak Ley ini nih, dalam bayangan saya adalah perempuan yang
agak-agak serem dan tegas, tapi rame gitu plus suaranya keras. Pas ketemu
langsung, eleeeuh… lembut, bersahaja, baik lah gitu. Suka kangen dan pengen
ketemu lagi tuk curi-curi ilmu menulisnya, tapi sayang nggak tau rumahnya.
Hiks.
Dan jujur aja, di awal-awal masa bergabung (bukan berkabung ya)…
saya bingung mau ngapain di grup ini selain sapa-menyapa basa-basi. Anggotanya
nggak ada yang benar-benar saya kenal, kecuali Mbak Nining, itupun baru tahu
beberapa waktu kemudian. Mau komentar dan colek-colek, takut kayak orang sok
akrab. Serba salah, karena saya ini pemalu buanget kalau belum kenal lama
(sumpeh lo?). Takut dicuekin, takut dikacangin, takut digumami begini, “Ih,
siapa sih lo?”
Tapi lama-lama, ketakutan saya itu terbukti salah. Suer
anggotanya baik-baik, lucu-lucu, kreatif, dan ilmunya dibagi-bagi gratis. Kata
terakhir tadi adalah yang selalu saya incar, gratis! Dan akhirnya, saya nggak
betah kalo nggak nengok BAW. Saya nggak bermaksud bikin pembaca ge-er looh,
tapi memang begitu lah adanya.
Lama-lama lagi, saya makin kenal dengan anggota-anggota BAW
lewat kopi darat-kopi darat yang beberapa kali diadakan. Di situ pula saya
sadar, bahwa saya tidak gokil sendirian. Ternyata banyak emak-emak dengan jenis
seperti saya. Dan sepertinya itu membuat Mbak Syifa kecewa berat, karena di
awal pertemuannya dengan saya, si Mbak puitis itu bilang bahwa saya ini
pendiam. Untuk hal ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepadamu, Mbak
Syifa. :p
Waktu terus berganti dan berjalan terus, kecuali jam dinding di
rumah saya yang harus diganti baterainya. (nggak penting, abaikan saja!).
Keadaan mengharuskan saya bekerja sama dengan beberapa anggota BAW. Seperti
Yusi, Bu Eni, Mbak Aida, dan Mbak Lyta.
Teruntuk Yusi, saya dan Mbak Eni nggak akan berhenti berjuang
untuk merenovasi Anda! Eh salah. Untuk make over kamu maksudnya. Dan kamu,
jangan pernah ketawa lagi kalau saya bilang itu adalah waktunya saya untuk
makan pisang. Saya ini punya hak yang sama dengan para primata di bonbin untuk
menikmati pisang sebagai menu diet saya.
Bu Eni, pertama kali melihatmu, saya shock! Takut karena saya
pikir Bu Eni galak. Tapi setelah mengenal lebih jauh, saya jadi jauh lebih
shock! Karena kita kalo ngobrol udah nggak jelas lagi induk pembicaraannya.
Mulai dari harga bawang dan terasi, sampai obrolan tingkat tinggi yang cuma
kita doang yang ngerti. Oh, ternyata engkau salah satu mahluk yang enak buat
diajak bercanda. Pertama kali melihatmu ceplas-ceplos, saya gemetar karena
mengira kamu sedang marah. Ternyata bercanda, ya? Oya, kalau berkunjung ke
rumah Mbak Eni, pasti minumnya dikasih teh botol. Jadi kalau mau minum teh
botol gratis, main aja ke rumahnya beliau.
Lain Mbak Eni, lain pula Mbak Aida. Buat saya Mbak Aida adalah
orang yang sabar. Ya, Mbak Aida harus sabar dengan deadline naskah duet kami
yang molor dari waktu 1 bulan sampai jadi 4 atau 5 bulan. Syukurlah selesai
juga. Dan saya mau bikin pengakuan dosa di sini. Saya nggak jujur selama ini
sama Mbak Ai, sebenernya naskah kita molor karena setiap ngetik harus ke rumah
nyokap dulu yang jaraknya 1 menit dengan naik motor, 10 menit berjalan kaki,
dan 25 menit kalau ngesot. Jadi bisa kau bayangkan bagaimana perjuangkanku
mengendors kan? Xixixixi. Itu terjadi karena monitor kompi saya hancur
berkeping-keping ketimpuk bola golf yang entah dari mana itu si kecil
mendapatkannya. Sementara netbook saya satu-satunya pun harus ganti harddisk,
ganti batere, masih untung nggak ganti pemilik. Baruuu kemarin sore netbook
saya berhasil hidup setelah menunggu 5 jam di Mangga Dua. (yeeeeey! Horeeee!)
Alhamduuuu...lillaaah.
Mbak Lyta, bekerja sama dengan perempuan cantik macam beliau
sungguh asyik euy! Orangnya nggak bawel, nggak banyak protes, meni sabar pisaan
kalo kata orang sunda mah. Ssst mau tau nggak? Dalam hati rasa bangga pernah
dan akan ada kerja sama dengan Mbak Lyta. Eheuy.
Kalo Mbak Yentri, dia mah percayaa aja gitu sama saya. Beli
barang dagangannya nih, baru pesen langsung dikirim. Padahal belum transfer.
Sekalinya saya mau bayar, dia lupa… emang kemarin beli apaan ya? Kadang otak jahat
saya bilang gini, “tuh kan… nggak usah dibayar, dia mah lupa, nggak bakalan
inget.” Hihihi. Tapi saya takut ah, ntar nggak bisa masuk surga gara-gara
mainan anak-anak yang belum saya bayar.
Nah sekarang Mbak Linda. Masya Allah, perempuan yang satu itu
mah nggak bisa marah apa ya? Baiik dan lembuut. Selimut saya yang direndem
softener seharian aja masih kalah lembutnya. Saya sering janjian sama Mbak
Linda, biasanya buat anter pesenan coklat. Dan dari 10 pertemuan, saya ngaret
9,9 kali. Marah pun tidak, sodara! Cemberut apalagi. Tetep aja gitu
senyum-senyum terus nanya, “ini teh yang isi mede mana yang blueberry mana?
Udah dilabelin kan?” :D
Ada anggota BAW yang ternyata tetangga saya, pemirsa. Namanya
Mbak Anik, alias Mama Ola. Katanya sih koki handalnya Ola itu mengenal saya
justru waktu saya masuk TV, diwawancara di MetroTV perihal novel berantai. Ehm…
ehm. Ibunya Keenan itu pikir saya sudah terkenal, padahal… cuma dia aja yang
nonton acara itu kali. Heheh. Tapi walaupun tetangga, acara nenangga dengan
Mbak Anik cuma ada dalam khayalan. Janji mau main ke rumahnya karena
diiming-imingi berbagai cake olahannya sendiri, hanya sebatas janji melulu.
Mainnya mah nggak jadi-jadi. Jarak memang tidak menjamin sebuah pertemuan,
Mbak. Ingat itu baik-baik ya.
Pemirsa BAW, mau tau siapa pendengar paling baik dan setia di
antara kita? Itu dia yang paling puitis orangnya, Mbak Syifa. Kalau ngobrol
sama Mbak Syifa, saya berasa punya kakak. (idiiih, enak banget main anggep
orang sebagai kakak! Kemplang kepala sendiri)
Ada lagi si Intan. Pejuang kehidupan. Mudah-mudahan lulus dengan
baik. Makin berjaya dengan bros rajutnya. Semoga titian hidupmu semakin
gemintang, seindah rajutanmu ya. (ini lagi bener)
Kalo lagi kepingin ketawa nih sambil diskusi naskah, Mbak Risma
tujuan saya. ngobrol ngalor ngidul. ngomongin gender sampe burger, hayuuu aja.
Bicara tentang BAW emang nggak ada habisnya ya. Pingiiin banget
terus ngomongin BAW panjang lebar nggak pake berhenti sampai dunia kiamat. Ngebahas
tentang para BAWers sampe tuntas, tasss. Tapi mana mungkin? Saya kan kudu
makan, mandi, anter jemput anak sekolah, siapin makanan, fyuuh… lagi-lagi saya
curhat sesuatu yang basi. Heheh. Maaf, tapi begitulah naluri keemak-emakan
saya.
Nah, ibu-ibuuu… (ikutin gaya chef asal jepang, siapa itu
namanya?), sekarang saya mau usul nih, gimana kalo jadwal kita diaktifkan lagi?
Petugasnya mulai ditentukan lagi. Dan sekali-kali atuuh… bikin kelas belajar
menulis online khusus para BAWers, gratis. Ah, jadi malu pinginnya gratis
melulu. Tapi setuju kan ibu-ibuuu? Sebulan sekali kek gitu, atau 2 minggu
sekali. Masing-masing diklasifikasikan lagi, jadi nggak numpuk semua anggota di
satu pelatihan online. Misalnya, kelas menulis komedi, mentornya Mbak Eni
Martini. Roman, Mbak Lyta. Teenlit, Mbak Ley. Nonfiksi, siapaaa gitu. Dan
peserta dibatasi. Misal maksimal 10 orang. Nah, buruan deh tuh daftar yang mau
ikutan sesuai ilmu yang dituju, karena peserta terbatas. Biarin aja terbatas,
kan siapa yang buru-buru daftar berarti menunjukkan keseriusannya. Gratis ini.
Ya, nggak? Dan dalam bulan yang sama, peserta hanya boleh mengikuti salah satu
pelatihan. Kenapa begitu, sodara-sodara? Itu supaya peserta bisa fokus binti
serius dalam ilmu yang sedang didalami. Bukan begitu, bukan?
Duh, hari mulai siang pemirsa. Lihatlah cucian belum dijemur,
lantai belum disapu, lauk belum tersaji. Ah, maklum si empok datangnya cuma di
hari Selasa, Kamis dan Minggu. Saya harus menunaikan kewajiban yang itu dulu.
Jadi saya undur pamit.
Mohon ma’aaaaf yang sedalam-dalamnya buat para BAWers yang nggak
kesebut di sini. Bukan maksud nggak ingat atau nggak kenal atau nggak mau
nyebut gitu. Tapi waktu terbatas, listrik terbatas, dan pengetahuan saya
tentang BAWers juga terbatas. Takut salah ngomong gitu maksudnya mah. Heheh.
Pokoknya senanglah mengenal kalian. Santi, Mbak Ade Anita, Mbak
Afin, Mbak Dewi Amalia, Arul, duh siapa lagi ya? Maafkan ke-kuper-an saya ya…..
tapi yang penting mah ay lop u pull deh para BAWers. Ciuuus.
Pamit yaaa….
Lop yuuuu…. And happy b’daaay!
semoga BAW semakin jaya dan berkah, serta menelurkan
penulis-penulis handal. dan semoga saya jadi salah satunya. amiiin.
(tambahan: btw heran deh, setiap ngintip BAW adaaa aja ya para
BAWers ini prestasinya.... mantap ih.)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)