Sunday, January 6, 2013

SC #5 Shabrina WS: RUMAH KITA


Bismillahirrahmanirrahim

Jika saat ini aku duduk di beranda rumah kita, aku akan memetik gitarku meskipun berdebu dan satu senarnya putus. Lalu ku senandungnya potongan-potongan bait yang kusuka…seperti ini…

Hanya bilik bambu tempat tinggal kita
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Beratap jerami, beralaskan tanah Namun semua ini punya kita#

Hanya alang alang pagar rumah kita
Tanpa anyelir, tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman Namun semua itu milik kita#


Bila kulelah tetaplah disini
Jangan tinggalkan aku sendiri
Bila kumarah biarkanku bersandar Jangan kau pergi untuk menghindar*

Pegang pundakku, jangan pernah lepaskan
Bila ku mulai lelah… lelah dan tak bersinar
Remas sayapku, jangan pernah lepaskan Bila ku ingin terbang… terbang meninggalkanmu*

Apakah masa itu telah tertinggal begitu jauh di belakang sana, hingga untuk memulai kata pertama saja, aku harus memasukkan kepalaku ke dalam freezer?

Ketika pertama rumah ini di bangun, aku seperti melihat, sesungguhnya telah diletakkan sebuah kotak besar tempat kita menaruh mimpi. Kotak yang berharga, lebih dari sekedar materi.
Konon katanya, ada bukan berarti tampak oleh mata. Merasakan bukan berarti mudah diucapkan. Mungkin, rumah kita memang hanya layar-layar yang berbicara. Tapi semua nampak nyata. Seperti aliran listrik yang menerangi dini hari di kotaku ini.

Katanya lagi, setiap hati mencintai dan menyayangi dengan caranya sendiri-sendiri. Kata manis bukti sayang, kalimat sedikit pedas bukti perhatian, dan mungkin ada yang sedikit pahit justru menjadi obat, jamu dan energi yang menguatkan.

Jika kata adalah segala. Maka bagiku, di sini kata menjelma energi. Kata juga menjadi inspirasi. Dan, jika dunia maya adalah belantara untuk berpetualang, maka kalian adalah keluarga tempat aku pulang. Bahkan, sejauh apapun aku pergi, maka di sinilah rumah untuk aku kembali. Seperti halnya  banyak kutemui beranda terbuka, tapi hanya di sini aku merasa nyaman untuk bercerita.

Terima kasih, untuk semua. Kalian telah menjadi bagian berharga dalam ruas jalanku yang bisa kuceritakan berulang-ulang.

Maka,sampai bait ini aku mengerti, meski tadi kata kubilang segala, pada akhirnya aku tahu, kata tak bisa mengungkap semua. Jadi kuakhiri surat ini dengan rangkaian rabithah, semoga Alloh mengokohkan persaudaraan kita. Mengekalkan cinta kita, menunjukkan jalan kita, dan memenuhi hati-hati kita dengan cahaya-Nya.

Salam hangat, selalu.
Shabrina Ws (Fb)
November 20, 2012 at 4:31am

NB: Terimakasih untuk Mbak Leyla, Mbak Riawani, Mbak Eni M, yg telah membangun rumah ini dengan cinta dan ilmu. Semoga Alloh membalasnya dengan kebaikan berlipat.#potongan lagu rumah kita*potongan lagunya Sheila on 7
Nb lagi: klo jaman dulu surat selalu diakhiri dengan ini 4x4=16 lho :D artinya?

4 comments:

  1. aamiin yaa Rabb..senang berkenalan dengan mbak Brina :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Nb lagi: klo jaman dulu surat selalu diakhiri dengan ini 4x4=16 lho :D artinya?"

      sempat ga sempat harus dibalas..hihi

      Delete

Terima kasih telah berkunjung ke blog BaW. Mohon kritik dan komentar yang membangun untuk setiap postingan ;)